Tiga Hal yang Menyelamatkan dan Menghancurkan

Penulis : Abdul Basith, M.Pd., Editor : Fajri Muarrikh

الحمد للهِ الواحدِ الفردِ الصمد، الذي لم يلد ولم يولد، ولم يكن له كفواً أحد، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، في مُلكه وسُلطانه، ولا مثيلَ له في أسمائه وصفاته

وإحسانه، وأشهد أن محمداً عبدُه ورسولُه المُؤيد ببرهانه، اللهم صل وسلم على محمد، وعلى آله وأصحابه وأتباعه وأعوانه. أما بعد فيا

عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون.. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Jamaah Jum’at rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan takwallah. Takwa yang sesugguhnya dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi yang dilarang Allah SWT. Dengan selalu melakukan koreksi dan evaluasi dalam kualitas takwallah tersebut, kita akan menjadi hamba yang beruntung.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Rasulullah SAW pernah berpesan:

ثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٌ، وثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ، وَالْقول بالحق فِي الرِّضَا والسخط، وَالْقَصْدُ فِي

الْغِنَى وَالْفَقْرِ . وأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Ada tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga hal yang bisa merusak. Yang menyelamatkan antara lain (1) takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai, (2) berkata benar (adil) dalam kondisi ridla maupun marah, dan (3) bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin. Sedangkan yang merusak antara lain (1) bakhil yang kelewatan, (2) nafsu yang diikuti, dan (3) ujub terhadap diri sendiri.”

Baca juga : KHUTBAH JUMAT : Mengingat Kematian Bentuk Mendekatkan Diri Kepada Allah

Hadits yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi ini secara tegas menjelaskan sikap-sikap yang saling bertentangan. Tiga penyakit perilaku yang terakhir dapat merusak kemuliaan manusia sebagai hamba Allah, menjauhkan seseorang dari kebahagiaan akhirat, dan keluar dari kewajaran hidup sebagai makhluk di dunia. Sementara tiga hal yang pertama justru sebaliknya, menyelamatkan hamba dari kerusakan-kerusakan itu semua.

Pertama, takwa kepada Allah. Sebagian kita kerap saling paham bahwa ketika disebut kata takwa maka yang terbayang sekadar melaksanakan shalat, puasa, haji, dan perkara ubudiyah lainnya. Padahal, takwa mencakup seluruh gerak lahir dan batin. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa takwa tersebut tidak hanya dalam keadaan dilihat orang lain, karena ini wajar dan naluriah manusia, tetapi juga ketika seseorang dalam keadaan sendirian karena di situlah letak ujiannya. Jika kita tidak bisa mengontrol diri agar senantiasa dalam jalur yang benar melalui jalan ketakwaan, dikhawatirkan kita akan jatuh pada hal yang merusak yaitu hawa muttaba’ (hawa nafsu dan keinginan yang selalu dituruti).

Baca juga : KHUTBAH JUMAT-HIDUP MENCINTAI KERUKUNAN MENGHINDARI KEKERASAN

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kedua, berkata benar dalam kondisi ridla maupun marah. Hal ini menuntut emosi yang stabil dan pengendalian diri yang baik. Janganlah seseorang mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak baik meskipun itu berlaku kepada orang yang dicintainya, begitu juga sebaliknya. Standar benar-salah, baik-buruk adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, bukan kepada siapa ketentuan itu akan diberlakukan.

Ketiga, sederhana saat kaya maupun miskin. Hal ini menjadi ciri dari kedewasaan seseorang dalam memaknai kekayaan. Sederhana bukan berarti kekurangan, apalagi berlebihan. Ia berada di antara sangat irit (pelit) dan mubazir (pemborosan dan hura-hura). Kesederhanaan juga merupakan cermin dari kepribadian yang sanggup membedakan antara “kebutuhan” dan “keinginan”. Apa yang diinginkan seseorang tak selalu identik dengan keperluannya. Karena kebutuhan senantiasa mempunyai porsi sementara keinginan luas tak terbatas.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Anjuran hidup sederhana dalam kondisi apa pun sangat relevan bila dikaitkan dengan hakikat harta yang sejatinya karunia Allah. Di dalamnya ada hak untuk dirinya juga untuk orang lain. Bagi orang miskin, kesederhanaan adalah strategi untuk tetap bersyukur dan wajar dalam berekonomi. Bagi orang kaya, kesederhanaan adalah pertanda ia tak tenggelam dalam gemerlap duniawi sekaligus momen berbagi harta lebih yang ia miliki. Ketidakmampuan untuk hidup sederhana akan mendorong seseorang untuk kikir (syuhhun muthâ‘) terhadap harta yang ia miliki, yang menjadi salah satu perilaku merusak dalam hadits di atas.

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى  وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وقل رب اغفر

وارحم وانت خير الراحمين.

الخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ لِكُلِّ جمْـعَـةٍ

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى

سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

فيا عباد الله: اتقوا الله تعالى وأطيعوه، واعلموا أن طاعته أقوم وأقوى، وتزودوا فإن خير الزاد التقوى،. وَقَالَ تَعَالىَ:إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَاأَ يُّـهَا اّلَذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. الَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا ُمحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِي اْلأُمِّيِّ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمْعين، وَعَنِ التَّابِعِين وَتَابِعِى

التَّابِعِين بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ وَانْصُرْنَا مَعَهُمْ بِرَحْـمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاِحمِين

اللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، وَضَعِّفْ لَهُمُ اْلحَسَناَتِ وَكَفِّرْ عَنْهُمُ السَّيِّئَاتِ. رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَناَ مِنْ أَمْرِناَ رَشَدًا. اَللَّهُمَّ اَرِنَا اْلحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْناَ اِتِّبَاعَهُ وَاَرِناَ اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِناَبَهُ ولا تجعله ملتبسا علينا فنضل ونشقى واجعلنا للمتقين اماما.

رَبَّناَ أَتِناَ فىِ الدُّنيْاَ حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلِإحْساَنِ وَإِيْتاَءِ ذِىْ اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشاَءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فاَذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمَهُ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ

مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.