Tiga Hal yang Menyelamatkan dan Menghancurkan

Penulis : Abdul Basith, M.Pd., Editor : Fajri Muarrikh

الحمد للهِ الواحدِ الفردِ الصمد، الذي لم يلد ولم يولد، ولم يكن له كفواً أحد، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، في مُلكه وسُلطانه، ولا مثيلَ له في أسمائه وصفاته

وإحسانه، وأشهد أن محمداً عبدُه ورسولُه المُؤيد ببرهانه، اللهم صل وسلم على محمد، وعلى آله وأصحابه وأتباعه وأعوانه. أما بعد فيا

عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون.. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan takwallah. Takwa yang sesugguhnya dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi yang dilarang Allah SWT. Dengan selalu melakukan koreksi dan evaluasi dalam kualitas takwallah tersebut, kita akan menjadi hamba yang beruntung.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Rasulullah SAW pernah berpesan:

ثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٌ، وثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ، وَالْقول بالحق فِي الرِّضَا والسخط، وَالْقَصْدُ فِي

الْغِنَى وَالْفَقْرِ . وأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Ada tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga hal yang bisa merusak. Yang menyelamatkan antara lain (1) takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai, (2) berkata benar (adil) dalam kondisi ridla maupun marah, dan (3) bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin. Sedangkan yang merusak antara lain (1) bakhil yang kelewatan, (2) nafsu yang diikuti, dan (3) ujub terhadap diri sendiri.”

Baca juga : KHUTBAH JUMAT : Mengingat Kematian Bentuk Mendekatkan Diri Kepada Allah

Hadits yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi ini secara tegas menjelaskan sikap-sikap yang saling bertentangan. Tiga penyakit perilaku yang terakhir dapat merusak kemuliaan manusia sebagai hamba Allah, menjauhkan seseorang dari kebahagiaan akhirat, dan keluar dari kewajaran hidup sebagai makhluk di dunia. Sementara tiga hal yang pertama justru sebaliknya, menyelamatkan hamba dari kerusakan-kerusakan itu semua.

Pertama, takwa kepada Allah. Sebagian kita kerap saling paham bahwa ketika disebut kata takwa maka yang terbayang sekadar melaksanakan shalat, puasa, haji, dan perkara ubudiyah lainnya. Padahal, takwa mencakup seluruh gerak lahir dan batin. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa takwa tersebut tidak hanya dalam keadaan dilihat orang lain, karena ini wajar dan naluriah manusia, tetapi juga ketika seseorang dalam keadaan sendirian karena di situlah letak ujiannya. Jika kita tidak bisa mengontrol diri agar senantiasa dalam jalur yang benar melalui jalan ketakwaan, dikhawatirkan kita akan jatuh pada hal yang merusak yaitu hawa muttaba’ (hawa nafsu dan keinginan yang selalu dituruti).

Baca juga : KHUTBAH JUMAT-HIDUP MENCINTAI KERUKUNAN MENGHINDARI KEKERASAN

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kedua, berkata benar dalam kondisi ridla maupun marah. Hal ini menuntut emosi yang stabil dan pengendalian diri yang baik. Janganlah seseorang mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak baik meskipun itu berlaku kepada orang yang dicintainya, begitu juga sebaliknya. Standar benar-salah, baik-buruk adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, bukan kepada siapa ketentuan itu akan diberlakukan.

Ketiga, sederhana saat kaya maupun miskin. Hal ini menjadi ciri dari kedewasaan seseorang dalam memaknai kekayaan. Sederhana bukan berarti kekurangan, apalagi berlebihan. Ia berada di antara sangat irit (pelit) dan mubazir (pemborosan dan hura-hura). Kesederhanaan juga merupakan cermin dari kepribadian yang sanggup membedakan antara “kebutuhan” dan “keinginan”. Apa yang diinginkan seseorang tak selalu identik dengan keperluannya. Karena kebutuhan senantiasa mempunyai porsi sementara keinginan luas tak terbatas.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Anjuran hidup sederhana dalam kondisi apa pun sangat relevan bila dikaitkan dengan hakikat harta yang sejatinya karunia Allah. Di dalamnya ada hak untuk dirinya juga untuk orang lain. Bagi orang miskin, kesederhanaan adalah strategi untuk tetap bersyukur dan wajar dalam berekonomi. Bagi orang kaya, kesederhanaan adalah pertanda ia tak tenggelam dalam gemerlap duniawi sekaligus momen berbagi harta lebih yang ia miliki. Ketidakmampuan untuk hidup sederhana akan mendorong seseorang untuk kikir (syuhhun muthâ‘) terhadap harta yang ia miliki, yang menjadi salah satu perilaku merusak dalam hadits di atas.

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى  وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وقل رب اغفر

وارحم وانت خير الراحمين.

الخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ لِكُلِّ جمْـعَـةٍ

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى

سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

فيا عباد الله: اتقوا الله تعالى وأطيعوه، واعلموا أن طاعته أقوم وأقوى، وتزودوا فإن خير الزاد التقوى،. وَقَالَ تَعَالىَ:إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَاأَ يُّـهَا اّلَذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. الَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا ُمحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِي اْلأُمِّيِّ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمْعين، وَعَنِ التَّابِعِين وَتَابِعِى

التَّابِعِين بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ وَانْصُرْنَا مَعَهُمْ بِرَحْـمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاِحمِين

اللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، وَضَعِّفْ لَهُمُ اْلحَسَناَتِ وَكَفِّرْ عَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ. رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَناَ مِنْ أَمْرِناَ رَشَدًا. اَللَّهُمَّ اَرِنَا اْلحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْناَ اِتِّبَاعَهُ وَاَرِناَ اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِناَبَهُ ولا تجعله ملتبسا علينا فنضل ونشقى واجعلنا للمتقين اماما.

رَبَّناَ أَتِناَ فىِ الدُّنيْاَ حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلِإحْساَنِ وَإِيْتاَءِ ذِىْ اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشاَءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فاَذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمَهُ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ

مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Refleksi Tahun Baru Islam dengan Pendidikan Kita Bangun Kemajuan Peradaban Islam

Penulis : Dr. Taufiqur Rohman, M.Sy, Editor : Fajri Muarrikh

Khutbah I:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهم صلي علي سيدنا محمد وعلي اله واصحا به اجمعين اما بعد فيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

 قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Jamaah Jum’at rahimakumullah….

Dari mimbar ini pula kami serukan kepada diri saya pribadi, tidak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kita sendiri, keluarga kita, dan semua orang yang hadir pada shalat Jumat ini untuk terus meningkatkan iman dan takwa kita, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terus berusaha meningkatkan iman dan takwa kita, dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Jamaah Jum’at rahimakumullah….

Pada hari Senin yang lalu, tepatnya pada tanggal 8 Juli 2024, kita semua sudah memasuki tahun baru Islam, yaitu 1 Muharrom 1446 H, yang mungkin dengan alasan yang berbeda-beda, ada yang dengan alasan kecintaan dan keinginan yang besar untuk mengambil pelajaran dari hijrahnya Nabi Muhammad saw, atau dengan alasan semata-mata karena rasa cinta dan kekaguman kepahlawanan Nabi Muhammad saw ketika berhijrah, atau mungkin karena sebatas memenuhi tradisi tahunan semata ? Apapun alasannya, peringatan-peringatan seperti ini selalu mengandung manfaat bagi orang-orang yang yang beriman.

فـــذ كر  فان الــذ كــرى  تنـــفع  المـؤ مـنــــين

“Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman“ (Adz-Dzariyaat : 55).

Maka pada kesempatan khutbah kali ini, khotib akan menyampaikan khutbahnya yang dikemas dalam tema “Refleksi Makna Tahun Baru Islam, melalui Pendidikan kita bangun Kemajuan Peradaban Islam”.

Jamaah Jum’at rahimakumullah….

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Peradaban yang dalam bahasa Inggris  disebut Civilization, atau Al-Hadlarah dalam bahasa Arabnya, adalah suatu kebudayaan yang  dianggap halus, maju dan indah yang memiliki sistem teknologi dan ilmu pengetahuan yang  maju pada  masyarakat  yang kompleks (banyak) dan modern  “

Belajar dari sejarah Islam ketika di utusnya Nabi Muhammad saw, Beliau membangun peradaban Islam yang maju, dengan melakukan reformasi (perubahan menuju arah yang lebih baik), melalui reformasi teologi (agama), ideologi (aqidah/keyakinan),  epistemologi (keilmuan/pendidikan) dan kultural/ kebudayaan.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ . سورة العصر

Demi masa. (QS. 103:1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam:

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ (رواه الترمذي وقَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ )

Tidak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari Kimat hingga (ia) ditanya tentang:

  • tentang umurnya, untuk apa ia habiskan ?
  • tentang ilmunya, sudahkan ia amalkan ?
  • tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan ?
  • tentang jasadnya, untuk apa ia gunakan ?

(HR. At-Tirmidzi)

Jamaah Jum’at rahimakumullah….

Sebagai bahan ‘muhasabah atau mawas diri  menjelang tahun baru hijriyah ini, seorang  ulama’ atau cendekiawan Muslim yang berasal dari  Syria bernama  al-Amir  Syakib  Arsalan, menulis sebuah buku “Limaadza  Ta’akhkhara al-Muslimun, wa Limaadza  Taqadama  Ghairuhum “. (Mengapa  orang-orang  Islam terbelakang,  dan  mengapa  orang-orang  lain  menjadi  maju ?).

beliau menulis  sebab-sebab  kemunduran  umat  Islam, antara lain  adalah   :

  • Karena kebodohan, kurang ilmu dan imannya sehingga menjadikan mereka tidak mampu membedakan antara tuak dan cuka (tidak mampu membedakan antara yang  manfaat dan madlarrat), mudah dibohongi dan gampang tertipu .

 

  • Karena kebobrokan moral, sehingga tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya dan tidak sanggup mengontrol sikap dan perilakunya sebagai seorang yang seharusnya hidup terhormat dan menjadi teladan. Lebih parah lagi, apabila kebobrokan moral ini sudah merasuki kaum elite mereka .

 

  • Karena kehilangan karakter/ kepribadian, menjadiorang-orang yang tidak memiliki harga diri dan tidak mempunyai keberanian, kehilangan sifat dan sikap  patriotisme/kepahlawanan, tidak sanggup menyampaikan kebenaran di hadapan

 

Jamaah Jum’at rahimakumullah….

Permasalahan diatas, Pendidikan Islamlah sebagai kunci jawaban yang dapat  membangun “Citra  Peradaban Islam“  di era globalisasi yang penuh persaingan seperti sekarang ini, kemudian pertanyaanya pendidikan yang bagaimana?:

  • Dinamis, yang terus bergerak maju dan berubah sejalan dengan tantangan yang dihadapi dan dalam menjawab keinginan masyarakat.
  • Relevan, sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup umat (social demand), kebutuhan  perjuangan, dan kebutuhan pembangunan bangsa di tengah-tengah persaingan global
  • Professional, dalam rekruitmen ketenagaan, dalam manajemen kependidikan, dalam proses pembelajaran, dalam kualitas output dan akuntabilitasnya .
  • Kompetitif, siap bersaing (dalam penampilan, dalam inovasi program, dalam membangun karakater dan kepribadian, dan dalam kualitas produk) dengan  pendidikan lain.

 

Mantan Perdana Menteri Malaysia Ahmad menyatakan:

“Umat Islam harus tahu, bahwa mereka dapat menjadi modern tanpa harus menjadi orang  Barat. Umat Islam yang benar-benar modern adalah mereka yang dapat menyelaraskan   Wahyu Islam (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul (Hadis) di satu sisi, dan pemikiran manusia  serta ilmu pengetahuan di sisi lain“.

“Allah akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan  orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan“.(Al-Mujadilah: 11)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

 

Khotbah II:

الْحَمْدَ لِلَّهِ رب العالمين والصلاة والسلام علي سيد المر سلين وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُوَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}

ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ واشكروه علي نعمه يزدكم ولذكر الله اكبر.

Meneladani Moderasi Beragama dalam Kehidupan Sehari-hari

Penulis : Nayif Naufal Annur, Editor : Azzam Nabil Hibrizi

Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh.

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di tempat ibadah ini pada hari yang mulia. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang membawa petunjuk hidup bagi umatnya.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah,

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selau dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya Amin.

Pada kesempatan Khutbah Jumat kali ini, Khotib mengangkat tema tentang Moderasi Beragama, marilah kita bersama-sama meneladani nilai-nilai moderasi dalam beragama. Moderasi bukanlah kelemahan, melainkan kebijaksanaan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 143,yang berbunyi:

 وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَکُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّا سِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ  عَلَيْهَاۤ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۗ وَاِ نْ كَا نَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗ وَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَا نَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِا لنَّا سِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 143) .

Moderasi beragama mengajarkan kita untuk memahami dan menghormati perbedaan. Di tengah keragaman umat dalam beragama, kita diajarkan untuk bersikap bijak, menghargai perbedaan, dan menjaga keharmonisan. Rasulullah SAW merupakan tokoh teladan moderasi, beliau menjalani kehidupan dengan penuh keadilan, kasih sayang, dan keteladanan yang dapat dicontoh oleh seluruh umat.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Sebagai umat yang diberikan akal dan fitrah, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga moderasi dalam beragama. Janganlah kita terjebak dalam ekstremisme faham yang berlebihan dalam menyikapi sesuatu, dan dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat. Sebaliknya, marilah kita membangun toleransi, saling pengertian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Moderasi bukanlah sikap pasif, melainkan langkah proaktif untuk memperkuat persatuan umat. Kita dapat mencapai moderasi dengan lebih mendalami ajaran agama, memahami konteks zaman, dan mengedepankan prinsip rahmatan lil-alamin.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Dapat kita jumpai sikap  moderat bagi kehidupan didesa Linggo asri Pekalongan, disana terdapat lebih dari satu agama, didesa Linggo sudah banyak menerapkan sikap bermoderat dalam kehidupan bermasyarakat salah satunya  ketika khotib mewawancarai beberapa tokoh agama disana, menurut tokoh hindu dari bapak Taswono menjelaskan bahwa pondasi dalam hindu adalah kasih sayang kepada sesama, pengetahuan serta kebijaksanaan,tidak melakukan kekerasan ,dan bakti dengan ikhlas.

Begitu juga menurut tokoh islam  Bapak K.H Mustajirin yang mengemukakan bahwa agama islam juga mengajarkan untuk selalu menerapkan sikap Tawasut,wasatiyah,tegak lurus, keseimbangan, dan toleran.

Dalam budaya moderasi di Linggo Asri, umat hindu dan Muslim bersatu dalam pelaksanaan upacara serta membantu sesama tanpa memandang perbedaan. Pemahaman islam tentang moderasi mencakup tengah-tengah, cinta tanah air,kebenaran,keseimbangan, dan toleransi. 

Dalam mengembangkan moderasi beragama, mari kita tinggalkan sikap fanatisme yang memecah belah umat. Kita harus mampu menilai perbedaan dengan bijak, tanpa meninggalkan nilai-nilai agama yang tegas namun penuh kasih sayang. Kita adalah umat yang diberikan akal untuk berpikir dan hati untuk merasakan, maka gunakanlah dengan sebaik-baiknya.

Sebagai penutup, mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menjaga moderasi beragama sebagai fondasi kehidupan bermasyarakat. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menjadi Pribadi yang Taat dan Jauh dari Maksiat dengan Mengenal Allah SWT (Makrifatullah)

Penulis : Dr. Muhamad Rifa’i Subhi, M.Pd.I, Editor : Fajri Muarrikh

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita, dengan berusaha seoptimal mungkin dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang. Ketakwaan tersebut diiringi dengan berbuat ihsan, yakni beribadah kepada Allah, seakan-akan kita melihat Allah meskipun sebenarnya kita tidak mampu, namun kita yakin bahwa Allah senantiasa melihat kita.

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Allah berfirman dalam Surat Thaahaa ayat 14:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Pada ayat tersebut secara tegas disebutkan bahwa Allah adalah Tuhan, tidak ada Tuhan selain Allah. Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa wahyu (risalah) yang diturunkan kepada seluruh Nabi dan Rasul adalah risalah tentang Tuhan. Setelah terbentuk keyakinan yang mantap tentang Tuhan (akidah) barulah diperintahkan agar Allah s.w.t. disembah, dikhidmati dan dipuja. Pada akhir ayat tersebut juga disampaikan agar menjadikan diri selalu ingat kepada Allah s.w.t. (dzikrullah), maka dirikanlah shalat. Dengan demikian, dapat dipahami berdasarkan ayat tersebut bahwa sebelum syari’at dijalankan, fondasi utama yang harus dimiliki oleh seorang manusia adalah mengenal Allah s.w.t. atau yang sering dikenal dengan istilah makrifatullah.

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Ilmu tentang mengenal Allah s.w.t. atau makrifatullah, merupakan dasar dan kunci dalam memaknai kehidupan. Apabila kunci (makrifatullah) tersebut telah didapatkan, maka setiap manusia akan dengan mudah dan ringan dalam melakukan usaha untuk menggapai ridha Allah s.w.t.

Makrifatullah yang dimaksud dalam hal ini bukanlah mengenal Allah s.w.t. dengan melihat-Nya menggunakan mata telanjang atau dengan mencari tahu bagaimana wujud Allah s.w.t. Bukan. Hal ini dikarenakan tidak ada daya dan kemampuan bagi manusia untuk mengenal Allah s.w.t. secara langsung. Makrifatullah dapat dimulai dari pemaknaan akan hakikat diciptakannya makhluk (manusia dan seluruh isi alam jagad raya), yang kemudian dilanjutkan dengan ibadah sesuai syari’at yang telah ditentukan. Hasil akhir yang diperoleh dari makrifatullah berupa ketakwaan dan dalam diri manusia muncul tawadhu’ (rendah hati) kepada Allah s.w.t.

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Hakikat dari ciptaan (makhluk) adalah sebagian kecil dari Dzat-Nya Allah s.w.t., yang merupakan wajibul wujud. Hal ini dapat dipahami ketika Allah s.w.t. berfirman “Jadilah !”, maka sebenarnya Allah s.w.t. berkata kepada Diri-Nya, yang kemudian sebagian kecil dari Dzat-Nya tersebut menjadi ciptaan (makhluk). Dijelaskan bahwa sebagian kecil dari Dzat-Nya tersebut yang menjadi seluruh ciptaan (makhluk) tidaklah sebesar dari butiran pasir bahkan lebih kecil dari atom. Seseorang yang sudah mampu mengenal hakikat dari seluruh ciptaan (makhluk) ini lah yang mampu sampai kepada makrifatullah.

Oleh karena itu, apabila seseorang sudah sampai kepada makrifatullah, maka ia dengan ringan mampu melaksanakan syari’ah sebagai panduan dan bimbingan dalam mengamalkan ibadah dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa Syari’ah merupakan hukum yang harus dipatuhi oleh setiap Muslim, baik yang berhubungan dengan Allah s.w.t. maupun yang berhubungan dengan sesama manusia, bahkan dengan seluruh makhluk Allah s.w.t. Hukum tersebut bersumber dari Allah s.w.t. yang disampaikan kepada manusia melalui Rasul-Nya.

Pengamalan ibadah yang dimaksudkan adalah berbuat ihsan, mengoptimalkan peranan hati dan matahati, shalat, puasa, kezuhudan, sedekah, senantiasa ingat kepada Allah s.w.t. (dzikrullah), berpegangan pada syari’ah, dan takut kepada Allah s.w.t., serta kasih sayang kepada seluruh makhluk Allah s.w.t., baik manusia, hewan, tumbuhan maupun alam jagad raya.

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat rahimakumullâh,

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang sanggup melaksanakan perintah dan juga mampu meninggalkan larangan dengan sepenuh hati. Menjadi pribadi yang taat dan jauh dari maksiat (baik jasmani maupun ruhani) berlandaskan kesadaran penuh dalam mengenal Allah s.w.t. (makrifatullah). Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Semoga kita semua yang hadir di sini diberi kekuatan oleh Allah untuk melewati setiap tahapan kehidupan dengan selamat dan berhasil menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang sukses.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Khutbah Idul Fitri: Momen Introspeksi dan Pembangkitan Semangat

Penulis : Atha Auza’i Ajda’, Editor : Faiza Nadilah

Khutbah Idul Fitri merupakan momen penting bagi umat Islam, tak ubahnya seutas benang emas yang menjahit lembaran hikmah dan kemenangan dari ibadah puasa Ramadhan. Di dalamnya, terkandung pesan-pesan penting yang bukan sekadar hiasan, melainkan pedoman bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Karenanya, khutbah Idul Fitri tidak hanya sekedar seremonial, melainkan momen introspeksi dan pembangkitan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang terus menerus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berkontribusi bagi masyarakat. Semoga khutbah-khutbah Idul Fitri yang kita dengarkan senantiasa menjadi penyejuk kalbu, pengingat untuk selalu berbenah diri, dan penggerak untuk membangun kehidupan yang lebih bermakna bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

SYUKUR ATAS BERKAH RAMADAN.

Khutbah dimulai dengan ungkapan syukur kepada Allah SWT atas kesempatan yang diberikan dalam menjalani bulan Ramadan. Mengenang betapa berharganya bulan penuh ampunan dan rahmat ini, umat Islam diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Khutbah merupakan serangkaian pidato atau ceramah yang biasanya disampaikan oleh seorang pemimpin agama, seperti imam, selama salat Jumat atau acara keagamaan tertentu, seperti pada bulan Ramadan. Khutbah pada bulan Ramadan memiliki nuansa khusus yang dipenuhi dengan rasa syukur atas berkah dan keistimewaan bulan suci ini. Berikut adalah beberapa poin yang dapat menjelaskan rasa syukur atas berkah Ramadan dalam konteks khutbah:

Bulan Ramadan sebagai Bulan Penuh Berkah. Khutbah Ramadan seringkali dimulai dengan menyampaikan rasa syukur atas kesempatan untuk menyambut bulan Ramadan, yang dianggap sebagai bulan penuh berkah dan rahmat. Pada bulan ini, umat Muslim meyakini bahwa pintu surga terbuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.

Rasa Syukur atas Kesempatan Beribadah. Khutbah menggaris bawahi betapa berharganya waktu Ramadan sebagai kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah. Umat Islam disarankan untuk memanfaatkan setiap detik dalam beribadah, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amal kebajikan.

Kesyukuran atas Puasa. Puasa Ramadan adalah salah satu pilar utama Islam, dan khutbah dapat menyoroti rasa syukur atas kemampuan untuk melaksanakan puasa. Puasa dianggap sebagai bentuk pengendalian diri, kesabaran, dan solidaritas dengan mereka yang kurang beruntung.

Rasa Syukur atas Kesempatan Memperbaiki Diri. Ramadan memberikan peluang bagi umat Islam untuk merefleksikan diri, memperbaiki karakter, dan meningkatkan kualitas hidup rohaniah. Khutbah dapat menekankan rasa syukur atas kesempatan untuk melakukan perubahan positif dan meningkatkan kualitas spiritual.

Pentingnya Berbagi dan Kepedulian. Khutbah juga dapat menyentuh pentingnya berbagi, kedermawanan, dan kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Ramadan mengajarkan nilai-nilai solidaritas sosial dan memberikan rasa syukur atas kemampuan untuk berkontribusi pada kesejahteraan bersama.

Syukur atas Malam Lailatul Qadr. Khutbah Ramadan juga sering mencakup rasa syukur atas malam Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Umat Islam diingatkan untuk memperbanyak amal ibadah dan doa pada malam ini.

Kesimpulan dengan Doa Syukur. Khutbah umumnya diakhiri dengan doa syukur kepada Allah SWT atas segala berkah Ramadan, kesempatan beribadah, dan harapan agar amal ibadah diterima.

Melalui khutbah Ramadan, umat Islam diingatkan untuk merasakan rasa syukur atas kesempatan unik ini dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan kualitas kehidupan spiritual mereka.

PEMELIHARAAN KESUCIAN HATI

Pemeliharaan kesucian hati adalah konsep yang penting dalam ajaran agama Islam. Dalam khutbah hari raya, pemeliharaan kesucian hati seringkali menjadi salah satu tema utama yang disampaikan oleh khatib. Khatib mungkin menekankan pentingnya membersihkan hati dari sifat-sifat negatif seperti kebencian, iri hati, dan keserakahan. Menjaga hati yang suci berarti menghilangkan segala bentuk sifat yang dapat merusak hubungan baik dengan sesama. Hari raya seringkali menjadi momen untuk memaafkan dan berdamai dengan sesama. Khatib mungkin menyarankan umat Islam untuk aktif mencari maaf dan memberikan maaf, memperbaiki hubungan yang mungkin retak karena perbedaan atau konflik.

Pemeliharaan kesucian hati juga melibatkan sikap adil dan setara terhadap semua orang. Khatib dapat menekankan pentingnya memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa memandang suku, warna kulit, atau status sosial. Khatib mungkin mendorong umat Islam untuk melakukan introspeksi diri, mengkaji tindakan dan perilaku mereka sendiri. Ini bisa menjadi waktu yang baik untuk merenung dan mengevaluasi perjalanan spiritual serta memperbaiki aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Melalui khutbah ini, diharapkan umat Islam dapat lebih memahami betapa pentingnya menjaga kesucian hati sebagai bagian integral dari ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT.

BERSYUKUR DAN MEMPERBAIKI DIRI

Bersyukur adalah sikap hati yang penuh penghargaan dan rasa terima kasih terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam khutbah hari raya, sangat penting untuk mengingatkan umat Islam tentang pentingnya bersyukur atas segala karunia yang telah diberikan oleh Allah. Mengingat betapa beruntungnya kita sebagai umat Islam yang diberikan petunjuk-Nya dalam bentuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Mensyukuri kesehatan dan rezeki yang diberikan oleh Allah, serta menunjukkan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung, mensyukuri kehadiran keluarga, sahabat, dan hubungan sosial positif dalam kehidupan sehari-hari.

Bersyukur bukan hanya ungkapan lisan, tetapi juga harus tercermin dalam tindakan nyata seperti memberikan sedekah, berbagi dengan yang membutuhkan, dan berbuat baik kepada sesama adalah cara nyata untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah.

Hari raya juga menjadi momentum bagi umat Islam untuk merenungkan diri dan berusaha memperbaiki kehidupan mereka. Memperbaiki diri adalah suatu upaya untuk terus meningkatkan kualitas spiritual dan moral. Merenungkan perbuatan dan perilaku kita selama setahun terakhir, mengidentifikasi kekurangan, dan bertekad untuk memperbaikinya. Menetapkan niat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui peningkatan ibadah, shalat, dan taqwa. Memperbaiki diri memerlukan kesadaran dan tekad yang kuat. Selama khutbah hari raya, imam dapat mengajak jamaah untuk menetapkan tujuan konkret dalam meningkatkan diri mereka dan berusaha mencapainya dalam setahun mendatang. Dengan menggabungkan rasa syukur dan tekad untuk memperbaiki diri, umat Islam dapat merayakan hari raya dengan penuh makna dan memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT.

Keutamaan Ilmu dan Tuntutan Kehidupan Menurut Islam

Penulis : Nadia Azzahra, Editor : Faiza Nadilah

Alhamdulillahi robbil alamin wabihi nasta’inu ala ummuriddunya waddin asholatu wassalamu’ala asrofil mursalin wa ala alihi washobihi ajmain amma ba’du.

Artinya: Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan–Nya kita meminta pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya, dengan memberikan anugerah kepada semua makhluk penuh kelembutan, dan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya.

Seluruh aspek kehidupan sehari-hari ada di dalam Al-Quran, sedangkan semua urusan tak lepas dari ilmu, sehingga ilmu menjadi kunci utama dalam menjalani kehidupan ini.

Kebaikan dan keburukan manusia dikendalikan oleh 3 hal yaitu: nafsu amarah, nafsu syahwat, akal. Orang yang terus mengikuti nafsu dan berbuat buruk akan memiliki hati yang keras (qolbun qaswah). Qolbun qaswah adalah hati yang keras sehingga tidak dapat lagi menerima ajakan kebaikan dan menolak kebenaran.

Dan ilmu memiliki kemanfaatan yang besar sekali, misalnya saja seperti:

    1. Dengan ilmu kita menjadi mampu membedakan yang benar dan salah. Sehingga efeknya kita tidak mudah terpengaruh orang lain karena memiliki prinsip yang kuat. Serta tidak terperangkap dalam perbuatan yang salah.
    2. Bermanfaat hingga wafat. Semua hal terputus saat kita meninggal kecuali 3 perkara yaitu, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.
    3. Sarana menuju surga. Hal tersebut tertuang dalam hadis yang berbunyi “Siapa yang menempuh jalan untuk mentutut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim, no 2699).
    4. Diangkat derajatnya. Dalam Q.S Al-Mujadilah: 11 menyebutkan bahwa “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam majelis-majelis,”maka lapangkanlah , niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.
    5. Ilmu itu lebih berharga dari pada harta. Sebab ilmu itu menjaga kita, sedangkan harta kita yang jaga.

Ada beberapa hal yang diperlukan dalam menuntut ilmu yaitu: memiliki kemauan atau niat yang kuat, Meluruskan niat untuk mencari ridho Allah, Berlapang dada, Kesabaran, Bimbingan guru dan Dukungan dari orang tua.

Selain itu, dalam menuntut ilmu kita harus memiliki sikap yang semangat, fokus, konsisten, disiplin, kecerdasan dan istiqomah terus-menerus.

Uthlubul ‘ ilma minal mahdi ilal lahdi’’

“ Tuntutlah Ilmu Mulai Sejak Buaian Hingga Ke Liang Lahat” (H.R Ibn.Abd.Bar)

Perintah menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan dilakukan sepanjang hayatnya yaitu dari buaian hingga ke liang lahat atau meninggal dunia.

Islam Rahmatan Lil Alamin: Mengembangkan Kesetaraan dan Toleransi dalam Agama

Penulis:Karimul Wafa, Editor: Kharisma Shafrani

لْحَمْدُ للهِ، اَلَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ

كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Sidang Jumat yang dirohmati dan dimulyakan allah SWT.

Pertama tama marilah kita bersyukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini.

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin amin ya robbal alamin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT.

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selalu dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya Amin yarobbal alamin..

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT.

Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian dan kasih sayang, menjunjung tinggi sifat tolong-menolong, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa, kebersamaan, demokratis, keadilan, toleransi, dan seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Sebaliknya tentu Islam melarang segala bentuk kekerasan dan sikap yang berlebihan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إيَّاكُمْ وَالْغُلُوّ فى الدِّيْنِ فَاِنَّما أهْلَكَ مَنْ كانَ قَبْلَكُمْ باالْغُلُوِّ فى الدِّيْنِ

“Hindarilah oleh kalian tindakan melampaui batas (ghuluw) dalam beragama sebab sungguh ghuluw dalam beragama telah menghancurkan orang sebelum kalian.” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Di antara bentuk sikap melampaui batas adalah bersikap radikal dengan segala bentuknya yang menyelisihi syariat. Padahal sangat banyak dapat kita temukan dalam Al-Qur’an, yang di dalamnya mengajarkan konsep perdamaian. Seperti Firman Allah SWT:

وَما اَرْسَلْنَاكَ إلاّ رَحْمَةً للْعَالَمِيْنَ

‘’Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.’’ (QS Al-Anbiya’: 107)

lslam merupakan agama yang universal, ajarannya mengedepankan kasih sayang, kebaikan kepada seluruh alam semesta. Nabi telah bersabda:

الرَّاحِمونَ يَرْحَمُهُمُ الرحْمَان ارْحَمُوْا أهْلَ الأرْضِ يَرْحَمكُمْ مَنْ فِي السَّماء

“Orang-orang yang berbuat kasih sayang akan disayang oleh ‘Ar-Rahman’ (Yang Maha Penyayang), maka sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi ini niscaya engkau akan disayang oleh yang ada di atas langit.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Dengan demikian, konsep islam itu mengandung inti dari moderasi beragama, dengan kata lain agama islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi dan sifat qonaah sehingga islam dapat selalu menerima perbedaan-perbedaan yang ada didalamnya, karna agama islam adalah agama rahmatan lilalamin.

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT.

Contoh dimana suatu desa yang menerapkan konsep moderasi beragama dipekalongan salah satunya adalah Linggo Asri, desa yang memiliki 4 agama didalamnya, antara lain: Islam, Kristen, Budha, Hindu. warga Linggo Asri juga memaknai moderasi beragama sebagai keyakinan yang menerima perbedaannya masing-masing, karna itu warga linggo asri selalu hidup aman, tentram, rukun, nyaman, dan gotong royong dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas desanya. Demikianlah khutbah yang dapat saya sampaikan semoga dapat diambil point-point pentingnya, amin amin ya robbal alaminalamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

اَلحمْدُ للهِ حَمْدًا كما أَمَرَ، أَشْهدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغامًا لِمَنْ جَحَدَ بِه وكَفَرَ، وأَشْهَدُ أَنَّ  سَيّدَنا محمَّدًا عَبدُهُ ورسُولُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ. اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنَا محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَا اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ

أَمَّا بَعْدُ: فيَآ أَيُّهاالنّاسُ، اتَّقُوا اللهَ  حق تقاته ولاتموتن اِلا وانتم مسلمون. اَللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرُ

Pepenget Taqwa

Penutur: Ambar Hermawan, Editor: Rifa’i

Khutbah I:

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهْ، وأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمّا بَعْدُ  فَيَا عِبَادَ الله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ, فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى , قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا

Hei, wong-wong kang podo iman, takwaho siro kabeh marang Gusti Allah, lan podo ngucapo kanti ucapan kang bener (Al-Ahzab: 70)

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ

Wediyo siro kabeh marang Gusti Allah ono ing endi wae siro manggon, lan susulono keawonan kelawan kebecikan, jalaran kebecikan iku iso nglebur keawonan, lan gaweyo pekerti bagus marang manungso. (HR. Tirmidzi)

Para Sederek Muslimin ingkang minulyo

ora aran takwo marang Gusti Allah niku ngelampahi poso lan sholat wengi, ananging takwo niku ninggal perkawis ingkang dipun haromaken Allah lan ngelampahi perintahipun. Sinten kimawon ingkang pinaringan kesempatan ngelampahi kesaenan sak mantune nindaakaen perintah lan ninggal larangan, mongko niku dipun wastani nindaaken kesaenan tumuju marang kesaenan.

Hadirin Ingkang Minulyo

nyusuli keawonan kelawan kesaenan” dipun pertelaaken bilih tindak lampah awon ingkang medal saking kito sedoyo supados inggal dipun susuli kelawan tindak lampah sae. Kados istighfar, sodaqoh, shalat lan tindakan sae lintu. Kanjeng Nabi dawuh:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ وَدَوَاءُ الذُّنُوْبِ الْاِسْتِغْفَارُ

​​​​​​​

Saben penyakit niku wonten obate, lan obate piro-piro duso niku istighfar utowo nyuwun ngapuro marang Gusti Allah (HR. Ad-Dailami).

lan gaweyo pekerti bagus marang manungso” nggih meniko serawungan lan pertepungan amal kaliyan masyarakat kelawan pekerti ingkang sae. Kados dene mboten ngelarani, mboten ngapusi, remen silaturahim, tulung-tinulung, lan sakpitunggalane.

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

​​​​Tiyang mukmin ingkang paling sempurno imane yoiku ingkang paling bagus akhlake. (HR. Abu Dawud)

أعوذ بالله من الشيطن الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ , إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II:

​​​​​​​اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

KHUTBAH JUMAT : Mengingat Kematian Bentuk Mendekatkan Diri Kepada Allah

Oleh : Khanifah Auliana

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya anugerah kepada semua makhluk dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya. Hadirin yang berbahagia, kehidupan di dunia ini tak kekal dan kita semua akan meninggalkan dunia ini.

 Semua makhluk di muka bumi ini tidak akan terhindar dari yang namanya kematian termasuk manusia. Kematian juga tak memandang umur karena maut sudah diatur oleh Allah bahkan sebelum kita lahir ke dunia. Bisa saja kalau umurnya hanya sampai beberapa detik ketika lahir ke dunia, ada yang masih muda sudah meninggal dan umur berapa pun akan mengalami kematian hanya menunggu giliran dari Allah. Oleh karena itu, perbanyak amal ibadah agar bekal di akhirat cukup dan berharap kita semua bagian dari penghuni surga, Masya Allah.

Salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengingat kematian. Kalau kita mengingat kematian secara otomatis perasaan kita untuk taat melaksanakan ibadah sangat kuat. Dengan begitu mengurangi pengaruh-pengaruh buruk lain seperti maksiat. Mengingat kematian yang tidak pandang bulu jadi harus di persiapkan mulai dari sekarang ini dan meningkatkan ketakwaan.

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: {إذَا مَاتَ ابْنَ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ} يَدْعُوْ لَه

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakannya,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

Dari hadis tersebut dapat kita pahami ketika meninggal nanti tidak ada yang dibawa kecuali 3 hal yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doanya anak Sholeh. Artinya ketika meninggal nanti semuanya terputus yang tidak akan terputus salah satunya amal jariyah. Dengan kita shodaqoh ke masjid atau orang yang membutuhkan amalannya akan terus mengalir walaupun sudah meninggal. 2 amalan lainnya yaitu ilmu yang bermanfaat, ketika kita mengajarkan sesuatu yang baik kepada orang lain dan orang tersebut menggunakan ilmu yang diajarkan dan seterusnya maka hal itu juga bisa menjadi amalan yang tidak akan terputus. Selain itu doa anak Sholeh/Sholehah akan membantu kedua orangtuanya nanti ketika di akhirat, maka ajarkan anak-anak belajar agama dan hal-hal yang baik.

KHUTBAH JUMAT :  Khusnudzon dalam Kekeringan

Oleh : Khanifah Auliana

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya anugerah kepada semua makhluk dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya. Hadirin yang berbahagia, Bulan ini kita dihadapkan pada iklim kemarau atau cuaca panas yang cukup panjang.

Bersyukurlah kita semua hidup di iklim yang sedang tidak panas atau dingin karena hanya ada 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Masuknya musim kemarau pasti banyak hak yang perlu kita persiapkan sebelumnya dan kemungkinan yang akan terjadi. Dampak musim kemarau atau panas membawa sebuah kelebihan dan kekurangan, misal dengan adanya kemarau orang-orang yang sedang panen atau wirausaha kerupuk dengan adanya musim ini kan sangat menguntungkan karena mudah dikeringkan. Lalu sebaliknya musim kemarau ada kesulitannya pula, berkurangnya mata air atau kekeringan yang melanda di daerah-daerah. Bahkan sampai sekarang ada wilayah yang benar-benar kering karena belum turun hujan, oleh karena itu sebenarnya kita tetap harus mensyukuri apapun yang telah Allah SWT tetapkan. Jangan risau, jangan khawatir kekeringan, Insya Allah ketika kita yakin dan berfikir positif akan ada hikmahnya seraya berdoa Allah akan turunkan air dari langit.

Dalam surat Ar-rad ayat 17 diterangkan :

اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَالَتْ اَوْدِيَةٌ ۢ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا ۗوَمِمَّا يُوْقِدُوْنَ عَلَيْهِ فِى النَّارِ ابْتِغَاۤءَ حِلْيَةٍ اَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهٗ ۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ەۗ فَاَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاۤءً ۚوَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الْاَرْضِۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ ۗ

” Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu”.

Dalam ayat tersebut, Allah sudah menuliskan bahwa ia telah merencanakan semua yang ada di muka bumi bahkan sampai air mengalir sekali pun Allah sudah atur. Memaksimalkan apa yang telah Allah kasih dengan memanfaatkan alam-alam sekitar. Jagalah lingkungan dengan penghijauan, menghindari adanya penebangan masal serta mengurangi penggunaan air yang berlebihan. Untuk itu, dengan musim kemarau yang berdampak kekeringan ini jangan dibuat kesal sebab semuanya sudah diatur oleh sang pencipta kita hanya perlu mengikutinya. Lalu bagaimana jika air tak kunjung datang ? Sholatlah istisqo’ bersama-sama memohon dan berdoa kepada Allah, maka dengan kita yakin dengan doa tersebut tak ada yang tak mungkin.