Paus Fransiskus, Sang Pejuang Kemanusiaan itu Telah Wafat

Oleh: Fajri Muarrikh, Editor: Azzam NH

Pekalongan – Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan wafat pada Senin, 21 April 2025 dalam usia 88 tahun. Ia meninggal dunia di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan.

Kabar duka diumumkan langsung oleh Kardinal Kevin Farrell selaku camerlengo Vatikan.

“Saudara-saudari terkasih, dengan dukacita yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 7.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Ia mengajarkan kita untuk menghayati nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan kasih universal, khususnya demi mereka yang paling miskin dan paling terpinggirkan. Dengan rasa syukur yang tak terhingga atas teladannya sebagai murid sejati Tuhan Yesus, kami serahkan jiwa Paus Fransiskus kepada kasih yang tak terbatas dan penuh belas kasihan dari Allah Tritunggal Mahakudus.” ujar Farrel, dilansir dari Vatikan News.

Paus Fransiskus dikenal sebagai orang yang tak pernah lelah dalam membela kemanusiaan. Menurut Direktur Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, dalam tulisannya di Harian Kompas (1/092024), Paus Fransiskus sangat gencar menyuarakan berbagai hal yang dia pandang penting untuk membangun peradaban yang lebih baik, dengan keberpihakan yang kuat kepada kelompok lemah dan terpinggirkan.

Pada khotbah Natal (25/12/2024) waktu setempat, Paus Fransiskus pernah menyerukan agar “senjata harus diredam” di seluruh dunia, dan ia pun mendoakan untuk kedamaian yang ada di Timur Tengah, Ukraina, dan Sudan.

Baca juga: Haul Gusdur ke-15, Gusdurian Pekalongan Usung Tema Agama untuk kemanusiaan dan Krisis Iklim

“Saya memikirkan komunitas Kristen di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza, di mana situasi kemanusiaannya sangat buruk,” ucap Paus Fransiskus di hadapan ribuan jemaat yang berkumpul di depan Basilika Santo Petrus untuk mendengarkan khotbah “Urbi et Orbi” yang ditujukan untuk Vatikan dan dunia.

“Semoga ada gencatan senjata, semoga para sandera dibebaskan dan bantuan diberikan kepada orang-orang yang kelelahan karena kelaparan dan karena perang,” cetusnya.

Selain itu, sebelum meninggal, ketika kondisinya baru saja membaik, ia pun menyerukan untuk genjatan senjata di Gaza. Pesan itu disampaikan Paus Fransiskus saat muncul di hadapan publik pada perayaan Paskah di balkon utama Basilika Santo Petrus.

Dalam pesan Paskah, Paus Fransiskus mengatakan bahwa situasi di Gaza “dramatis dan menyedihkan”.

“Saya menyatakan kedekatan saya dengan penderitaan .. seluruh rakyat Israel dan rakyat Palestina,” kata pesan itu.

“Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai: menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera dan membantu orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai,” katanya (20/4/2025).

*dilansir dari berbagai sumber

UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) dan Universiti Sultan Azlan Shah (USAS) Malaysia Lakukan Diskusi dan Kunjungan di Desa Wisata Moderasi Beragama Linggoasri

Pekalongan, 12-13 Februari 2024 – UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) bersama Universiti Sultan Azlan Shah (USAS) Malaysia mengadakan diskusi dan kunjungan di Desa Wisata Moderasi Beragama Linggoasri. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan praktik moderasi beragama di kalangan masyarakat. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Pusat International Office, Isriani Hardini, P. hD.

Acara dimulai dengan diskusi yang melibatkan tokoh agama Islam, Bapak Mustajirin Toyib, dan tokoh agama Hindu, Bapak Taswono. Diskusi ini dipandu oleh Syamsul Bakhri, Dosen UIN Gus Dur sekaligus Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Desa Wisata Linggoasri. Dalam diskusi tersebut, para peserta membahas pentingnya moderasi beragama dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Bapak Mustajirin Toyib menekankan bahwa moderasi beragama bukan hanya sekadar konsep, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak masyarakat untuk saling menghormati dan memahami perbedaan yang ada. Sementara itu, Bapak Taswono menambahkan bahwa kerjasama antarumat beragama sangat penting untuk membangun masyarakat yang harmonis.

Kegiatan ini juga diisi dengan kunjungan ke berbagai lokasi di Desa Wisata Linggoasri, yang dikenal sebagai contoh nyata penerapan moderasi beragama. Para peserta diajak untuk melihat langsung bagaimana masyarakat setempat hidup berdampingan dengan damai meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda.

Kegiatan lainnya adalah memotivasi siswa di SDN Linggoasri untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan mengejar cita-cita setinggi-tingginya. Kegiatan berikutnya adalah belajar membuat wayang dengan Mas Rizal, penatah wayang termuda di Pekalongan. Setelah itu, peserta mengunjungi Pura Kalingga Setya Dharma Linggoasri yang dipandu oleh Peradah (Pengurus Perkumpulan Pemuda Hindu) dan Bapak Taswono (pemangku agama Hindu). Kegiatan diakhiri dengan mengunjungi Masjid Kayu Linggoasri.

Selanjutnya, peserta mengunjungi Masjid Kayu Linggoasri yang dipandu oleh Ketua Ikatan Remaja Masjid, Mas Dwi, dan Bapak Toyib. Kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi Kebun Gizi dan Tanaman Hias Linggoasri yang dipandu oleh Bapak Fadholi. Kegiatan terakhir adalah bermain paintball yang bertempat di Bumi Perkemahan Linggoasri, dipandu oleh Bapak Hari.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kerjasama yang lebih erat antara UIN Gus Dur dan USAS Malaysia, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Linggoasri dalam upaya memperkuat moderasi beragama.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama, serta menjadikan Desa Wisata Linggoasri sebagai contoh bagi daerah lain dalam menerapkan moderasi beragama.

Sahur Keliling 2025, Istri Gus Dur Ajak Masyarakat Kecil di Batang Tebarkan Kepedulian Sosial

Pewarta: Fajri Muarrikh, Editor: Najwa

Batang – Istri Gus Dur, Dr. (H.C.) Dra. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M.Hum., atau yang akrab disapa Nyai Sinta, mengajak masyarakat kecil untuk tebarkan kepedulian sosial pada kesempatan sahur keliling tahun ini.

Acara sahur keliling yang diselenggarakan di masjid Darul Falah, Dusun Sidorejo, Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, pada Kamis (6/03/2025) dini hari, disambut hangat oleh masyarakat sekitar. Kegiatan yang berlangsung dari pukul 02.00 hingga 05.00 WIB ini diinisiasi oleh Yayasan Darul Falah yang bekerja sama dengan PCNU Batang dan Komunitas Gusdurian Batang/Pekalongan. Dengan dihadiri oleh berbagai tokoh agama, pejabat daerah, serta masyarakat sekitar, acara ini menjadi momentum kebersamaan lintas kalangan dalam suasana Ramadan yang penuh berkah.

Dalam moment ini, Nyai Sinta juga menyampaikan pentingnya memperkuat keimanan dan ketakwaan sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati. Ia juga menekankan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mempererat silaturahmi dan menebarkan kepedulian sosial.

“Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mempererat silaturahim dan menebarkan kepedulian sosial,” ucapnya.

Baca juga: Haul Gusdur ke-15, Gusdurian Pekalongan Usung Tema Agama untuk kemanusiaan dan Krisis Iklim

Istri Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tersebut menjelaskan bahwa kegiatan sahur bersama telah rutin Beliau lakukan sejak masa hidup Gus Dur. “Kesempatan sahur seperti ini adalah saat yang tepat untuk mengetuk pintu langit karena kita berada di sepertiga malam terakhir,” ujarnya.

Saiful Huda Shodiq, selaku Pawang Jaringan GUSDURian sekaligus panitia pada acara ini, Ia menuturkan bahwa kesempatan sahur ini menjadi suatu kebetulan yang tak terduga.

“Jadwal kami pada 5 Maret berbuka puasa di Brebes dan 6 Maret di Semarang, sedangkan sahur 6 Maret masih kosong. Saat kami mengajukan kegiatan sahur keliling, ternyata diterima. Bagi kami, sahur keliling adalah bagian dari syiar Masjid Darul Falah yang baru aktif sejak Ramadan ini, setelah peletakan batu pertama pada Juni 2022,” Jelas Saiful.

Acara ini ditutup dengan pembacaan syiir Abu Nawas ‘Ilahilastulil Firdaus’ yang menjadi favorit Gus Dur, diikuti sesi foto bersama, dan diakhiri dengan salat Subuh berjamaah.

Baca juga: UIN Gus Dur Gelar Puncak Haul Gus Dur ke-15 Lewat Panggung Budaya

Munas IKA PMII: Nostalgia dan Langkah Menuju Kesuksesan

Penulis: Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E ( Dosen FEBI UIN Saizu Purwokerto), Editor: Sirli Amry

Jakarta – Ratusan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berkumpul dalam Musyawarah Nasional (Munas) Ikatan Alumni (IKA) PMII yang digelar di Hotel Sahid, Jakarta. Acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjalanan sebagai mahasiswa dan merancang langkah menuju kesuksesan sebagai alumni. Selamat Munas, selamat bernostalgia, dan selamat menempuh fase-fase baru sebagai alumni yang sukses!

Munas IKA PMII kali ini mengingatkan kita pada masa-masa menjadi mahasiswa. Dulu, ada berbagai tipologi mahasiswa yang sering dibahas oleh pemateri kemahasiswaan. Salah satunya adalah mahasiswa “kupu-kupu”. Apa itu mahasiswa kupu-kupu? Kupu-kupu adalah singkatan dari “kuliah pulang-kuliah pulang”. Mahasiswa tipe ini hanya fokus pada aktivitas kuliah, datang ke kampus, duduk di kelas, mendengarkan dosen, lalu pulang. Begitu terus setiap hari selama empat tahun. Wah, pasti bosen, ya?

Selain mahasiswa kupu-kupu, ada juga mahasiswa akademis. Tipe mahasiswa ini sangat fokus pada nilai akademik. Baginya, yang penting adalah mendapatkan indeks prestasi (IP) setinggi mungkin. Padahal, nilai tertinggi hanya 4,0. Lucunya, saat ditanya orang tua, “Nak, kok nilaimu cuma 3,5?” Tentu kita semua berharap nilai mahasiswa selalu bagus. Namun, ada hal yang lebih penting dari sekadar IP/IPK tinggi, yaitu pengalaman di luar kelas.

Menjadi mahasiswa tidak hanya tentang duduk di kelas, mendapatkan nilai bagus, lalu pulang. Ada banyak hal yang bisa dilakukan di luar kelas, seperti mengikuti kegiatan organisasi. Organisasi mahasiswa terbagi menjadi dua, yaitu intra kampus (seperti BEM atau senat) dan ekstra kampus. Nah, mahasiswa yang aktif di organisasi ini disebut mahasiswa aktivis.

Potret Penulis, Dosen FEBI UIN Saizu Purwokerto
Potret Penulis, Dosen FEBI UIN Saizu Purwokerto

Mahasiswa aktivis adalah mereka yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif mengikuti kegiatan di luar kelas. Tujuannya adalah untuk menunjang progresivitas selama berkuliah. Dengan berorganisasi, mahasiswa bisa mengasah soft skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen waktu.

Salah satu organisasi ekstra kampus terbesar di Indonesia adalah PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). PMII adalah wadah bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan diri, berkontribusi untuk masyarakat, dan memperdalam nilai-nilai keislaman. Bagi mahasiswa Gen Z yang ingin mencari pengalaman berharga, PMII adalah pilihan yang tepat.

PMII tidak hanya mengajarkan tentang keislaman, tetapi juga tentang kebangsaan dan keumatan. Organisasi ini telah melahirkan banyak tokoh nasional yang berperan penting dalam pembangunan Indonesia. Jadi, bagi yang penasaran, yuk gabung dengan PMII! Dijamin tidak akan menyesal.

Munas IKA PMII kali ini juga menjadi ajang untuk mengingatkan kembali pentingnya peran alumni dalam membina generasi penerus. Alumni PMII diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa saat ini, baik dalam hal akademik, organisasi, maupun pengabdian masyarakat.

Acara ini juga menjadi momentum untuk memperkuat jaringan antaralumni. Dengan semangat kebersamaan, alumni PMII diharapkan bisa saling mendukung dalam meraih kesuksesan, baik secara personal maupun kolektif.

Salam dari Munas IKA PMII, salam pergerakan! Mari terus bergerak, berkontribusi, dan menginspirasi. Untuk mahasiswa Gen Z, jangan ragu untuk bergabung dengan PMII. Bersama PMII, kita bisa menjadi generasi yang unggul, beriman, dan bermanfaat bagi bangsa dan agama.

UIN Gus Dur Gelar Puncak Haul Gus Dur ke-15 Lewat Panggung Budaya

Pewarta : Ika Amiliya Nurhidayah, Editor : Amarul Hakim

Rangkaian peringatan Haul Gus Dur ke-15 telah mencapai puncaknya melalui pagelaran Panggung Budaya pada Kamis malam (13/02) di Student Center Kampus II UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Haul kali ini bertajuk “Refleksi Jejak Pemikiran Gus Dur dalam Kebhinekaan” yang kemudian ditekankan oleh Rektor UIN Gus Dur Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag bahwa haul ini bukan sekedar untuk memperingati, namun juga meneladani sosok Gus Dur.

“Acara haul Gus Dur ini bukan hanya sebuah peringatan biasa untuk mengenang, tetapi lebih ke bagaimna nanti kita meneladani sosok yang luar biasa bernama K.H. Abdurrahman Wahid. Jangan hanya mengenang, tetapi harus bisa meneladaninya. Gus Dur itu bukan hanya tokoh, tetapi beliau adalah cahaya dalam kebhinekaan. Dengan kebijaksanaan dan keberanian nya beliau mengajarkan bahwa perbedaan itu bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dirayakan,” jelasnya.

Baca juga : Gus Dur: Pengaruh, Perspektif, dan Pemikiran tentang Pendidikan Islam

Panggung Budaya ini turut dihadiri oleh putri sulung Gus Dur Alissa Wahid, sahabat Gus Dur Abah Kirun, murid Gus Dur Pdt. Martin Lukito Sinaga, imam Gereja Santo Yohanes Rasul Karanganyar Romo Fransiskus Asisi Teguh Santosa, pawang Jaringan Gusdurian Nasional Saiful Huda Shodiq, Rektor UIN Gus Dur Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag., dan Lintas Iman Pekalongan.

Acara dimulai dengan pertunjukan 150 pemain hadroh kolosal, dilanjut dengan pembacaan tahlil akbar yang dipimpin oleh Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Pekalongan K.H. Muslikh Khudlori, M.S.I., penampilan paduan suara kolaborasi UKM El-Fata dan Paduan Suara Gereja, tausiah kebangsaan oleh Alissa Wahid, dan wejangan oleh Kirun.

Alissa Wahid memulai tausiahnya dengan pembacaan puisi tentang Gus Dur yang bertajuk “Lelaki yang Tak Punya Mata.”

Lebih lanjut, Alissa menaruh harapan besar agar sosok Gus Dur tetap hidup di UIN Gus Dur sebagai universitas yang menyematkan nama ayahnya.

“Apalah arti tempat itu disematkan nama Gus Dur jika sosoknya tidak hidup di sana?” ujarnya.

Pendeta Dr. Martin Lukito Sinaga dalam sambutannya juga turut mengajak mahasiswa dan tokoh agama yang hadir saat itu untuk kembali kenang sosok Gus Dur.

Ia mengungkapkan bahwa Gus Dur layaknya jari-jemari Tuhan yang telah membuka hati dan pikirannya.

“Gus Dur itu seperti jari-jari Tuhan. Mengapa saya sebut begitu? Mengenang seorang K.H. Abdurrahman Wahid menurut saya seperti mengenang momen yang menentukan hidup saya, yang membuka hati saya, dan membuka pikiran saya,” ujarnya.

Baca juga : Toleransi Harmoni: Jejak Gus Dur dalam Merajut Kebhinekaan

Pendeta Martin juga berharap demokrasi yang sudah dibawa oleh Gus Dur tetap terjaga dan tidak akan pernah tumbang.

“Habibie dan Gus Dur yang membawa demokrasi kita take off, jangan sampai pesawat demokrasi kita nyusruk.”

Haul Gusdur ke-15, Gusdurian Pekalongan Usung Tema Agama untuk kemanusiaan dan Krisis Iklim

Pewarta: Ika Amiliya Nur Hidayah, Editor: Azzam Nabil H.

Pekalongan, menggandeng para pegiat lingkungan, Komunitas GUSDURian Pekalongan mengadakan Haul Gus Dur ke-15 dengan tema “Agama untuk Kemanusiaan dan Krisis Iklim” di Pendopo Kecamatan Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah pada Minggu, (26/01).

Acara ini dihadiri oleh berbagai pegiat lingkungan dari komunitas-komunitas di Pekalongan, termasuk Pimpinan Daerah Angkatan Muda Rifa’iyah Pekalongan, Dewan Pimpinan Kabupaten Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Pekalongan, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PC IPPNU) Pekalongan, Gerakan Peduli Anak Difabel (GPAD) Pekalongan, Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Gus Dur Pekalongan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS NU Pekalongan, dan TPQ Assakinah Teman Tuli Kota Pekalongan.

Turut hadir juga tokoh agama Islam Gus Mahmud Mansur, budayawan Kota Pekalongan Ribut Achwandi, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pekalongan Nok Kholifah, perwakilan dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Kota Pekalongan Faisal Latif, dan perwakilan dari Kolaborasi Aksi Gerakan Muda (Kobar) Pekalongan Bayu.

Baca juga: Sustainable Living: Tak Hanya Sebatas Tren

Acara dibuka dengan sambutan dari Fajri Muarrikh sebagai penggerak GUSDURian Pekalongan yang menyatakan tema kali ini muncul dari kekhawatiran masyarakat terhadap bencana yang belakangan ini melanda.

“Tema ini diangkat oleh jaringan GUSDURian pusat karena kekhawatiran bersama dan juga pentingnya kesadaran masyarakat untuk menjaga alam, mengingat banyaknya bencana alam yang terjadi di sekitar kita,” ujarnya.

Pada acara inti, tiga narasumber membahas berbagai isu terkait krisis iklim. Menurut Kholifah, krisis iklim disebabkan oleh beberapa faktor seperti pemanasan global, penumpukan sampah, emisi gas, dan pengelolaan sumber air tanah yang tidak bijak.

Narasumber Faisal menambahkan bahwa warga Kota Pekalongan perlu waspada setelah banjir bandang dan longsor melanda dataran tinggi Kabupaten Pekalongan, yang disebutnya sebagai Pekalongan lantai 2.

Baca juga: Bersama GUSDURian Pekalongan, UIN Gusdur Gelar Focus Group Discussion Bertema ‘Harmoni untuk Kemanusiaan dan Lingkungan’

Perwakilan peserta, Fajar, turut menghidupkan diskusi dengan berbagi pengalamannya dalam mengelola maggot sebagai solusi cepat mengurai sampah organik dan bernilai jual sebagai pakan ternak.

Fajri berharap diskusi ini dapat meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat untuk menjaga lingkungan.

“Harapan dari acara haul ini adalah peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, serta komitmen bersama dan aksi nyata untuk merawat lingkungan, khususnya di Pekalongan.”

Semarak Isra Miraj Nabi Muhammad saw. di Desa Moderasi Beragama

Pewarta: Ali Yafi, Editor: Azzam Nabil Hibrizi

Pekalongan – Peringatan Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad saw. dan Peresmian Musholla Al-Istiqomah, Dukuh Sadang, Desa Linggoasri Kecamatan Kajen pada Hari Selasa, (21/1). Acara ini di hadiri oleh K.H Abdul Hakim S.Pdi dari Pekalongan sebagai pembicara, Forkompincam, Bapak PLT Camat Kecamatan Kajen, Bapak Babinsa, Bapak Lurah, Bapak Carik, Bapak Kyai Lukman Hakim beserta Banomnya (Mustasyar MWC NU), Pengurus Ranting NU Desa Linggoasri beserta Banomnya, Pengurus GP Ansor, Fatayat dan Muslimat, Kepala Desa Linggoasri beserta jajarannya, Bapak Kyai Syaikhu, Bapak Kyai Abdul Mu’in, Bapak Kyai Nafi’, Tokoh Masyarakat Linggoasri serta Grup Gambus Kidung Panca.

Acara ini dimulai dengan pembacaan tahlil, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sholawat, sambutan, pelantikan ranting GP Ansor se-Kecamatan Kajen, dan Maulidah Hasanah oleh Gus Akim Su’udi.

Bapak Ustadz Mustajirin selaku panitia acara, menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh masyarakat yang telah memberikan kontribusi tanpa terkecuali, sehingga pembangunan mushala Al Istiqomah dapat diselesaikan.

“Saya memberi pesan dan mengajak kepada semua masyarakat Linggoasri khususnya Dukuh Sadang untuk meramaikan dan memakmurkan musholla yang sudah kita bangun, agar menjadikan sababiyah wasilah kita dan mendapatkan Ridho-Nya.”

Baca juga: Wisatawan Asal Prancis, Nadin Podrug, Terinspirasi Wisata Moderasi Beragama di Desa Linggo Asri

Bapak Kyai Lukman Hakim selaku Mustasyar, turut menyampaikan pesan bahwa membangun musholla jangan hanya di bangun, karena sebesar apapun kesulitan dalam membangun musholla lebih sulit menjaga dan meramaikan musholla.

“Selamat kepada seluruh warga Dukuh Sadang dengan semangat membangun mushala, yang dulu bangunannya kecil dan sekarang bisa semegah ini dan semoga bisa membawa keberkahan dan keistiqomahan dalam ibadah warga masyarakat Dukuh Sadang.”

Acara ini digelar dengan konsep yang berbeda karena tidak hanya peresmian mushala, tetapi juga sekaligus pelantikan ranting GP Ansor dan peringatan Isra Mi’raj nabi Muhammad saw.

Baca juga: Moderasi Beragama sebagai Landasan Kehidupan Multireligi di Desa Linggoasri

Bapak Purwo Susilo selaku PLT Camat Kecamatan Kajen mewakili Bupati Pekalongan, Ia menyampaikan permohonan maaf dari Bupati karena tidak bisa menghadiri acara peresmian mushala sekaligus mengucapkan selamat kepada masyarakat dukuh Sadang.

Disamping itu, Gus Akim Su’udi menghimbau agar masyarakat dapat menjaga shalatnya sehingga dapat mencegah dirinya dari perbuatan munkar.

Melalui acara ini, sudah seharusnya kembali menjadi pengingat kita dalam menunaikan shalat. Sebab shalat adalah perintah yang sebenar-benarnya perintah dan tidak melalui perantara. Oleh karena itu, mari kita renungkan supaya kita tidak tetap maksiat walaupun kita tetap menjaga shalat. Terlebih sejatinya ketika seseorang melaksanakan shalat dengan baik maka dirinya akan termotivasi untuk senantiasa berbuat baik.

Grand Opening Kedai Pelajar Nusantara Perkuat Ekonomi Jamaah dan Jamiyyah NU di Banyumas

Pewarta: Intan Diana, Editor: Sirli Amry

Banyumas – Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, resmi meluncurkan Kedai Pelajar Nusantara. Acara ini berlangsung di Dusun II Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, pada Kamis Malam (16/1/2025).

Kedai Pelajar Nusantara merupakan salah satu inisiatif untuk memberdayakan ekonomi pelajar NU di wilayah Kedungbanteng. Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU Kedungbanteng, Alvin Mubarok, menyampaikan bahwa angkringan ini diharapkan menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi jamaah dan jamiyyah, serta wadah pemberdayaan ekonomi bagi generasi muda NU.

“Kedai ini adalah hasil kerja keras IPNU dan IPPNU Kedungbanteng. Semoga usaha ini bisa terus solid, maju, dan berkembang, sehingga memberikan manfaat luas untuk masyarakat,” ujar Alvin dalam sambutannya.

Alvin juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara jamaah, jamiyyah, dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan usaha tersebut. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, tokoh agama, dan masyarakat sekitar, menjadi kunci keberhasilan inisiatif ini.

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang digagas oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto. Dua dosen UIN Saizu, yaitu Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E. dan Dr. Moh. Sobirin, berperan sebagai inisiator program tersebut.

Baca Juga:  UIN Gusdur Gandeng PAC IPNU IPPNU Batang Gelar Seminar dan Deklarasi Sekolah Anti Bullying

Menurut Dr. Ash-Shiddiqy, Kedai Pelajar Nusantara tidak hanya menjadi tempat usaha, tetapi juga laboratorium kewirausahaan bagi pelajar NU untuk belajar mengelola bisnis yang berbasis syariah dan komunitas.

Acara grand opening ini juga diisi dengan ceramah oleh Ning Intan Diana Fitriyati, M.Ag., anggota tim pengabdian UIN Saizu. Dalam ceramahnya, Ning Intan membahas tema “Kewirausahaan dalam Perspektif Al-Qur’an.”

Beliau menjelaskan bahwa Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk bekerja keras dan berwirausaha sebagai bagian dari ibadah sosial. Salah satu landasan penting adalah QS. Al-Jumu’ah ayat 10, yang mengajarkan keseimbangan antara ibadah dan usaha mencari rezeki.

Menurut Ning Intan, kewirausahaan adalah perilaku ekonomi yang sangat dianjurkan. “Dengan berwirausaha, seseorang dapat membuka lapangan kerja, mengembangkan produk, serta memanfaatkan sumber daya secara optimal. Al-Qur’an memberikan banyak pedoman tentang etika dan prinsip dalam berwirausaha,” jelasnya.

Beliau juga mengutip QS. An-Najm ayat 39, yang menekankan pentingnya usaha manusia sebagai kunci meraih hasil. “Hanya melalui kerja keras dan inovasi, kita dapat mencapai keberhasilan,” tambah Ning Intan.

Baca Juga:  Peringatan Tahun Baru Islam di Linggo Asri: Santunan Anak Yatim dan Pelantikan IPNU-IPPNU dalam Semangat Moderasi Beragama

Dalam ceramahnya, Ning Intan juga membahas QS. An-Nisa ayat 29, yang mengajarkan prinsip perdagangan yang adil dan saling menguntungkan. “Jual beli yang didasarkan pada suka sama suka dan kepercayaan akan membawa keberkahan, baik bagi penjual maupun pembeli,” tegasnya.

Kehadiran Kedai Pelajar Nusantara menjadi salah satu bentuk nyata dari implementasi nilai-nilai kewirausahaan Islam. Angkringan ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat bertransaksi, tetapi juga tempat belajar dan berdiskusi tentang pengembangan usaha yang berbasis syariah.

Melalui Kedai Pelajar Nusantara, pelajar NU di Kedungbanteng mendapatkan ruang untuk belajar mengelola bisnis. Mulai dari manajemen keuangan, pemasaran, hingga inovasi produk, semua diterapkan dalam praktik sehari-hari.

Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, salah satu inisiator program, menyampaikan harapan agar usaha ini menjadi percontohan bagi wilayah lain. “Kami ingin Kedai Pelajar Nusantara menjadi model pemberdayaan ekonomi yang berbasis komunitas dan nilai-nilai Islam,” katanya.

Antusiasme masyarakat terhadap peluncuran Kedai Pelajar Nusantara sangat tinggi. Banyak warga yang hadir dalam acara ini menyatakan dukungan mereka terhadap inisiatif tersebut.

Baca Juga:  Gaungkan Semangat Toleransi dan Persatuan, Lakpesdam NU Kota Cirebon Selenggarakan Pagelaran Seni dan Budaya Lintas Agama

Menurut Alvin, salah satu tujuan besar dari pendirian angkringan ini adalah menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan pelajar NU. “Kami ingin pelajar NU di sini tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga mampu mengembangkan potensi ekonomi mereka,” ujarnya.

IPNU dan IPPNU PAC Kedungbanteng berkomitmen untuk terus mendampingi pengelolaan Kedai Pelajar Nusantara. Mereka juga berencana untuk mengadakan pelatihan kewirausahaan secara rutin.

Dalam ceramahnya, Ning Intan menekankan bahwa wirausaha tidak hanya soal keuntungan materi, tetapi juga keberkahan. “Kita harus menjaga etika dalam berwirausaha agar usaha kita tidak hanya sukses secara duniawi, tetapi juga diridai oleh Allah SWT,” ujarnya.

Acara ini ditutup dengan pesan motivasi dari Ning Intan kepada para pelajar NU. “Mari jadikan usaha ini sebagai langkah awal untuk membangun kemandirian ekonomi. Dengan kerja keras, kejujuran, dan keikhlasan, kita bisa meraih kesuksesan,” tutupnya.

Grand opening Kedai Pelajar Nusantara ditutup dengan doa bersama, yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Acara ini menjadi momentum bersejarah bagi IPNU dan IPPNU Kedungbanteng untuk terus berkontribusi dalam pembangunan masyarakat melalui pendidikan dan ekonomi.

Dengan semangat kolaborasi dan nilai-nilai keislaman yang kuat, Kedai Pelajar Nusantara diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lainnya untuk memajukan ekonomi berbasis jamaah dan jamiyyah.

Integrasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan di Desa Wisata Moderasi Beragama Linggoasri

Pewarta: Syam, Editor: Rifa’i

Kajen, 15 Januari 2025 – Desa Wisata Kampung Moderasi Beragama Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan menjadi tuan rumah kegiatan yang mengintegrasikan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam proses pembelajaran. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Universitas Islam Negeri (UIN) K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, di bawah bimbingan Prof. Dr. K.H. Imam Kanafi, M.Ag., Ketua LP2M dan dosen pengampu mata kuliah Studi Agama-Agama.

Kegiatan berlangsung di Pasramanan Pura Kalingga Setya Dharma Linggoasri, dengan menghadirkan narasumber utama Wasiyo, S.Ag., Ketua Parisada Kabupaten Pekalongan, dan Taswono., Romo Mangku Anom, pemuka agama Hindu di Linggoasri. Selain itu, acara juga dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat dan pemuka agama lainnya, seperti Mbah Waris, sesepuh agama Hindu di Linggoasri, serta Kusnaeni, S.Pd., Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kabupaten Pekalongan.

Baca juga: Peran Dosen dalam Transformasi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Moderasi Beragama

Hadir pula Syamsul Bakhri dan M. Rifa’i Subhi sebagai bagian dari Peneliti dan Tim Pengabdian Masyarakat Desa Wisata Moderasi Beragama Linggoasri, sebagai fasilitator terselenggaranya acara ini.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat moderasi beragama di tengah masyarakat melalui pendekatan lintas agama dan budaya. Dalam sambutannya, Prof. Dr. K.H. Imam Kanafi, M.Ag. menekankan pentingnya integrasi antara penelitian akademik dan pengabdian kepada masyarakat untuk memperkokoh nilai-nilai keberagaman. “Melalui kegiatan ini, kita belajar bersama tentang moderasi dalam beragama sebagai upaya menjaga keharmonisan di tengah keberagaman,” ungkapnya.

Wasiyo, S.Ag., dalam paparannya, menggarisbawahi peran agama Hindu dalam membangun keharmonisan di Linggoasri. Ia juga menyampaikan bahwa moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga keberlangsungan harmoni di tengah masyarakat yang multikultural. Hal serupa disampaikan oleh Taswono., Romo Mangku Anom, yang menjelaskan nilai-nilai spiritual agama Hindu yang mendukung semangat toleransi.

Baca juga: Wisatawan Asal Prancis, Nadin Podrug, Terinspirasi Wisata Moderasi Beragama di Desa Linggo Asri

Mbah Waris, sebagai sesepuh agama Hindu, menambahkan nilai historis dan budaya dalam kehidupan beragama di Linggoasri, yang telah menjadi contoh nyata harmoni antaragama di Indonesia. Sementara itu, Kusnaeni, S.Pd. menyampaikan apresiasi atas inisiatif kegiatan ini dan berharap agar generasi muda terus terlibat aktif dalam menjaga nilai-nilai moderasi beragama.

Acara berlangsung dengan penuh antusiasme dan ditutup dengan dialog interaktif antara peserta dan narasumber. Mahasiswa Tasawuf Psikoterapi juga berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan para tokoh agama, memberikan pengalaman langsung yang sangat berharga.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah pembelajaran, tetapi juga memperkuat komitmen bersama dalam mempromosikan nilai-nilai moderasi dan harmoni antaragama di Kabupaten Pekalongan.

Wisatawan Asal Prancis, Nadin Podrug, Terinspirasi Wisata Moderasi Beragama di Desa Linggo Asri

Pewarta: Sam, Editor: Sirli Amry

Pekalongan – Desa Linggo Asri, yang dikenal sebagai desa wisata moderasi beragama, menyambut kunjungan istimewa dari Nadin Podrug, wisatawan sekaligus relawan asal Prancis. Kehadiran Nadin dalam kunjungan Bersama Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Gusdur meninggalkan kesan mendalam, terutama saat ia menyaksikan keharmonisan kehidupan antaragama di desa tersebut (17/12).

Kegiatan dimulai dengan kunjungan ke Balai Desa Linggo Asri, di mana peserta diperkenalkan dengan potensi desa sebagai simbol moderasi beragama oleh pemerintah Desa Linggoasri, Pengurus Kampung Moderasi Beragama, dan Pokdarwis Mulyo Asri. Salah satu momen yang sangat menginspirasi Nadin terjadi saat kunjungan ke rumah warga setempat yang unik. Dalam keluarga tersebut, suami, istri, dan anak-anaknya menganut agama yang berbeda, tetapi tetap hidup rukun, saling menghormati, dan mendukung satu sama lain. “Saya sangat terinspirasi melihat keharmonisan mereka. Ini adalah pelajaran luar biasa tentang bagaimana keberagaman yang seharusnya dijalani,” ujar Nadin.

Baca Juga:  Peran Dosen dalam Transformasi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Moderasi Beragama

Rangkaian kunjungan dilanjutkan dengan menanam cabai Jawa, salah satu rempah-rempah unggulan desa ini. Kemudian dilanjutkan ke Batu Linggo, yang menjadi ikon toleransi di desa ini, serta Pura, Masjid Kayu, dan Kali Paingan. Tempat-tempat ini menampilkan keberagaman budaya dan agama yang hidup berdampingan secara harmonis di Desa Linggo Asri.

Nadin Podrug beserta pimpinan FTIK mengunjungi Pura
Wisatawan sekaligus relawan, Nadin Podrug, beserta Para pimpinan FTIK mengunjungi Pura

Wakil Dekan FTIK, Dr. Muhammad Jaeni, M.Pd., M.Ag., Ahmad Burhanudin, M.A., Eros Melina Sofa, M.Pd., Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Gusdur bersama tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari Rifa’i, dan Syamsul, turut memfasilitasi kegiatan ini. Mereka memberikan wawasan tentang bagaimana moderasi beragama dijalankan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Linggo Asri.

Nadin, yang aktif berkontribusi dalam pendidikan dan pengabdian masyarakat di Indonesia, mengapresiasi nilai-nilai moderasi dan toleransi yang dipraktikkan di Linggo Asri. “Pengalaman ini membuka mata saya tentang pentingnya hidup berdampingan dengan perbedaan. Linggo Asri adalah contoh nyata bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan, bukan hambatan,” tambahnya.

Baca Juga:  Cultural Camp for International Students: Memperkenalkan Moderasi Beragama dan Keberagaman Budaya di Linggoasri

Kehadiran Nadin tidak hanya mempererat hubungan lintas budaya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat lokal dan internasional untuk terus mempromosikan harmoni dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Desa Linggo Asri pun diharapkan semakin dikenal sebagai desa wisata yang mengedepankan nilai-nilai luhur ini.