Menyingkap Kehidupan dan Ajaran Gus Baha: Antara Fikih, Tasawuf, dan Muhasabah Diri

Penulis : Slamet Widodo, Editor : Windi Tia Utami

K. H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau dikenal sebagai Gus Baha adalah seorang ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Gus Baha dikenal sebagai ahli tafsir dan pakar Al-Quran.  Gus Baha lahir pada 15 Maret 1970 di Sarang, Rembang.  Beliau merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA K. H.  Nursalim al-Hafizh. Gus Baha menikah dengan seorang putri pesantren bernama Ning Winda dari Pesantren Sidogiri Pasuruan.

Gus Baha merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair. Beliau mengungkapkan sejalur dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah karena dinilai sebagai ajaran yang mudah dan tidak mempersulit umat. Salah satu nasehat kondang beliau adalah mengajarkan pentingnya untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Pertanyaan yang sering muncul dibenak masyarakat umum, khususnya umat Islam yang mulai berusaha mempelajari Islam adalah terkait mana kedudukan yang lebih tinggi antara Fikih dan Tasawuf.  K. H. Ahmad Baha’uddin Nursalim alias Gus Baha menjawab pertanyaan tersebut dengan penjelasan berikut: “Keyakinan saya sampai saya bertemu tuhan adalah tidak ada ilmu se-barakah ilmu fikih. Saya ulangi lagi, tidak ada ilmu se-barakah ilmu fikih. Meskipun tasawuf ya barakah, tapi tetap jauh. Jadi, orang sekarang itu ngawur sekali kalau mengatakan tasawuf itu diatas fikih. Itu keliru sekali.”

“Kita bisa mengikhlaskan amal itu setelah lolos uji fikih. Jadi misalnya saya shalat, saya ikhlaskan untuk Allah. Status shalat itu harus benar dulu: ada Fatihahnya, ada ruku’-nya, ada sujudnya. Orang status shalatnya saja tidak benar kok bilang diikhlaskan, diikhlaskan mbahe! Itu kan seperti sedekah, sedekah itu pakai harta. Hartanya halal, baru disedekahkan, baru diikhlaskan. Kalau hartanya saja sudah tidak halal, atau gak ada sama sekali ‘yang penting ikhlas’, ya diikhlaskan mbahmu!?. Yang penting mengajar itu ikhlas, orang mengajar saja tidak laku kok ikhlas”, jelas Gus Baha.

Tasawuf adalah jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Konsep-konsep dalam tasawuf mengarahkan manusia atau sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Hampir semua konsep dalam tasawuf berasal dari Al-Qur’an. Konsep-konsep maqamat seperti taubat, sabar, ridho, tawakkal, khalwat, dan dzikir, semuanya diambil dari Al-Qur’an. Sufi sendiri menurut Gus Baha adalah orang yang membangun diri untuk menjauhi kehidupan duniawi dan memperbanyak baca istighfar ketika menyelesaikan segala masalah.

Dewasa ini, tasawuf banyak mengalami degradasi dan sering digunakan pada praktik-pratik yang sesat dan di pakai oleh para dukun berkedok agama. Berbeda dengan tasawuf yang di gagas oleh gus baha yang lebih mengena di hati para remaja karena di dalam tasawufnya tertadapat muahasabah diri dengan tidak menunggu orang lain mensifati kita disisi lain tasawufnya tidak mengajarkan amal-amalan yang menyesatkan seperti tubuh kekal,bisa menghilang,dll.