Penulis: Mustamin Giling (Kapus Terapan Masyarakat Islam dan Moderasi Beragama LPPM IAIN Ternate Malut), Editor: Lulu Salsabillah
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi dan Moderasi Beragama 2024 akan diselenggarakan dengan tema “Harmoni Keragaman: Penguatan Kehidupan Sosial, Budaya, dan Ekonomi.” Kegiatan KKN Kolaborasi Nusantara dan Moderasi Beragama ini merupakan hasil kerja sama antara Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia. Pada tahun 2024, peserta KKN berjumlah 513 orang, yang terdiri dari mahasiswa UINSA Surabaya, UIN Satu Tulungagung, UIN Malang Surabaya (19 orang), UIN Alauddin Makassar, dan IAIN Kediri, serta didampingi oleh 12 orang Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Lokasi pelaksanaan KKN ini tersebar di Halmahera Timur (yang secara langsung diminta oleh Bupati dan mendapatkan dukungan penuh di lapangan), Halmahera Utara, dan Kota Ternate dengan total 49 titik lokasi.
Mahasiswa KKN berasal dari berbagai Perguruan Tinggi yang terletak di Jawa, Sulawesi, dan Ternate, menciptakan perpaduan yang harmonis antara tiga zona dan kawasan daerah, yaitu Indonesia Bagian Barat, Tengah, dan Timur. Keanekaragaman mahasiswa dari ketiga wilayah tersebut jelas terlihat dari letak geografis, budaya, karakter bahasa, dan kearifan lokal masing-masing daerah asal. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijaksanaan, kematangan berpikir, serta tindakan yang bijak, tepat, dan cepat dalam menghadapi dan merespon realitas sosial di daerah tujuan KKN nantinya, guna membawa perubahan yang positif.
Baca juga : Menghargai dan Memperbarui: Kontribusi Islam dalam Pelestarian Budaya Lokal
Mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan kondisi riil di lapangan, bukan membawa identitas dan ego masing-masing daerah. Peribahasa “Di Mana Bumi Dipijak di Situ Langit Dijunjung” mengandung makna filosofis bahwa keberadaan seseorang seharusnya menyesuaikan diri dengan daerah yang dituju. Daerah Maluku Utara yang dijuluki “Moloku Kie Raha”, istilah untuk menyebut empat penguasa daerah di Maluku yang disebut Kolano Ternate: Ternate, Tidore, Bacan , dan Jailolo. Serta yang bersifat akomodatif dan heterogen dari segi kultur, bahasa, budaya, dan agama, mengharapkan peserta KKN untuk menghargai dan berbaur dengan masyarakat setempat. Meskipun berat, terutama bagi yang baru pertama kali menginjakkan kaki di daerah ini, niat tulus untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa harus menjadi prioritas utama. Agenda lain yang mungkin ada bisa dianggap sebagai tambahan, asalkan membawa kebaikan.
Sejuta harapan menanti di tengah-tengah masyarakat Maluku Utara, khususnya di lokasi penempatan KKN seperti Kota Ternate, Kecamatan Hiri Kepulauan, Halmahera Timur, serta daerah Galela dan Tobelo. Mereka menunggu kontribusi nyata dalam bentuk pikiran, tindakan, dan keterampilan dari para mahasiswa. Inilah saatnya mahasiswa benar-benar diuji dan dinilai oleh masyarakat. Jika di kampus mereka telah menyelesaikan beberapa SKS sebagai syarat KKN dan dinilai oleh dosen, sekarang adalah saatnya kuliah sesungguhnya di mana masyarakat yang akan menilai apakah mereka lulus atau tidak, layak atau tidak, dan berakhlak atau tidak.
Baca juga : Dialog Kebudayaan: Hidup Harmonis dengan Budaya Warga Desa Rowolaku
Tidak ada pilihan lain selain menciptakan suasana yang harmonis, sejuk, santun, bijaksana, dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan. Setelah itu, barulah berserah diri kepada Allah SWT. Inilah pilihan dan jalan terbaik selama kegiatan di Maluku Utara selama beberapa hari.
Membiasakan diri untuk beradaptasi, melihat dan mendengar langgang dan varisi terutama dialek bahasa khas Ternate, misalnya kalau tidak ada: “trada” atau so trada, menuju ke arah laut dengan menyebut: “ke lau” istilah “nyong” itu berarti kaum muda dsb. Awal saya datang di Ternate, 1998 ketika itu, teman Pegawai mengajak saya: “pak Mus, tong bronda ke Lapangan Salero Keraton, karena waktu itu ada acara Legu Gam (Semacam memperingati HUT Kesultanan Ternate), saya bingun, ada bahasa baronda, kalau di Sulawesi Selatan, ”baronda”, artinya yaa jaga malam di Post-Post Ronda bersama dengan beberapa orang habis magrib sampai subuh, “nyong” artinya kucing, tetapi di sinilah kita akan mendapatkln banyak khazanah, pengalaman serta kearifan lokal yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia, Nusantara: itulah keragaman dan kolaborasi yang akan kita rajuk bersama dalam kehidupan sosial, budaya dan untuk memberdayakan ekonomi Masyarakat. Tentu saja agenda-agenda di lapangan nanti akan di damping oleh bapak Dosen Pembimbing masing-masing Lokasi bersama tokoh Masyarakat, tokoh Pemuda, tokoh Adat, tokoh Agama, pak Desa dengan jajarannya/pak Lurah dan pak Camat.setelah peserta melakukan survey Lokasi, apa saja skala prioritas yang akan dilaksanakan, semua dicatat dan dikerjakan yang telah direncanakan.
Harapan kami semua adalah agar kalian menjaga diri dengan baik dan tetap menjaga kesehatan dan stamina, meskipun pasca Covid-19, agar tetap bugar dalam melaksanakan program kerja. Utamakan akhlakul karimah, karena ini adalah cerminan dari perguruan tinggi asal kalian dan marwah IAIN Ternate. Jagalah nama baik lembaga secara keseluruhan, karena ini adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar. Selamat melaksanakan KKN, masyarakat menanti karya nyata kalian.