Strategi Dakwah dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi

Penulis: Said Kosim, Editor: Azzam Nabil H.

Sebagai upaya menyebarkan ajaran agama yang moderat, dakwah dapat berperan penting dalam membentuk masyarakat dan memajukan nilai-nilai moral dan toleransi. Namun, memperkenalkan dakwah ke dalam masyarakat modern seringkali menghadapi berbagai tantangan yang kompleks.

Salah satu tantangan terbesar dalam melaksanakan dakwah di masyarakat adalah ketidakmampuan dalam memahami ajaran agama yang kemudian menimbulkan salah tafsir sehingga membuat masyarakat jadi mudah menilai salah dan benar tanpa ada landasan yang kuat dari ilmu agama itu sendiri. Kesalahan dalam menafsirkan pesan agama yang dibawa oleh Rasulullah, melalui Al-Quran dan Hadits, seringkali timbul karena kesalahpahaman dan tidak adanya bimbingan dari guru yang mumpuni.

Selain itu, masalah lain yang sering dihadapi oleh pelaku dakwah adalah resistensi terhadap perubahan. Masyarakat sering kali memiliki kecenderungan untuk mempertahankan status quo dan menolak ide-ide baru, termasuk ajaran agama yang diusulkan oleh para dai. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidaknyamanan terhadap hal-hal yang tidak familiar atau rasa takut akan kehilangan identitas budaya mereka. Untuk mengatasi resistensi ini, pelaku dakwah perlu membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat, memahami kebutuhan dan kekhawatiran mereka, serta menjelaskan dengan bijak bagaimana ajaran agama yang diajarkan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka.

Baca juga: Dakwah No Ribet: Antara Pahala, Views, dan Moderasi Beragama di TikTok

Selanjutnya, dalam masyarakat yang semakin pluralistik seperti saat ini, dakwah sering kali menghadapi persaingan dengan berbagai pemahaman agama dan kepercayaan lainnya. Hal ini dapat mengaburkan pesan yang disampaikan oleh pelaku dakwah dan membuat sulit bagi masyarakat untuk memilih di antara berbagai opsi yang tersedia. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang inklusif dan dialog antaragama yang membawa pemahaman yang lebih baik tentang kesamaan dan perbedaan antara berbagai keyakinan. Melalui dialog yang terbuka dan rasa saling menghormati, masyarakat dapat belajar untuk hidup berdampingan dengan damai meskipun memiliki perbedaan dalam keyakinan agama atau kepercayaan.

Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah perubahan sosial dan budaya yang terus menerus. Masyarakat modern sering mengalami perubahan yang cepat dan kompleks, termasuk perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan antara ajaran agama dan tuntutan-tuntutan kehidupan modern, seperti gender, teknologi, dan konsumerisme. Untuk mengatasi tantangan ini, pelaku dakwah perlu memahami konteks sosial dan budaya tempat mereka berada, serta menafsirkan ajaran agama dengan cara yang relevan dan bermakna bagi masyarakat modern. Fleksibilitas dan keterbukaan terhadap perubahan adalah kunci untuk menjaga relevansi dakwah dalam menghadapi dinamika sosial yang terus berkembang.

Selain tantangan internal, pelaku dakwah juga sering menghadapi tantangan eksternal, termasuk tekanan politik, hukum, dan sosial. Di beberapa negara, dakwah dapat dibatasi oleh undang-undang atau aturan yang membatasi kebebasan beragama, sementara di tempat lain, dakwah dapat menjadi sasaran intoleransi dan kekerasan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan dan advokasi dari masyarakat lokal maupun internasional untuk memastikan kebebasan beragama dan hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum internasional. Selain itu, pelaku dakwah perlu membangun jejaring yang kuat dengan lembaga-lembaga yang peduli terhadap kebebasan beragama dan toleransi, serta memperkuat kapasitas mereka dalam memperjuangkan hak-hak tersebut.

Baca juga: Media Sosial dan Moderasi Beragama: Antara Dakwah Digital dan Polarisasi

Dalam menghadapi berbagai tantangan yang kompleks ini, penting bagi pelaku dakwah untuk tetap mempertahankan integritas, kesabaran, dan semangat untuk berbuat kebaikan. Meskipun jalan menuju perubahan mungkin sulit dan penuh dengan rintangan, kesungguhan dan keteguhan hati dalam menyampaikan pesan agama dengan berlandaskan pada sikap moderat akan membawa dampak positif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik dan lebih bermartabat. Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini secara bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan toleran sebagai bentuk penguatan nilai-nilai moderasi beragama.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan dakwah yang beragam, dai diharapkan mampu menyusun strategi yang jelas agar pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik, seperti diantaranya:

  1. Pendidikan Agama yang Terintegrasi.
    Salah satu strategi utama dalam menghadapi tantangan dakwah adalah dengan menyediakan pendidikan agama yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari. Ini mencakup pendekatan holistik dalam penyampaian ajaran agama yang tidak hanya berfokus pada aspek teologis, tetapi juga memperhatikan konteks sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Para dai dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan, seperti sekolah dan universitas, untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dan menarik bagi siswa agar mereka dapat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Pembangunan Hubungan yang Kuat dengan Masyarakat.
    Pembangunan hubungan yang kuat dengan masyarakat adalah kunci dalam mengatasi resistensi terhadap dakwah. Para dai perlu berusaha untuk menjadi bagian dari komunitas, mendengarkan kebutuhan dan kekhawatiran mereka, serta membangun hubungan saling percaya. Dengan demikian, para dai dapat lebih efektif dalam menyampaikan pesan-pesan agama yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sambil memperhitungkan konteks budaya dan sosial yang ada.

    Baca juga: Membangun Masyarakat Moderat melalui Komunikasi Dakwah

  3. Dialog Antaragama yang Membawa Pemahaman Lebih Baik.
    Para dai dapat mengadopsi strategi dialog antaragama sebagai cara untuk mengatasi persaingan antar keyakinan dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang kesamaan dan perbedaan antara agama-agama. Dengan terlibat dalam dialog yang terbuka dan rasa saling menghormati, para dai dapat membantu membangun jembatan antara berbagai komunitas agama dan mempromosikan perdamaian serta toleransi di antara mereka.
  4. Penafsiran Agama yang Relevan dan Bermakna.
    Dalam menghadapi perubahan sosial dan budaya, para dai perlu mampu menafsirkan ajaran agama dengan cara yang relevan dan bermakna bagi masyarakat modern. Ini melibatkan kemampuan untuk membaca dan memahami konteks sosial dan budaya tempat mereka berada, serta mengadaptasi pesan-pesan agama untuk merespons tantangan dan aspirasi yang dihadapi oleh masyarakat saat ini. Dengan demikian, dakwah tetap relevan dan memiliki dampak yang positif dalam membentuk perilaku dan nilai-nilai masyarakat.
  5. Dukungan dan Advokasi untuk Kebebasan Beragama.
    Para dai juga perlu bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang peduli terhadap kebebasan beragama dan hak asasi manusia untuk memastikan bahwa mereka memiliki dukungan dan advokasi yang memadai dalam menghadapi tantangan eksternal, seperti tekanan politik, hukum, dan sosial. Dengan memperkuat kapasitas mereka dalam memperjuangkan hak-hak tersebut, para dai dapat memastikan bahwa mereka memiliki lingkungan yang mendukung untuk melaksanakan tugas dakwah mereka.
  6. Keterbukaan terhadap Perubahan dan Inovasi.
    Para dai perlu memiliki keterbukaan terhadap perubahan dan inovasi dalam metode dan strategi dakwah mereka. Masyarakat modern terus berubah, dan para dai perlu dapat beradaptasi dengan cepat untuk tetap relevan dan efektif dalam menyampaikan pesan agama. Ini melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti media sosial dan platform digital lainnya, untuk mencapai audiens yang lebih luas dan mempromosikan pesan-pesan agama dengan cara yang menarik dan mudah diakses.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, para dai diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan dalam melakukan dakwah dalam masyarakat. Meskipun jalan menuju perubahan mungkin penuh dengan rintangan, kesungguhan dan keteguhan hati para dai dalam memperjuangkan pesan-pesan agama yang baik dan benar akan membawa dampak positif dalam membentuk masyarakat yang lebih baik dan lebih bermartabat.

*Sumber ilustrasi: Dribble.com (Muslim Man giving Religious Lectures by ianmikraz on Dribbble)