Toleransi Harmoni: Jejak Gus Dur dalam Merajut Kebhinekaan

Penulis: Aiyida Indana Sohiha, Editor: Faiza Nadilah

Biografi K. H. Abdurrahman Wahid

K. H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), memiliki nama kecil Abdurrahman Ad-dakhil yang berarti “Sang Penakluk”. Dilahirkan pada tanggal 4 Sya’ban atau 7 September 1940, di Denanyar Jombang, Jawa Timur. Gus Dur berasal dari keluarga yang memiliki keterlibatan penting dalam gerakan nasionalis dan pendidikan Islam.

Ayah Gus Dur yaitu Wahid Hasyim, seorang menteri terkenal di pemerintahan Jakarta. Meskipun ayahnya menginginkan Gus Dur bersekolah tinggi, Gus Dur lebih suka sekolah normal dan mulai pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar KRIS di Jakarta. Walaupun mulanya pendidikan yang ditempuh bersifat sekular, Gus Dur kemudian secara sistematis mempelajari bahasa Arab dan Al-Qur’an. Setelah beberapa kali pindah sekolah, Beliau menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Munawir Yogyakarta.

Gus Dur melibatkan diri dalam kegiatan keagamaan dan pesantren, belajar di bawah bimbingan ulama seperti KH. Ali Mashum dan Kiai Khudori. Setelah menyelesaikan studi formalnya di Yogyakarta, ia pergi ke Kairo (Mesir) dengan beasiswa Departemen Agama. Meskipun awalnya senang, Gus Dur kecewa dengan sistem pendidikan di Al-Azhar dan lebih suka menjelajah dan membaca buku. Pada tahun 1966, ia melanjutkan studinya ke Irak dan kemudian pindah ke Eropa, namun kekecewaan menghampirinya.

Setelah berusaha mencari kesempatan lain Gus Dur mendapatkan peluang untuk belajar di Universitas McGill (Kanada), dan setelah pulang dari luar negeri ia menjadi guru di Jombang. Pada tahun 1971, Beliau bergabung dengan Fakultas Ushuluddin di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. Gus Dur menjadi Presiden keempat Indonesia dari tahun 1999 hingga 2001. Beliau menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999.

Pemikiran K. H. Abdurrahman Wahid

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang memahami dan menerima pluralitas sosial Indonesia. Meskipun dianggap nyeleneh dan eksentrik, Beliau menunjukkan kebijaksanaan dalam berbagai masalah dan menggabungkan elemen sufistik dalam komunikasinya. Tidak hanya sebagai pribadi spiritual, dia juga mendukung pluralisme sosial dan budaya yang menjadikannya seorang demokrat liberal. Meskipun memiliki latar belakang tradisional Islam, kontribusinya mencerminkan pemahaman mendalam tentang teori sosial modern dan toleransi. walaupun terkadang dianggap aneh, pemikiran dan tindakan Gus Dur memainkan peran signifikan dalam kehidupan publik dan religius Indonesia.

Gus Dur mendasarkan pemikirannya pada komitmen kemanusiaan dalam ajaran Islam, mengedepankan toleransi, dan kepedulian terhadap keharmonisan sosial. Beliau menolak formalitas Islam dalam negara dan mengadvokasi civil society sebagai paradigma baru untuk umat Islam. Pemikirannya juga mencakup neo-tradisional Islam yang menggabungkan modernisme dengan pijakan transendental kepada Tuhan. Gus Dur memandang Islam sebagai agama toleransi dan berusaha menciptakan kehidupan keagamaan yang inklusif. Konsep toleransinya didasarkan pada sikap hati dan perilaku, menghindari eksklusivisme agama. Beliau menekankan pentingnya saling menyantuni dan keadilan tanpa pandang agama.

Inklusivisme, sebagai sikap terbuka dan menghargai perbedaan, merupakan prasyarat utama bagi dialog antar agama dan peradaban. Dalam konteks Islam, inklusifitas teologis bertentangan dengan eksklusif. Mencerminkan paradigma neo-modernisme dan keinginan untuk menghindari monopoli kebenaran oleh suatu agama. Gus Dur menafsirkan kata “Al-Islam” sebagai sikap menyerah kepada Tuhan, mendukung pentingnya inklusivitas dalam membangun keharmonisan sosial.

Dalam menghadapi persoalan terorisme di Indonesia, Gus Dur mengidentifikasi akar permasalahan pada pemikiran radikal dan pendangkalan agama. Beliau menekankan perlunya deradikalisasi pemahaman Islam, menyebarkan pemahaman moderat, dan menghilangkan kesalahpahaman yang menjadi akar terorisme. Toleransi dianggap sebagai kunci untuk mengatasi ekstremisme.

Terkait dengan keputusan MUI tentang pengucapan salam Natal, Gus Dur mengecam keputusan tersebut. Dan menyatakan bahwa hal itu menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap kebebasan beragama dan melaksanakan ibadah sesuai keyakinan. Beliau menekankan pentingnya menghormati setiap keyakinan dan memperingatkan bahwa keputusan tersebut dapat memicu intoleransi dan merugikan keutuhan NKRI.

Dengan tingginya toleransi selama hidupnya, Gus Dur diakui sebagai bapak pluralisme Indonesia. Julukan tersebut pantas, mengingat pandangan inklusifnya. Salah satu kata bijaknya yang mencolok adalah, “Agama mengajarkan pesan-pesan damai, dan ekstremis memutarbalikkannya. Kita butuh Islam ramah, bukan marah”.

Pepenget Taqwa

Penutur: Ambar Hermawan, Editor: Rifa’i

Khutbah I:

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهْ، وأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمّا بَعْدُ  فَيَا عِبَادَ الله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ, فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى , قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا

Hei, wong-wong kang podo iman, takwaho siro kabeh marang Gusti Allah, lan podo ngucapo kanti ucapan kang bener (Al-Ahzab: 70)

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ

Wediyo siro kabeh marang Gusti Allah ono ing endi wae siro manggon, lan susulono keawonan kelawan kebecikan, jalaran kebecikan iku iso nglebur keawonan, lan gaweyo pekerti bagus marang manungso. (HR. Tirmidzi)

Para Sederek Muslimin ingkang minulyo

ora aran takwo marang Gusti Allah niku ngelampahi poso lan sholat wengi, ananging takwo niku ninggal perkawis ingkang dipun haromaken Allah lan ngelampahi perintahipun. Sinten kimawon ingkang pinaringan kesempatan ngelampahi kesaenan sak mantune nindaakaen perintah lan ninggal larangan, mongko niku dipun wastani nindaaken kesaenan tumuju marang kesaenan.

Hadirin Ingkang Minulyo

nyusuli keawonan kelawan kesaenan” dipun pertelaaken bilih tindak lampah awon ingkang medal saking kito sedoyo supados inggal dipun susuli kelawan tindak lampah sae. Kados istighfar, sodaqoh, shalat lan tindakan sae lintu. Kanjeng Nabi dawuh:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ وَدَوَاءُ الذُّنُوْبِ الْاِسْتِغْفَارُ

​​​​​​​

Saben penyakit niku wonten obate, lan obate piro-piro duso niku istighfar utowo nyuwun ngapuro marang Gusti Allah (HR. Ad-Dailami).

lan gaweyo pekerti bagus marang manungso” nggih meniko serawungan lan pertepungan amal kaliyan masyarakat kelawan pekerti ingkang sae. Kados dene mboten ngelarani, mboten ngapusi, remen silaturahim, tulung-tinulung, lan sakpitunggalane.

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

​​​​Tiyang mukmin ingkang paling sempurno imane yoiku ingkang paling bagus akhlake. (HR. Abu Dawud)

أعوذ بالله من الشيطن الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ , إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II:

​​​​​​​اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Meneladani Sikap Patriotisme Pahlawan Nasional: Pangeran Diponegoro.

Oleh Shofi Nur Hidayah

Tidak hanya berasal dari kalangan prajurit dan tokoh politik saja, pahlawan nasional Indonesia banyak yang berasal dari lulusan pondok pesantren. Karena pondok pesantren sendiri memiliki sejarah yang panjang dalam proses kemerdekaan Indonesia. Salah satu pahlawan yang merupakan santri lulusan pondok pesantren adalah Pangeran Diponegoro. Beliau ditetapkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keppres No 8/TK/1973, gelar tersebut diberikan untuk menghormati dan mengapresiasi perjuangan Pangeran Diponegoro semasa Perang Jawa atau Perang Diponegoro sebagai bentuk usaha mempertahankan tanah air dari kolonial Belanda. Pangeran Diponegoro juga dikenal dengan sebutan kesatria Piningit atau kesatria tersembunyi.

Pangeran Diponegoro sendiri lahir di Yogyakarta tepatnya pada hari Jum’at, 11 November 1785 dari seorang ibu yang merupakan selir bernama R.A Mangkarawati dan ayahnya bernama Gusti Raden Mas Surojo, yang kemudian naik tahta dan bergelar Hamengkubuwono III. Saat lahir Pangeran Diponegoro diberi nama Raden Mas Mustahar yang akhirnya diberi gelar pangeran dengan nama Pangeran Diponegoro pada 1812 ketika sang ayah naik tahta. Masa kecil Pangeran Diponegoro diasuh oleh nenek buyutnya, yakni GKR Ageng Tegalreja yang merupakan putri dari salah satu ulama terkenal yakni Ki Ageng Deproyudo.

Menurut sejarawan Peter Carey dalam bukunya yang berjudul Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 menyebutkan bahwa Pangeran Diponegoro pernah belajar di Pondok Pesantren Gebang Tinanar, Ponorogo dan diasuh langsung oleh Kiai Hasan Besari. Sepanjang hidupnya, Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pribadi yang cerdas, gemar membaca, dan ahli dalam bidang hukum Islam. Beliau juga lebib tertarik pada masalah-masalah keagamaan ketimbang masalah politik keraton, dan lebih senang membaur langsung dnegan rakyat.

Beliau bukanlah seseorang yang gila jabatan, hal ini dibuktikan dengan penolakannya ketika hendak diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya dikarenakan menyadari bahwa dia lahir bukan dari seorang ibu permaisuri. Dari sejarah panjang kehidupannya, ada sikap-sikap yang patut untuk diteladani generasi muda dari sang pangeran. Sikap tersebut adalah patriotisme, yakni sifat rela dan berani berkorban atas segala yang dimiliki termasuk nyawa demi tanah airnya. Dalam konteks ini, Pangeran Diponegoro semasa hidupnya berani dan tegas berjuang membebaskan rakyat dari kesewenang-wenangan Belanda. Kedua ada sifat cinta tanah air, dimana pernah suatu ketika Pangeran Diponegoro marah besar terhadap Belanda karena tidak menghargai adat istiadat setempat. Setidaknya dari sekian banyak sifat dan sikap positif beliau, kita mampu mencontoh dua sifat tersebut agar menjadi pribadi yang berguna bagi nusa dan bangsa.

KHUTBAH JUMAT : Mengingat Kematian Bentuk Mendekatkan Diri Kepada Allah

Oleh : Khanifah Auliana

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya anugerah kepada semua makhluk dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya. Hadirin yang berbahagia, kehidupan di dunia ini tak kekal dan kita semua akan meninggalkan dunia ini.

 Semua makhluk di muka bumi ini tidak akan terhindar dari yang namanya kematian termasuk manusia. Kematian juga tak memandang umur karena maut sudah diatur oleh Allah bahkan sebelum kita lahir ke dunia. Bisa saja kalau umurnya hanya sampai beberapa detik ketika lahir ke dunia, ada yang masih muda sudah meninggal dan umur berapa pun akan mengalami kematian hanya menunggu giliran dari Allah. Oleh karena itu, perbanyak amal ibadah agar bekal di akhirat cukup dan berharap kita semua bagian dari penghuni surga, Masya Allah.

Salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengingat kematian. Kalau kita mengingat kematian secara otomatis perasaan kita untuk taat melaksanakan ibadah sangat kuat. Dengan begitu mengurangi pengaruh-pengaruh buruk lain seperti maksiat. Mengingat kematian yang tidak pandang bulu jadi harus di persiapkan mulai dari sekarang ini dan meningkatkan ketakwaan.

وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: {إذَا مَاتَ ابْنَ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ} يَدْعُوْ لَه

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakannya,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

Dari hadis tersebut dapat kita pahami ketika meninggal nanti tidak ada yang dibawa kecuali 3 hal yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doanya anak Sholeh. Artinya ketika meninggal nanti semuanya terputus yang tidak akan terputus salah satunya amal jariyah. Dengan kita shodaqoh ke masjid atau orang yang membutuhkan amalannya akan terus mengalir walaupun sudah meninggal. 2 amalan lainnya yaitu ilmu yang bermanfaat, ketika kita mengajarkan sesuatu yang baik kepada orang lain dan orang tersebut menggunakan ilmu yang diajarkan dan seterusnya maka hal itu juga bisa menjadi amalan yang tidak akan terputus. Selain itu doa anak Sholeh/Sholehah akan membantu kedua orangtuanya nanti ketika di akhirat, maka ajarkan anak-anak belajar agama dan hal-hal yang baik.

Ibrah Perjalanan Panjang Pendidikan Mbah Moen Dalam Memecut Semangat Generasi Muda

Oleh Shofi Nur Hidayah

Kiai Haji Maimun Zubair, atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Mbah Moen adalah seorang ulama sekaligus politikus Indonesia. Mbah Moen merupakan pengasuh tertinggi di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga akhir hayatnya. Beliau lahir di Karangmangu, pada 28 Oktober 1928 dan wafat pada 16 Agustus 2019 di Makkah, Arab Saudi. Mbah Moen merupakan putra sulung dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Dari jalur kakek, nasab Mbah Moen sampai kepada Sunan Giri.

Sejak kecil Mbah Moen sudah dibimbing langsung oleh orang tuanya dalam hal pendidikan. Beliau dibekali ilmu agama yang kuat, mulai dari menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah, dan macam-macam ilmu Syara’ lainnnya. Di usia muda beliau sudah menghafal beberapa kitab diantaranya Al-jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotul Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah Fil Faroidl. Beliau juga menghafal kitab fiqih madzhab Syafi’i , seperti Fathul Qorib, fatul muin, Fathul Wahhab dan sebagainya.

Pada tahun 1945 Mbah Moen memulia pendidikan lainnya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri dibawah bimbingan K.H Abdul Karim atau yang akrab disapa Mbah Manaf. Selain pada Mbah Manaf beliau juga menimba ilmu dari K.H Mahrus Ali dan K.J Marzuqi. Setelahnya kemudian kembali ke kampung halamannya mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Lalu ditahun 1950, beliau berangkat ke Makkah bersama sang Kakek, K.H Ahmad bin Syu’aib untuk melanjutkan pendidikannya menimba ilmu dari ulama di Makkah.

Guru-guru Mbah Moen di tanah Jawa antara lain Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abui Fadhil Senori (Tuban), dan beberapa Kiai lainnya. Dari kisah perjalanan kehidupan Mbah Moen, kita dapat mengambil hikmah untuk semangat dan senantiasa bersyukur telah diberikan kesempatan untuk menimba ilmu. Mbah Moen juga senantiasa bertawadhu  kepada para guru-gurunya, beliau tetap rendah hati dan menghormati orang yang pernah mengajarkannya suatu keilmuan. Hal itu lah yang perlu di tiru oleh generasi muda zaman sekarang agar tetap menghormati seorang guru dan tetap semangat menimba ilmu dimana pun dan kapanpun. Sebab tidak ada batasan dalam mencari ilmu, selain itu ada hal penting yang perlu diingat. Dalam mencari ilmu, bukan dilihat dimana kita menimba ilmu tapi bagaimana kita menerapkan keilmuan yang telah didapatkan.

KHUTBAH JUMAT :  Khusnudzon dalam Kekeringan

Oleh : Khanifah Auliana

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya anugerah kepada semua makhluk dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya. Hadirin yang berbahagia, Bulan ini kita dihadapkan pada iklim kemarau atau cuaca panas yang cukup panjang.

Bersyukurlah kita semua hidup di iklim yang sedang tidak panas atau dingin karena hanya ada 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Masuknya musim kemarau pasti banyak hak yang perlu kita persiapkan sebelumnya dan kemungkinan yang akan terjadi. Dampak musim kemarau atau panas membawa sebuah kelebihan dan kekurangan, misal dengan adanya kemarau orang-orang yang sedang panen atau wirausaha kerupuk dengan adanya musim ini kan sangat menguntungkan karena mudah dikeringkan. Lalu sebaliknya musim kemarau ada kesulitannya pula, berkurangnya mata air atau kekeringan yang melanda di daerah-daerah. Bahkan sampai sekarang ada wilayah yang benar-benar kering karena belum turun hujan, oleh karena itu sebenarnya kita tetap harus mensyukuri apapun yang telah Allah SWT tetapkan. Jangan risau, jangan khawatir kekeringan, Insya Allah ketika kita yakin dan berfikir positif akan ada hikmahnya seraya berdoa Allah akan turunkan air dari langit.

Dalam surat Ar-rad ayat 17 diterangkan :

اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَسَالَتْ اَوْدِيَةٌ ۢ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَّابِيًا ۗوَمِمَّا يُوْقِدُوْنَ عَلَيْهِ فِى النَّارِ ابْتِغَاۤءَ حِلْيَةٍ اَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِّثْلُهٗ ۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ەۗ فَاَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاۤءً ۚوَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الْاَرْضِۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ ۗ

” Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu”.

Dalam ayat tersebut, Allah sudah menuliskan bahwa ia telah merencanakan semua yang ada di muka bumi bahkan sampai air mengalir sekali pun Allah sudah atur. Memaksimalkan apa yang telah Allah kasih dengan memanfaatkan alam-alam sekitar. Jagalah lingkungan dengan penghijauan, menghindari adanya penebangan masal serta mengurangi penggunaan air yang berlebihan. Untuk itu, dengan musim kemarau yang berdampak kekeringan ini jangan dibuat kesal sebab semuanya sudah diatur oleh sang pencipta kita hanya perlu mengikutinya. Lalu bagaimana jika air tak kunjung datang ? Sholatlah istisqo’ bersama-sama memohon dan berdoa kepada Allah, maka dengan kita yakin dengan doa tersebut tak ada yang tak mungkin.

Waspada Hoax Jelang Pemilu 2024

Oleh: Intan Anggreaeni S

Menjelang pesta demokrasi 2024 banyak ditemukan kasus penyebaran berita palsu atau hoax di masyarakat. Lonjakan kasus tersebut biasanya dipicu karena persaingan antar paslon sehingga banyak yang memanfaatkan momentum ini untuk menaikan image masing masing paslon guna mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat. Berita hoax merupakan sebuah informasi yang belum jelas kebenarannya bahkan terkadang berita hoax berisikan sebuah pemberitaan yang dimanipulasi oleh oknum tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

Maraknya penyebaran berita hoax ini biasanya dimulai ketika ada ada moment besar seperti pemilu. Ada beberapa faktor sebenarnya yang melatar belakangi banyaknya peredaran berita hoax yaitu karena literasi masyarakatnya yang masih rendah, ketidakrukunan antar masyarakat, dan tidak dilakukannya cek ulang informasi sebelum disebarkan ulang. Faktor yang terakhir tersebut merupakan salah satu penyebab semakin banyaknya berita hoax yang tersebar karena masyarakat kita umumnya mereka tidak menerapkan prinsip saring sebelum sharing.

Penyebaran berita hoax di masyarat tentunya akan menimbulkan persoalan baru seperti hubungan antar masyarakatnya yang tidak lagi harmonis hingga bisa saja menimbulkan kerusuhan yang dapat menelan korban jiwa. Dari pihak kepolisian sendiri juga sudah menghimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap setiap informasi yang diterimanya lakukan cek ulang kebenaran informasi sebelum menyebarkan berita tersebut.

Perlu adanya kordinasi dan kerja sama yang solid antara masyarakat dan tim keamanan untuk menggulangi pemberitaan hoax ini. Literasi media juga harus semakin genjar dilakukan agar masyarakat semakin melek akan bahaya dari hoax dan mengerti bagaimana sikap yang seharusnya mereka lalukan ketika menghadapi persoalan tersebut. Beredarnya berita hoax tidak akan selesai dalam kurun waktu satu atau lima tahun ke depan. Karena isu tersebut akan selalu berkembang dan menghantui kita. Oleh karenanya diperlukan kesiapan masyarakat akan hal tersebut terutama pada kondisi menjelang pemilu seperti ini.

Pada waktu menjelang pemilihan umum biasanya tingkat hoax akan melonjak tajam karena biasanya penyebaran berita hoax akan di dasari oleh kepentingan pribadi suatu golongan. Sehingga untuk menghindarinya alangkah lebih baiknya kita melakukan cek ulang atas infomasi tersebut mulai dari laman beritanya, foto, maupun video unggahan yang ada, dan apabila informasi tersebut dirasa telah mengganggu ketertiban umum maka dapat dilaporkan langsung pada pihak yang berwenang. 

Allah SWT telah menjelaskan tentang pentingnya betabayyun sebelum mempercayai sebuah informasi, hal itu telah dilelaskan dalam surah Al-Hujurat ayat 6 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Melalui tabayun, kita menjaga kwalitas kemanusiaan kita. Kwalitas kemanusiaan tertinggi adalah akal sehat. Banyak konflik dan kerusakaan terjadi karena menggadaikan akal sehat. Mudah terjebak pada emosi, tanpa menyaring dan sharing informasi yang diterima. Ciri keberagamaan yang baik itu mendamaikan dan menyejukkan, bukannya melestarikan dendam dan permusuhan.

The Grand Old Man: K.H Agus Salim Sang kyai dan Diplomat Indonesia

Oleh Shofi Nur Hidayah

Nama K.H Agus Salim tentu tidak asing ditelinga masyarakat Indonesia, beliau merupakan mantan Menteri Luar Negeri Indonesia tahun 1947-1949. Sekaligus salah satu delegasi Indonesia dalam sidang PBB 14 Agustus tahun 1947 di Lake Success, New York, Amerika Serikat. Lahir dengan nama Masyudul Haq yang berarti “Pembela Kebenaran”, beliau lahir pada 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Agus Salim merupakan salah satu dari segelintir anak pribumi yang dapat mengenyam pendidikan elit di era kolonial. Tepatnya di Hogere Burger School (HBS) dan lulus dengan predikat lulusan terbaik.

Pasca kelulusannya di HBS, Agus Salim sempat bekerja sebagai staf konsulat Belanda di Jeddah. Atas dorongan dari sang ayah dan setelah mendapatkan surat keterangan kesamaan status dengan warga negara Belanda Agus Salim bekerja di Jeddah. Pada kesempatan itu pula Agus Salim belajar agama dengan pamannya sendiri yang merupakan imam di Masjidil Haram, yakni Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Setelah pulang dari Jeddah ke Indonesia Agus Salim tak hanya membawa ilmu agama saja, melainkan ilmu barat dan timur yang dia dapat dari buku-buku bacaannya saat berada di Jeddah.

Pemikirannya yang kritis juga diwarnai oleh filsafat-filsafat barat dan gerakan reformis yang digagas oleh Syekh Jamaluddin Al-Afghani yang dilanjutkan oleh muridnya, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Saat di Indonesia Agus Salim masuk dalam Pergerakan Nasional melalui Sarekat Islam, setelah mengenal Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto. Kemudian beliau masuk dalam Jong Islamieten Bond, dan Gerakan Penyandar. Atas kesadarannya tentang betapa pentingnya menyebarkan pemikirannya pada khalayak luas, Agus Salim kemudian menjalankan profesinya sebagai jurnalis dan menjadi redaktur di Neratja.

Perjalanan Agus Salim tidak berhenti sampai disitu saja, beliau juga sempat masuk ke Volksraad (Dewan rakyat bentukan Belanda) pada tahun 1921-1924. Kemudian Volksraad mulai tidak koorperatif dengan Hindia Belanda. Lalu pada era kemerdekaan, Agus Salim ikut serta dalam perumusan UUD 1945 bersama 18 orang lainnya yang dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno. Salah satu jasa penting dari Agus Salim adalah keberhasilanya dalam misi diplomasi yang berpangkal pada perjanjian persahabatan dengan Mesir di tahun 1947.

Bakatnya dalam bidang diplomasi mengantarkan Agus Salim menjadi menteri luar negeri pada masa kabinet Sjahrir, Kabinet Amir Sjarifuddin, dan Kabinet Hatta. Beliau juga menguasai setidaknya 9 bahasa asing, yakni Bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Latin, Arab, Mandarin, Jepang, dan Turki. Kemampuannya dalam berbahasa asing, diplomasi, hingga public speaking membuatnya dijuluki The Grand Old Man dikalangan para tokoh perjuangan bangsa. Beliau terkenal sebagai pribadi yang pantang menyerah dan berpegang teguh pada prinsip. Sikap seperti itu kah yang patut untuk ditiru oleh generasi muda di zaman sekarang, agar tidak terjebak dalam pragmatisme dan hedonisme yang merajalela di era globalisasi ini.

The Grand Old Man: K.H Agus Salim Sang kyai dan Diplomat Indonesia

KHUTBAH JUMAT : Meningkatkan ketakwaan dengan mengingat Allah

Oleh : Khanifah Auliana

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada Rasulullah SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Hadirin semuanya pertama-tama kita tak lupa untuk selalu mengingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan keberkahan. Tak lupa untuk mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya. Allah SWT begitu luas baiknya anugerah kepada semua makhluk dengan penuh kelembutan, dengan penuh kasih sayang yang tak ada batasnya. Hadirin semuanya, kepercayaan atau agama yang kita ambil pasti punya aturan-aturanny sendiri.

Dalam agama Islam kita diperintahkan untuk percaya kepada maha pencipta yaitu Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini dengan indahnya. Dengan itu kita  harus percaya dan yakin apapun itu kepada Allah SWT. Berharap dan meminta segela kemudahan atas musibah atau ujian Yang sedang dijalani atau kebimbangan yang ada di kehidupan kita. Percayakan semua pada Allah, kita ikuti alurnya insyaallah jalan yang kita lalui akan selalu Allah ridhoi.

Sebab di dunia ini ibaratnya kita numpang sebentar ketika nanti di akhirat akan ada masa nyatanya kita benar-benar abadi. Oleh karena itu jadikan kehidupan di dunia ini menjadi peluang agar selalu berbuat kebaikan, menjalankan perintah Allah dan menjauhi maksiat-maksiat yang sangat mudah ditemui. Tingkatkan iman untuk selalu mengingat kepada Allah, jangan goyah atas godaan-godaan yang ada. Tetap memegang teguh prinsip kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Dalam Quran surat Al-Hadid ayat 20 diterangkan :

اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ

Artinya : Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

Dalam ayat tersebut, dipahami bahwa kehidupan ini memang sementara, kita semua akan ad masanya untuk dipanggil oleh Allah atau ibaratnya meninggalkan dunia ini. Lalu apa yang harus kita lakukan sebelum giliran tersebut? Banyak-banyak beribadah, bersyukur, meningkatkan ketakwaan dengan melaksanakan kebaikan-kebaikan. Masih banyak hal yang perlu kita perbaiki sekarang sebelum terlambat. Karena kematian tak pandang bulu, entah itu bayi, muda atau tua semua akan bergiliran tinggal bagaimana amal kita nanti yang akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, mari kita sama-sama introspeksi diri, yang tadinya malas sholat sekarang perbaiki sholatnya agar tidak bolong-bolong. Yang tadinya malas untuk ke masjid usahakan meluangkan waktu ke masjid, hal-hal kecil itu kalau dirubah pelan-pelan akan jadi kebiasaan yang baik pula.

Nusaibah binti Ka’ab, sang Perisai Rasulullah

Oleh Shofi Nur Hidayah

Sahabat Rasulullah SAW sangat banyak yang terkenal sebagai pahlawan dengan keberania yang luar biasa baik laki-laki maupun perempuan. Salah satunya adalah Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah dia adalah seorang sahabat wanita Rasulullah SAW yang agung dan pemberani dalam berperang. Ia kerap dipanggil dengan nama Ummu Imarah dan dijuluki Sang Perisai Rasulullah. Julukan tersebut juga dia dapatkan atas keberaniannya melindungi Rasullullah di Medan perang

Beliau juga di juluki sebagai Hamra’ul As’ad yang berarti singa merah. Julukan tersebut juga dia dapatkan atas keberaniannya melindungi Rasullullah di Medan perang. Saat perang Uhud berlangsung, dan pasukan muslim dipaksa mundur pasukan musuh justru maju hendak melukai Rasulullah. Nusaibah yang melihatnya pun segera berlari untuk melindungi Rasullullah, tanpa pedang dan perisai. Hanya dengan segenap keberanian yang dia miliki untuk melindungi sang utusan Allah SWT bahkan ketika tubuhnya penuh luka sebab melindungi Rasullullah, Nusaibah malah tersenyum karena Rasulullah SAW berada dalam keadaan baik-baik saja.

Nusaibah merupakan sosok pahlawan yang tak pernah absen meninggalkan kewajibannya untuk berjihad ketika ada panggilan untuknya. Ia tidak takut mati di jalan Allah SWT dan seluruh perjuangannya ditujukan untuk kemuliaan dunia dan akhirat. Kisah tentang keberanian Nusaibah binti Ka’ab dalam melindungi Rasullullah merupakan salah satu kisah dari sekian banyak keberanian para sahabat. Di lansir dari buku 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah karya Teguh Pramono, Nusaibah binti Ka’ab pernah bercerita tentang kejadian Perang Uhud.

“Aku melihat orang-orang yang sudah menjauhi Rasulullah SAW hingga tinggal sekelompok kecil yang tidak sampai sepuluh orang. Aku, kedua anakku, dan suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya. Kala itu, pasukan berkuda dari pihak musuh menyerang kami. Seandainya mereka berjalan kaki sebagaimana kami, insya Allah kami dapat mengalahkan mereka dengan mudah. Ketika ada seorang laki-laki berkuda mendekat dan memukulku, aku menangkisnya dan ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika ia hendak merunduk untuk memukulkan pedangnya kepadaku, aku pukul urat kaki kudanya hingga jatuh terguling.

Melihat hal itu, Rasulullah SAW berseru, ‘Wahai putra Ummu Imarah! Bantulah ibumu! Bantulah ibumu!’ Kemudian, putraku membantuku untuk mengalahkan musuh hingga aku berhasil membunuhnya.Ketika Rasulullah SAW wafat, ada beberapa kabilah yang murtad dari Islam di bawah pimpinan Musailamah al-Kadzab. Khalifah Abu Bakar kemudian mengambil keputusan untuk memerangi orang-orang tersebut.

Saat itu juga, bersegeralah Nusaibah mendatangi Abu Bakar dan meminta izin untuk bergabung bersama pasukan lainnya. Dalam Perang tersebut, Nusaibah mendapatkan ujian yang berat. Putranya yang bernama Habib tertawan oleh Musailamah al-Kadzab dan disiksa dengan memotong anggota tubuhnya sampai mati syahid. Pada perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah, juga ikut memerangi Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua. Beberapa tahun usai Perang Yamamah, Nusaibah dinyatakan wafat.

Dari kisah keberanian Nusaibah binti Ka’ab diatas kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran untuk senantiasa berani untuk membela apapun dan siapapun yang berada di jalan yang benar. Karena Allah SWT pasti akan memberikan jalan pada siapapun yang memiliki niat mulia. Di zaman sekarang memang perang jarang terjadi, akan tetapi kita semua bisa berjuang dan berjihad membela kebenaran dengan kompetensi atau keahlian yang kita miliki. Semoga kita bisa seberani Nusaibah binti Ka’ab, sang perisai Rasulullah SAW yang membela Islam, kebenaran dan kemanusiaan, hingga akhir hayat.