Sosok KH. Taufiqul Hakim dalam Modernisasi Pendidikan Pesantren: Menyatukan Tradisi dan Inovasi dalam Pembangunan Karakter dan Kualitas Manusia

Penulis: Salma Mustafidah, Editor: Muhamad Nurul Fajri, Amarul Hakim

Pendidikan adalah sebuah investasi yang paling strategis untuk kemajuan negara di masa mendatang. Negara-negara maju biasanya mengirimkan kader penerus terbaiknya unuk dapat mempelajari ilmu pengetahuan ataupun teknologi di negara lain yang lebih maju agar ketika mereka kembali dengan segala ilmu yang sudah didapatkan dan dapat membangun negaranya menjadi bangsa yang produktif dan kompetitif. Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga: formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal seringkali disebut sebagai pendidikan yang paling unggul. Padahal sudah terbukti dalam sebuah sejarah bahwa pendidikan informal dan nonformal mampu membangun karakter yang kokoh sebagai tempat bersemayamnya ilmu tunas bangsa yang berkualitas tinggi. Pesantren masuk kedalam kategori pendidikan nonformal yang telah mampu melahirkan banyak tokoh dan ulama bangsa yang mempunyai peran besar dalam merebut kemerdekaan dan mengisi pembangunan dari berbagai aspek kehidupan.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan sosial keagamaan. Dalam sejarah lahirnya pesantren, unsur pertamanya adalah seorang kyai karena kyai inilah tokoh utama dalam berdirinya pesantren. Dalam pesantren juga mampu melahirkan tokoh bangsa yang berkualitas tinggi. Harapan terbesar pesantren adalah santrinya menjadi kyai di tengah masyarakat. Ilmu yang telah diajarkan di pesantren lalu diamalkan atau diajarkan kepada masyarakat dengan keteladanan dan ketekunan sehingga dapat memikat daya tarik masyarakat dan menyuruh anaknya untuk belajar kepedanya. Pengakuan masyarakat terhadap keilmuan dan perjuanagan yang dimiliki seseorang tersebutlah yang akan melahirkan label ‘kyai’, karena kyai tidak berlabel dari pesantren tetapi dari masyarakat.

Keunggulan pendidikan pesantren terdapat pada banyak aspek : Pertama, internalisasi pendidikan karakter. Karakter merupakan pondasi mental seseorang, sehingga pembangunan karakter adalah sebuah prioritas agar bangunan diatasnya tidak goyah serta terombang-ambing oleh cobaan kehidupan. Kedua, membangun mental ‘self study’ (belajar secara otodidak). Di pesantren diajarkan ilmu nahwu sharaf supaya santri mampu dapat mengkaji sendiri kitab-kitab yang besar tanpa dibimbing langsung oleh guru. Ketiga, memberikan wawasan social. Pesantren pasti memiliki visi yang dapat membangun masyarakat dalam bentuk sosialisasi dan lain sebagainya. Keempat, memperkuat aspek transedensi bahwa segala kegiatan yang dilakukan manusia bertujuan dalam rangka menggapai Ridha Allah SWT. Kelima, memberikan kemampuan berkolaborasi dalam kebaikan. Keenam, melatih ‘riyadhoh’ (tirakat). Ketujuh, membangun alaqah bathiniyah (hubungan antara kyai dan santri selam-lamanya, baik ketika guru masih hidup maupun sudah wafat).

Taufiqul Hakim adalah sosok kyai yang hidup di era keterbukaan, sehingga sangat memungknkan menyerap berbagai perubahan modern yang terjadi. Beliau bukanlah sosok pasif yang hanya menunggu datangnya perubahan, justru beliau adalah sosok yang sangat aktif yang menyerap dan mempelopori segala perubahan agar perubahan tersebut dapat sesuai dengan syari’at Islam. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan gagasan modernisasi pendidikan pesantren yang digagas dan diaplikasikan oleh beliau KH. Taufiqul Hakim sehingga dikenal oleh kalangan publik dan menjadi salah satu solusi stagnasi pendidikan dalam bidang pembangunan karakter, kompetensi keilmuan, dan dedikasi sosial. Pemikiran modernisasi pendidikan pesantren oleh KH. Taufiqul Hakim diantaranya dengan : membangun sistem yang kuat, pendidikan karakter secara berkelanjutan, kekuatan fokus, menggunakan metode syiir, gradualisasi dalam pendidikan, akselerasi kualitas serta kaderisasi.

Taufiqul Hakim tidak hanya sekedar berteori. Justru kekuatan utama beliau adalah turun langsung melakukan modernisasi pendidikan pesantren di pesantren yang beliau rintis. Beliau menawarkan kurikulum unggulan yang telah terbukti dapat mencetak kader-kader muda yang berkualitas. Kurikulum ini telah diuji coba dan didemonstrasikan kepada orang lain sehunga dapat terlihat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya ditingkatkan dan kelemahannya dihilangkan. Proses inilah yang membuat ide-ide orisional KH. Taufiqul Hakim terus berjalan seiring berkembangnya zaman. Salah satu dari bukti praktek modernisasi pendidikan pesantren beliau adalah “Amstilati”. Amtsilati adalah buah pemikiran KH. Taufiqul Hakim yang menjadi branding keilmuannya. Amtsilati adalah gerakan pertama modernisasi pendidikan yang menjadikan kualitas dengan waktu yang  sangat efisien. Dari kitab Alfiyah Ibnu Malik yang berjumlah seribu bait dibuat ringkas hingga delapan puluh tiga bait dan dilengkapi dengan contoh-contoh dari Al-Qur’an. Untuk memahami lebih praktis Amtsilati ini, KH. Taufiqul Hakim membuat dua alat bantu. Pertama, rumus dan kaidah yang diberi nama Qaidati. Kedua, praktek penerapan rumus yang diberi nama Tatimmatun.

Modernisasi pendidikan pesantren yang digagas dan dipraktekkan oleh KH. Taufiqul Hakim mampu menarik perhatian publik. Publik menilai terobosan modernisasi pendidikan pesantren KH. Taufiqul Hakim mampu menggabungkan dimensi salaf dan kholaf sekaligus. Amtsilati dan terobosan KH. Taufiqul Hakim yang lain relevan dengan tuntutan era kekinian yang mengedepankan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas dalam mengambil dan mengambangkan ilmu. Terdapat beberapa indicator, diantaranya : embangun karakter, membangun kompetensi, berbasis kualitas, berbasis kreativitas, dan integrasi ilmu, amal dan dakwah. Karena semakin besar dan banyak orang yang merasakan manfaat ilmu dan perjuangannya, maka semakin besar pula nilainya di hadapan Allah SWT dan sesama manusia. Semua proses tersebut harus dilandasi dengan nilai keikhlasan karena hanya mengharap Ridha Allah SWT sebagai syarat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.  Wallahu a’lam……