Bersama GUSDURian Pekalongan, UIN Gusdur Gelar Focus Group Discussion Bertema ‘Harmoni untuk Kemanusiaan dan Lingkungan’

Penulis: Fajri Muarikh, Editor: Azzam Nabil H.

Pekalongan – Dalam rangka persiapan menuju acara ‘Bali Interfaith Movement’ yang akan diselengggarakan pada 13-15 Desember di Bali, UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggandeng Komunitas GUSDURian Pekalongan menggelar PreEvent Bali Interfaith Movement dengan konsep focus group discussion (FGD) yang mengusung tema ‘Harmoni untuk Kemanusiaan dan Lingkungan.’

Acara Pre-Event Bali Interfaith Movement (Pre-BIM) diselenggarakan pada tanggal 7 Desember 2024, yang bertempat di meeting room Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Gusdur Pekalongan. Kegiatan  ini diikuti sebanyak 30 peserta yang dihadiri oleh dosen atau akademisi, aktivis peduli lingkungan, berbagai tokoh agama, dan pihak pemerintahan, khususnya Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Pekalongan, serta komunitas Gusdurian.

Dengan menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof. Maghfur, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN KH. Abdurrahman Wahid, Pdt. Dwi Argo Mursito, Ketua Badan Kerja Sama Gereja Kristen (BKSGK) Pekalongan, dan KH. Marzuki Wahid dari Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, kegiatan ini di isi dengan diskusi yang membahas mengenai bagaimana peran masyarakat, khusunya pemeluk agama dalam menanggapi isu dehumanisasi dan krisis lingkungan.

Dalam sambutannya, Rektor UIN Gusdur Pekalongan, Prof. Zaenal Mustakim menekankan kepada peserta agar mengeluarkan segala pemikirannya terkait kemanusiaan dan lingkungan.

“Kita diminta untuk membahasa kelanjutan Istiqlal Declaration, Saya berharap kita bisa memberikan kontribusi dan pemikiran terkait lingkungan,” ungkap Prof. Zaenal.

Selain itu, Prof. Zaenal juga menyampaikan bahwa kerusakan alam sudah terjadi semenjak 1998. Merusak alam sebenarnya tidak boleh, namun pada tahun tersebut mulai terjadi penebangan hutan yang masif.

“Saat ini semakin hari jumlah hutan semakin berkurang,” tambahnya.

Beliau mengajak para peserta FGD untuk mengkampanyekan pentingnya menanam pohon, bukan malah merusaknya.

“Saya melihat, di negara eropa, di negara-negara maju seperti Jepang sangat peduli lingkungan, tumbuhan, taman benar-benar disayang.” Oleh karena itu, beliau akan menerapkan gerakan satu mahasiswa, satu pohon di lingkungan kampus UIN Gusdur. “Kedepan saya ingin setiap mahasiswa menanam pohon dan ada data nama, prodi, fakultas dan untuk merawatnya samapai mereka lulus. Ini akan menjadi cara merawat bumi kita di lingkunagn UIN Gus Dur pekalongan,” imbuh Prof. Zaenal.

Prof. Zaenal juga berharap, dari pertemuan diskusi ini, bisa melahirkan rekomendasi-rekomendasi yang baik terkait isu kemanusiaan dan lingkungan yang nantinya akan dibawa di BIM pada 13, 14, dan 15 Desember 2024 di Bali.