Penulis : Nanang, Editor : Sirli Amry
Hongkong, merupakan salah satu daerah favorit para pekerja migran dari Indonesia. Tidak syak, Indonesia menempati salah satu negara pemasok pekerja migran terbesar di Hongkong. Kondisi ini membuat LP2M UIN Gus Dur Pekalongan berinisiatif menjadikan Hongkong sebagai lokasi kegiatan penelitian.
Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 20 hingga 27 September 2024. Lembaga mitra yang diajak kerja sama adalah PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Hongkong, STOP (Stop Traficking on People), IMWU (Indonesian Migrant Worker Union), dan sebagainya.
Baca Juga : Perluas Layanan Iklim Ke Daerah Terpencil BMKG Adakan Lokakarya iklim Internasional
Kegiatan ini menghasilkan temuan, bahwa meskipun Hongkong menjadi destinasi favorit pekerja migran, bukan berarti tidak ada masalah di dalamnya. Diantara masalah yang dihadapi pekerja migran Indonesia adalah penipuan dari pihak yang mengaku agen, pelecehan seksual (kadang pelakunya dari majikan, atau sesama pekerja migran), perlakuan kasar dari majikan, pemutusan kontrak kerja sepihak, hingga masalah dengan keluarga yang ditinggalkan.
Terlepas dari masalah-masalah tersebut, berbagai informan wawancara dari para pekerja migran mengatakan, Hongkong merupakan tempat yang cukup nyaman. Kejelasan dan kepastian hukum relatif ditegakkan, termasuk pada kehidupan sosial sehari-hari. Namun, kenyamanan para pekerja migran di hongkong, pada sisi lain justru mendorong timbulnya masalah baru. Misalnya, munculnya agen palsu yang menjanjikan pekerjaan di Hongkong. Atau munculnya masalah overstay, karena para pekerja migran tidak mau pulang ke rumah. Betahnya para pekerja migran di Hongkong juga pada sisi lain berpotensi menimbulkan masalah keluarga di rumah yang ditinggalkan. Karena, dalam keluarga, sosok ibu atau ayah, merupakan sosok vital yang tidak bisa tergantikan.
Baca Juga : Memprediksi Masa Depan Pendidikan: Tren Digital dalam Mempersiapkan Perubahan
Berbagai problem para pekerja migran yang muncul di Hongkong merupakan sesuatu yang perlu didalami. Menurut Imam Kanafi selaku ketua LP2M, kontribusi para pekerja migran, hingga mereka kerap disebut sebagai “pahlawan devisa”, harus diganjar dengan perhatian terhadap berbagai masalah yang mereka hadapi. Untuk memecahkan masalah dengan komprehensif, diperlukan pemahaman yang utuh terhadap masalah itu terlebih dahulu. Atas dasar inilah program penelitian ini dilakukan.
Selain itu, program penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi para pemangku kepentingan atau pembuat kebijakan untuk merealisasikan kegiatan yang memitigasi masalah. Untuk itu diperlukan aturan atau regulasi yang jelas guna melindungi para pahlawan devisa negara tersebut. Demikian tutur Imam.