Menelisik Sisi Historis Bacaan Tasmi “Sami’allahu Liman Hamidah” Saat Bangkit dari Ruku’

Penulis: Azzam Nabil H., Editor: Amarul Hakim

Salat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim. Sebagaimana firman Allah swt. pada Q.S. Al-Baqarah ayat 43, yang artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”

Berkaitan dengan salat, ada satu riwayat historis dimana terdapat istilah takbir intiqâl dalam salat, yaitu anjuran untuk mengucapkan kalimat  الله اكبر  (Allahu Akbar) setiap kali berpindah gerakan. Namun, terdapat satu pengecualian, yaitu saat berdiri dari rukuk. Pada momen ini, yang disunahkan bukan membaca takbir, melainkan mengucapkan kalimat tasmi’ yaitu  سمع الله لمن حمده  (Sami’allahu liman hamidah).

Mengutip kitab I’anatut Thalibin Juz 1 halaman 236, karya Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi (Beirut: Darul Fikr, 1997), mengisahkan latar belakang adanya perbedaan anjuran bacaan saat bangkit dari rukuk tersebut.

والسبب في سن سمع الله لمن حمده: أن الصديق رضي الله عنه ما فاتته صلاة خلف رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قط، فجاء يوما وقت صلاة العصر فظن أنه فاتته مع رسول الله – صلى الله عليه وسلم -، فاغتم بذلك وهرول ودخل المسجد فوجده – صلى الله عليه وسلم – مكبرا في الركوع، فقال: الحمد لله. وكبر خلفه – صلى الله عليه وسلم -. فنزل جبريل والنبي – صلى الله عليه وسلم – في الركوع، فقال يا محمد، سمع الله لمن حمده. … اجعلوها في صلاتكم عند الرفع من الركوع، – وكان قبل ذلك يركع بالتكبير ويرفع به – فصارت سنة من ذلك الوقت ببركة الصديق رضي الله عنه.

Artinya, “Sebab kesunahan ucapan سمع الله لمن حمده (Allah mendengar orang yang memuji-Nya), adalah karena Abu Bakar As-Shiddiq RA tidak pernah  tertinggal shalat berjama’ah di belakang Rasulullah SAW. Hingga suatu hari, pada waktu shalat ashar, Abu Bakar RA tertinggal shalat bersama Rasulullah SAW.

Abu Bakar sangat bersedih dan bergegas masuk masjid. Sampai di masjid, Abu Bakar masih bisa mendapati Rasulullah Saw. sedang bertakbir untuk ruku’, maka Abu Bakar berucap: “Alhamdulillah” sebagai bentuk pujian terhadap Allah, lantas takbiratul ihram dan shalat di belakang Rasulullah SAW.

Jibril kemudian turun saat Nabi sedang ruku‘, lalu berkata: “Wahai Muhammad, ucapkan: سمع الله لمن حمده . ‘Allah mendengar orang-orang yang memuji-Nya.’ … baca kalimat itu setiap shalat saat bangun dari ruku‘. Sebelum kejadian ini setiap akan ruku‘ dan bangun dari ruku‘ yang dibaca adalah takbir. Berkah dari Sahabat Abu Bakar RA membuat tasmi’ jadi disunahkan.”

Baca juga: Menelisik Sisi Historis Penyebutan Gelar Haji di Indonesia

Dari kisah tersebut dapat dipahami bahwa anjuran membaca tasmi’ saat bangkit dari rukuk merupakan bentuk respons terhadap pujian yang diucapkan oleh Sahabat Abu Bakar RA, karena beliau tetap konsisten menjaga keistiqamahan dalam salat berjamaah bersama Rasulullah SAW.
Wallahu’alam.

*Sumber: Kitab Ianatuth Thalibin karya Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi
Ilustrasi: Khazanah Republika.co