Harmoni Agama dan Kebudayaan: Kisah Inspiratif dari Desa Linggo Asri

Penulis : Shilfa Amelia, Editor : Choerul Bariyah

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keberagaman, seperti halnya keberagaman agama dan budaya. Ada 6 agama yang ada di indonesia yaitu islam, kristen, katolik, hindu, buddha, dan konghucu. Dalam hal ini dibutuhkannya sikap toleransi antar umat beragama. Sikap toleransi antar agama adalah sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan agama yang ada disekitar, dengan adanya sikap toleransi maka akan meminimalisir terjadinya konflik antar umat beragama dan kehidupan antar umat beragama pun akan terjalin dengan rukun dan damai. Indonesia sangat menjunjung tinggi sikap toleransi dan memberikan kebebasan kepada warganya untuk menjalankan keyakinannya. Selain agama ada juga budaya yang menjadi keanekaragaman bangsa Indonesia. Banyak sekali kebudayaan yang ada diindonesia,setiap daerah pasti mempunyai kebudayaan tersendiri. Oleh karena itu kita sebagai generasi penerus harus menjaga dan melestarikannya agar kebudayaan yang ada tidak menjadi hilang dan punah.

Desa Linggo Asri Kabupaten Pekalongan menjadi contoh dari toleransi antar umat beragama dan dijuluki sebagai kampung moderasi beragama. Moderasi Beragama adalah sikap tengah, tidak ekstrem,  dan tidak berlebihan dalam menjalankan agamanya. Moderasi juga berarti “sesuatu yang terbaik“, atau sesuatu yang ada ditengah biasanya berada di antara dua hal yang buruk. Orang yang mempraktekkannya disebut moderat. Sebelum Linggoasri dinamakan sebagai kampung Moderasi Beragama, desa Linggoasri ini lebih dulu menerapkan sikap toleransi dengan agama lain Di Desa Linggoasri terdapat 4 agama yaitu Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen. Semua orang disana hidup secara berdampingan dengan umat agama lain tetapi mereka saling menerima perbedaan satu sama lain dan  tidak ada konflik diantaranya. Sri yanti selaku anggota aktif sanggar seni mengatakan bahwa sikap toleransi antar umat beragama sudah ada sejak beliau masih kecil. Anak kecil di Linggoasri pun sudah mempraktekan sikap saling menghormati perbedaan padahal umur mereka masih sangat dini tetapi mereka sudah saling mengingatkan satu sama lain karena mereka sudah biasa hidup dengan segala perbedaan, dan mereka akan  melakukannya sendiri tanpa harus disuruh. Ia juga mengatakan bahwa sanggar seni tidak hanya untuk umat hindu tetapi semua warga seperti muslim pun juga bisa mengikuti pelatihan seni. Sanggar seni ini dijadikan sebagai pelatihan seni seperti tarian-tarian yang biasanya ditampilkan pada upacara keagamaan dan diacara-acara seperti agustusan, pagelaran dan acara desa lainnya, bahkan sudah mengikuti acara perlombaan lingkup agama disemarang.

Warga desa Linggoasri sudah biasa hidup berdampingan dengan segala perbedaan tetapi mereka tetap hidup rukun dan tidak saling menjelekan umat agama lain, mereka saling hidup tolong menolong bahkan jika umat hindu sedang melakukan kebudayaan mereka, maka umat muslim juga membantunya seperti ikut membantu membawa ogoh-ogoh, dan begitu pun sebaliknya jika umat muslim sedang ada acara seperti maulid nabi maka umat hindu juga ikut mebantu menghadiri pengajian dan para pemuda hindu juga membantu mengatur lalu lintas,dan masih banyak lagi. Selain itu mereka saling menghormati dan memberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya masing-masing, sehingga tidak ada konflik antar agama di Linggoasri.