Penulis: Fiantika Yuni Rosayanti, Editor: Siti Rohmah
Indonesia dikenal sebagai Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna, “Berbeda-beda, tetapi satu jua”. Negara yang kaya akan jenis suku, ras, bahasa, dan budaya yang mengajarkan kita untuk saling menghargai dan menghormati di tengah perbedaan yang ada di Indonesia. Nilai persatuan dan toleransi menjadi tatanan utama dalam menjaga keharmonisan masyarakat Indonesia.
Terowongan silaturahmi merupakan terowongan yang menghubungkan antara Gereja Katolik Katedral dan Masjid Agung Istiqlal di Jakarta yang mulai dibangun pada tahun 2021 dan diresmikan pada tanggal 20 September 2023 oleh presiden Joko Widodo. Terowongan silaturahmi ini dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan aksesibilitas antar tempat ibadah, mewujudkan simbol fisik toleransi beragama khususnya di Indonesia, serta dapat memperkaya kawasan cagar budaya dan wisata religi nasional.
Untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, melalui terowongan silaturahmi ini dapat menjadi sebuah simbol atau lambang indahnya harmonisasi antar umat beragama. Terciptanya hubungan silaturahmi antar umat beragama dapat mempererat hubungan antar sesama manusia yang dapat membangun rasa saling menghormati. Serta dapat mempererat kebersamaan di tengah berbagai macam perbedaan keyakinan dan kepercayaan di dalam masyarakat.
Sebagai contoh, melalui kegiatan-kegiatan pertemuan dalam perayaan bersama seperti ketika perayaan Hari Raya Idulfitri. Perayaan ini dapat terlaksana setelah selesainya ibadah puasa selama satu bulan penuh yang dilakukan oleh umat Islam ini dapat menjadi sebuah tali dalam silaturahmi di tengah masyarakat yang beragam untuk dapat mempererat antar hubungan baik keluarga maupun sanak saudara. Kemudian ada tradisi mudik lebaran, di mana saudara dari berbagai kota pulang ke kampung untuk berkumpul di momen lebaran. Dari banyaknya beragam jenis keyakinan dapat mengajarkan bagaimana cara kita memandang dan menyikapi serta memosisikan diri kita untuk menghormati dan menghargai di setiap tradisi maupun adat yang terdapat di masing-masing keyakinan.
Baca juga: Korelasi Antara Tradisi Nyadran dengan Nilai-nilai Moderasi Beragama
Harmonisasi beragama adalah kondisi di mana umat beragama dapat hidup secara berdampingan dengan damai dan melakukan ibadah sesuai keyakinannya tanpa membedakan agama yang dianut oleh orang lain. Dengan adanya harmonisasi beragama, umat beragama dari berbagai aliran dapat saling menghormati, membantu, dan bekerja sama tanpa menimbulkan konflik atau paham radikal yang bisa memecah hubungan antar umat. Dalam hal ini, harmonisasi beragama mencerminkan kearifan lokal karena setiap orang dapat menghormati perbedaan agama dan tidak menyebarkan paham yang bertentangan dengan pandangan tersebut.
Sesungguhnya, harmonisasi beragama akan terlaksana dengan baik apabila seluruh elemen yang terkait dapat saling melengkapi. Selanjutnya, masyarakat diharapkan untuk bersikap saling menghormati, menghargai, toleransi, dan tidak mendiskriminasi pada jenis-jenis agama di sekitarnya untuk mencegah radikalisasi dan konflik. Dengan adanya perbedaan kepercayaan di tengah masyarakat, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan pendidikan multikultural. Pendidikan ini sendiri merupakan sebuah pendekatan pendidikan yang mengajarkan untuk menghargai keberagaman dari sisi agama, budaya, suku, ras, bahasa, dan lain-lain. Mewujudkan indahnya harmonisasi beragama di tengah perbedaan melalui pendidikan multikultural.
Dengan memahami makna dan sejarah terowongan silaturahmi serta hubungannya dengan moderasi agama, indahnya rasa persatuan dan kebersamaan tanpa memandang perbedaan keyakinan dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Terowongan silaturahmi juga dapat berfungsi sebagai ikatan yang baik di antara berbagai keyakinan, etnis, suku, ras, agama dan sebagainya. Moderasi dalam agama didefinisikan sebagai jalan tengah dalam konteks agama, ras, etnisitas, budaya, bahasa, dan bagaimana kita menyikapi perbedaan dengan cara yang mendorong perdamaian, persatuan, penghormatan, dan penghayatan di tengah keberagaman.
Jika moderasi diterapkan terhadap agama dan nilainya, hal ini mendorong persatuan dan memperkuat hubungan silahturahmi dan mengurangi rasa fanatisme terhadap keyakinan yang berbeda. Terowongan silaturahmi yang dibangun melalui moderasi iman yang harapannya semakin memperkuat dan mempererat tali silaturahmi di tengah keberagaman. Selain itu, moderasi beragama dapat mengendalikan konflik yang dihasilkan dari perbedaan keyakinan dengan jalan tengah.