Penulis : Intan Diana Fitriyati,M.Ag. ( Pengasuh PP. Al Masyhad manbaul Falah Walisampang Pekalongan ), Editor : Amarul Hakim
Setiap tanggal 9 Februari, Indonesia memperingati Hari Pers Nasional (HPN). Momentum ini tidak hanya menjadi refleksi atas peran pers dalam membangun demokrasi, tetapi juga mengingatkan kita akan kontribusinya dalam mengedukasi dan mencerahkan umat. Pers, sebagai pilar keempat demokrasi, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga transparansi, keadilan, dan keseimbangan informasi. Namun, peran pers tidak berhenti di situ. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan budaya dan agama, pers juga menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai elemen masyarakat, termasuk dunia pesantren dan kaum santri.
Studi politik santri dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa santri tidak hanya fokus pada urusan keagamaan, tetapi juga aktif dalam isu-isu sosial, lingkungan, dan kebangsaan. Hal ini sejalan dengan peran pers yang tidak hanya memberitakan politik praktis, tetapi juga turut serta dalam pelestarian alam dan mewujudkan ketahanan pangan. Pers dan santri, dalam hal ini, memiliki kesamaan visi: membangun kehidupan yang harmonis dan berkelanjutan.
Kerja sama antara pers dan dunia kesantrian telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Misalnya, melalui pemberitaan yang mendalam dan edukatif, pers mampu mengangkat praktik-praktik baik yang dilakukan pesantren dalam menjaga lingkungan, seperti program penghijauan, pengelolaan sampah, dan pertanian organik. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan yang dekat dengan masyarakat, menjadi contoh nyata dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pelestarian alam.
Politik santri, yang sering kali diidentikkan dengan keterlibatan dalam partai politik atau pemilu, sejatinya memiliki dimensi yang lebih luas. Santri tidak hanya berpolitik melalui jalur formal, tetapi juga melalui gerakan-gerakan sosial yang berdampak langsung pada masyarakat. Di sinilah pers berperan penting: mengangkat narasi-narasi tersebut agar dapat diakses oleh publik luas. Dengan demikian, pers tidak hanya menjadi alat informasi, tetapi juga alat transformasi sosial.
Dalam konteks menjaga harmoni sosial, pers dan santri memiliki peran yang saling melengkapi. Pers memberikan ruang bagi dialog antaragama dan antarkelompok, sementara santri, dengan nilai-nilai toleransi dan moderasi yang dipegang teguh, menjadi aktor yang menjaga kerukunan. Kolaborasi ini sangat penting di Indonesia, yang dikenal sebagai negara multikultural dengan beragam agama dan kepercayaan.
Tidak hanya itu, pers juga berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga alam sebagai bagian dari tanggung jawab sosial. Pesantren, dengan basis keagamaan yang kuat, sering kali mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal dan ajaran Islam tentang pelestarian lingkungan. Misalnya, banyak pesantren yang mengajarkan tentang konsep hifzhul bi’ah (menjaga lingkungan) sebagai bagian dari ibadah. Pers, dengan jangkauan luasnya, dapat menyebarluaskan praktik-praktik ini sehingga menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan, kolaborasi antara pers dan santri menjadi semakin relevan. Pers dapat menjadi corong untuk menyuarakan inisiatif-inisiatif pesantren dalam mewujudkan ketahanan pangan, seperti budidaya pertanian mandiri atau pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitar pesantren, tetapi juga menjadi model bagi daerah lain.
Baca juga : Harapan Menag dalam Peringatan Pers Nasional : Terus Cerahkan dan Kuatkan Persatuan Umat
Peringatan Hari Pers Nasional tahun ini menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat sinergi antara pers dan dunia kesantrian. Dengan semangat kolaborasi, kedua elemen ini dapat bersama-sama berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih maju, adil, dan harmonis. Pers yang independen dan santri yang progresif adalah kombinasi yang mampu menjawab tantangan zaman.
Sebagai penutup, mari kita merenungkan peran pers dan santri dalam konteks yang lebih luas. Pers tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan berita, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun kesadaran kolektif. Santri, di sisi lain, tidak hanya menjadi penjaga tradisi keagamaan, tetapi juga pelopor perubahan sosial. Dengan semangat Hari Pers Nasional, mari kita terus mendorong kerja sama antara pers dan santri untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, di mana harmoni sosial, pelestarian alam, dan ketahanan pangan menjadi prioritas bersama.
Selamat Hari Pers Nasional! Semoga pers Indonesia terus berkembang maju, menjadi terdepan dalam mengedukasi dan mencerahkan umat, serta menjadi mitra strategis bagi dunia kesantrian dalam membangun masa depan yang lebih cerah.