Menyemai Gagasan, Menuai Perubahan: Mahasiswa dan Dinamika Pergerakan di Usia ke-65 PMII

Penulis: Mohammad Nasrudin Rahmat*

Editor: Muhamad Nurul Fajri

Enam puluh lima tahun bukanlah usia yang singkat bagi sebuah organisasi kemahasiswaan. Dalam rentang waktu tersebut, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah menorehkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah bangsa, khususnya dalam dinamika pergerakan mahasiswa. Di hari lahirnya yang ke-65 ini, mari kita merenungkan kembali esensi dari pertautan abadi antara mahasiswa dan pergerakan, serta bagaimana PMII telah dan akan terus memainkan peran krusial di dalamnya.

Mahasiswa, dengan segala idealisme, semangat muda, dan kemampuan analisis kritisnya, secara inheren adalah agen perubahan. Mereka adalah mata dan telinga masyarakat yang paling peka terhadap ketidakadilan, ketimpangan, dan berbagai persoalan bangsa. Sejarah mencatat dengan tinta emas bagaimana gerakan mahasiswa, di berbagai belahan dunia, telah menjadi katalisator perubahan sosial dan politik yang signifikan. Dari perjuangan kemerdekaan, tumbangnya rezim otoriter, hingga advokasi isu-isu lingkungan dan hak asasi manusia, suara mahasiswa selalu memiliki resonansi yang kuat dan mampu menggerakkan gelombang perubahan.

Di Indonesia, peran mahasiswa dalam pergerakan telah teruji dalam berbagai momentum penting. Generasi demi generasi mahasiswa tampil sebagai garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi rakyat, mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak, dan mengawal jalannya demokrasi. Mereka tidak hanya menjadi pengamat pasif, tetapi juga aktor aktif yang berani mengambil risiko demi mewujudkan cita-cita bangsa yang lebih baik. Semangat juang dan keberanian mahasiswa inilah yang menjadi salah satu pilar kekuatan moral bangsa.

Dalam konteks ini, PMII hadir sebagai wadah bagi mahasiswa Islam Indonesia untuk mengartikulasikan gagasan, mengorganisir diri, dan bergerak bersama demi kemajuan bangsa. Lahir pada tanggal 17 April 1960, PMII didirikan atas kesadaran akan pentingnya peran mahasiswa dalam pembangunan dan pembelaan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah serta kebangsaan Indonesia. Sejak awal berdirinya, PMII telah menunjukkan komitmennya terhadap prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, yang diwujudkan melalui berbagai aksi dan gerakan yang relevan dengan zamannya.

Selama 65 tahun perjalanannya, PMII telah melewati berbagai dinamika dan tantangan. Organisasi ini telah melahirkan kader-kader bangsa yang berkontribusi di berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hingga keagamaan. Lebih dari sekadar organisasi formal, PMII telah menjadi rumah bagi intelektual muda yang memiliki kepedulian mendalam terhadap nasib bangsa dan umat. Diskusi-diskusi yang berbobot, kajian-kajian mendalam, dan aksi-aksi yang terorganisir menjadi ciri khas pergerakan PMII.

Analisis mendalam terhadap peran PMII dalam pergerakan mahasiswa menunjukkan beberapa aspek penting. Pertama, PMII mampu mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan semangat nasionalisme. Hal ini tercermin dalam setiap gerakannya yang selalu berlandaskan pada ajaran Islam yang rahmatan lil alamin serta komitmen yang kuat terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). PMII memahami bahwa keislaman dan kebangsaan bukanlah dua entitas yang bertentangan, melainkan dua sisi mata uang yang saling melengkapi dan memperkuat.

Kedua, PMII memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan zaman. Di era digital dan globalisasi ini, PMII terus berinovasi dalam strategi pergerakannya. Pemanfaatan teknologi informasi dan media sosial menjadi salah satu cara untuk memperluas jangkauan pengaruh dan menyuarakan gagasan-gagasan progresif kepada generasi muda. PMII juga aktif dalam membangun jaringan dengan berbagai elemen masyarakat sipil lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk memperkuat daya dorong pergerakannya.

Ketiga, PMII senantiasa menekankan pentingnya intelektualitas dan kajian mendalam dalam setiap gerakannya. Hal ini membedakannya dari gerakan mahasiswa yang mungkin hanya mengandalkan aksi-aksi demonstrasi semata. PMII meyakini bahwa perubahan yang berkelanjutan harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif terhadap akar permasalahan dan solusi yang ditawarkan. Oleh karena itu, tradisi diskusi, seminar, dan kajian ilmiah selalu dijaga dan dikembangkan di lingkungan PMII.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa dan PMII di masa depan tidaklah ringan. Kompleksitas persoalan bangsa yang semakin meningkat, polarisasi politik yang masih terasa, serta ancaman intoleransi dan radikalisme menjadi beberapa isu krusial yang perlu direspon secara cerdas dan strategis. Di sinilah peran PMII sebagai organisasi kemahasiswaan yang berakar pada nilai-nilai Islam moderat dan kebangsaan yang inklusif menjadi semakin penting.

Menyambut usia ke-65, PMII memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk terus menyemai gagasan-gagasan progresif, mengawal nilai-nilai demokrasi dan keadilan, serta menjadi garda terdepan dalam membela kepentingan rakyat yang tertindas. Semangat pergerakan yang telah diwariskan oleh para pendahulu harus terus dikobarkan dan diadaptasikan dengan konteks zaman yang terus berubah.

Mahasiswa sebagai tulang punggung pergerakan harus terus mengasah kemampuan berpikir kritis, memperkuat solidaritas, dan mengembangkan kepemimpinan yang transformatif. Mereka harus berani keluar dari zona nyaman dan terlibat aktif dalam berbagai isu sosial dan politik yang relevan. PMII sebagai organisasi harus terus menjadi wadah yang inklusif, terbuka terhadap kritik dan saran, serta mampu memberdayakan seluruh anggotanya untuk menjadi agen perubahan yang efektif.

Di hari lahir yang ke-65 ini, mari kita jadikan momentum ini sebagai refleksi untuk menguatkan kembali komitmen kita terhadap cita-cita luhur bangsa. Mari kita terus bergandengan tangan, mahasiswa dan PMII, untuk membangun Indonesia yang lebih adil, makmur, dan beradab. Perjalanan panjang PMII telah membuktikan bahwa semangat pergerakan mahasiswa adalah kekuatan yang tak ternilai harganya dalam mewujudkan perubahan yang positif. Teruslah menyemai gagasan, teruslah menuai perubahan, wahai para pejuang pergerakan! Selamat Hari Lahir ke-65, PMII! Tangan terkepal dan maju ke muka!. Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariq.

*Dosen Pascasarjana UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Asyiknya Kuliah Sambil Mondok

Penulis: Ali Yafi, Editor: Kharisma Shafrani

Kuliah sambil belajar agama di pondok pesantren? Memang bisa?

Kuliah sambil mondok semakin diminati banyak mahasiswa. Kuliah sambil mondok juga bisa membantu kita supaya memiliki dua keilmuan, satu tentang pendidikan formal dan yang kedua pendidikan agama. Jadi, kuliah sambil mondok itu sangat menarik dan asik, karena kita mempunyai tantangan dan menyeimbangkan ilmu, dari ketika pagi hari kita kuliah dengan kelas yang formal namun ketika kita pulang ke pondok kita belajar banyak hal misalnya, ilmu fiqih, akhlak, tafsir Al-qur’an dan lainnya.Hal ini menjadikan kita untuk mengintegrasikan pengetahuan umum dengan nilai-nilai keislaman.

Pada saat kuliah dengan tetap belajar di pondok pesantren, kita bisa membentuk karakter yang baik, ketika di kombinasikan dengan kuliah, pada saat kita belajar di pondok, kita belajar tentang akhlak, tentang adab dimana kita harus menghormati guru-guru kita, diajarkan untuk menghormati orang tua dan sesama, kita belajar mengikuti nilai-nilai keislaman dengan belajar kesabaran, rasa tanggung jawab, disiplin waktu, kerendahan hati yang menjadikan sebagai pendidikan sehari-hari, maka dari hal tersebut, mahasiswa ketika di lingkungan kampus juga menerapkan pendidikan yang sudah kita pelajari di dalam lingkungan pesantren.

Baca juga: K.H. Abdul Hamid Pasuruan: Sosok Ulama Sufi dan Tokoh Panutan

Salah satu aspek yang paling menarik bagi mahasiswa itu menggabungkan antara ilmu untuk dunia dan ilmu untuk akhirat secara bersamaan, dari hal tersebut menjadikan kita sejalan dengan prinsip islam yang mendorong kita untuk mencari ilmu, seperti dalam Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11). Dari ayat tersebut, menunjukan bahwa kita yang sedang mencari ilmu entah untuk duniawi maupun ukhrawi lebih baik dan sangat dihargai oleh agama islam.

Terlebih ketika mahasiswa berkuliah sambil mondok, mereka akan mempunyai kemandirian yang baik dan juga mempunyai lingkungan yang positif, dikelilingi oleh teman-teman kita yang mempunyai tujuan yang sama yaitu menuntut ilmu, seperti dalam sabda Rasulullah, “Seseorang tergantung pada agama temannya.” (HR. Abu Dawud). Maksud dari sabda beliau bahwa kita mempunyai pengaruh yang baik dan positif dari sikap maupun perilaku kita sendiri. Dengan demikian, kita menjadi terhindar dari pengaruh negatif ketika kita sedang diluar lingkup pondok pesantren. Asyik sekali bukan?

Baca juga: Konser Musik Lebih Menarik daripada Seminar Akademik

Kuliah sambil mondok, bukan hanya sekedar pilihan pendidikan, namun juga sebagai perjalanan untuk menyeimbangkan ilmu dunia dan ilmu akhirat, serta untuk persiapan menghadapi dunia kerja dengan tetap memegang prinsip ajaran agama Islam yang diperoleh dari pondok. Disamping itu, pengalaman menempuh pendidikan dengan kuliah dan mondok dapat menjadikan kita mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, mandiri, berakhlak mulia dan juga siap berkontribusi dengan masyarakat di lingkungan sekitar yang kadang masyarakat membutuhkan anak-anak muda untuk selalu memberikan hal-hal positif dengan nilai-nilai keislaman.