Konsep Menjalin Silaturahmi Pandangan KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab At-Tibyan

Penulis: Dimas Muhammad Rizky, Editor: Sirli Amry

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk menjalin hubungan dan saling mengenal demi menciptakan kehidupan yang harmonis dan saling mendukung. Hal ini digambarkan dalam Al-Qur’an Surat Al Hujurat / 49 :13

اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kami menjadikan kamu berbangsa dan bersuku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah mereka yang bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Baca Juga:   Nilai-Nilai Moderasi Beragama Dalam Budaya Halal Bihalal

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kepada kita untuk saling mengenal satu sama lain walaupun memiliki perbedaan suku, ras, dan agama. Hal tersebut dapat diartikan manusia membutuhkan manusia lain untuk menjaga Ukhuwah Islamiyah agar dapat hidup dengan tenang satu sama lain.

Manusia perlu mengembangkan sikap saling menghormati dan menyayangi untuk menciptakan hubungan yang harmonis, seperti teladan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Namun terkadang dalam menjalin silaturahmi sering mendapatkan rintangan. Kebutuhan akan saling menyanyangi selalu berubah seiring waktunya, bisa bertambah maupun berkurang. Dalam menghadapi tantangan ini, lingkungan memiliki peran yang sangat penting sebagai penopang dalam memenuhi kebutuhan kasih sayang tersebut.

Masyarakat di perkotaan semakin tergerus dengan kehidupan individualis. Hal ini pengaruh perkembangan arus globalisasi yang berkembang dengan pesat yang akhirnya mengubah cara berinteraksi masyarakat yang dulu melakukan silaturahmi dengan bertatap muka sekarang dengan virtual.  Teknologi yang canggih dengan bantuan akses internet terkadang membuat seseorang mengabaikan akan silaturahmi. Faktor politik juga menyebabkan terputusnya tali persaudaraan yang disebabkan bedanya pilihan.

Baca Juga:  Moderasi Beragama sebagai Pendorong Mobilitas Sosial di Era Modern

K.H Hasyim Asy’ari dalam kitab At-tibyan menjelaskan bahwa memutus silaturrahmi tidak diperbolehkan, jika melanggarnya tanpa adanya uzur maka mendapat dosa. Kyai Hasyim asy’ari mengatakan bahwa perbedaan adalah Rahmat, sebab sahabat nabi berbeda pandangan dalam memutuskan sebuah hukum, namun perbedaan tidak membuat mereka dendam malah semakin bersatu.

Dalam bersilaturahmi, banyak keutamaan yang bisa didapat. Beberapa keutamaan tersebut diantaranya:

Silaturahmi merupakan sebagian dari iman kepada Allah dan hari kiamat. Hal tersebut sesuai dengan hadis dalam shahih Bukhari. Dalam hadis tersebut orang beriman akan memuliakan tamu yang datang kerumahnya. Dan dia akan menjaga silaturrahminya dan mengucapkan hal yang baik (HR Bukhari No. 6138).

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Selain itu, silaturahmi juga dapat melapangkan rizki. Dimana hal yang seperti ini disampaikan oleh (HR Bukhari no. 5986):

Baca Juga:  Nyadran: Tradisi Penghormatan Leluhur dalam Bingkai Nilai-Nilai Islam di Dusun Silawan Desa Kutorojo

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ ، حَدَّثَنَا يُونُسُ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Silaturahmi juga bisa menjadi sebab seseorang masuk kedalam surga. Dalam hadis juga diambil dalam riwayat Bukhari. Nabi muhammad ditanya akan amalan yang bisa membawa ke surga, lalu Nabi menyebutkan amalan yang bisa masuk surga salah satunya silaturahmi (HR Bukhari No. 1396)

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنِ ابْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ. قَالَ : مَا لَهُ مَا لَهُ ؟ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَرَبٌ مَا لَهُ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِ

Orang yang memutus silaturahmi sama dengan memutuskan dengan Allah swt sebaliknya orang menyambung maka dia juga menyambungnya silaturahmi dengan Allah swt. Hadis ini diambil dari (HR Muslim No 2555).

Baca Juga:  Merangkai Tradisi: Keberagaman dan Kekuatan Identitas dalam Nyadran Gunung Silurah

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ – وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ – قَالَا : حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي مُزَرِّدٍ ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ ، عَنْ عُرْوَةَ ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ، تَقُولُ : مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ، وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ

Seseorang yang memutus silaturahmi tidak akan masuk kedalam surga Allah swt. Hal ini dituturkan nabi melalui hadis yang tercatat dalam (HR Muslim No. 2556)

حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ ، حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ ، عَنْ مَالِكٍ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ، أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ