Pewarta : Baidawi, Editor : Fajri Muarrikh
Mataram – Dalam rangka mempersiapkan Bali Interfaith Movement (BIM), Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram menggelar seminar nasional bertajuk “Merawat Bumi, Merajut Harmoni: Semangat Deklarasi Istiqlal Menuju Bali Interfaith Movement” di Auditorium Kampus II UIN Mataram, Kota Mataram, NTB, pada Senin ( 9/12).
Acara ini terselenggara atas kerja sama antara UIN Mataram, Jaringan GUSDURian, Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Mataram.
Seminar ini dihadiri oleh 500 orang peserta yg merupakan perwakilan Mahasiswa, Komunitas Gusdurian. Pondok Pesantren, dan tokoh lintas agama,
Acara ini menghadirkan Rektor UIN Mataram Prof. Dr. Masnun, M,Ag sebagai Keynote Speech dan juga menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Rektor IAHN Gde Pudja Mataram I Wayan Wirate, Pembina RMB UIN Mataram Prof. Suprapto, Dosen UIN Sunan Kajiaga Yogyakarta Dr. Fahruddin Faiz, dam Pengasuh Pesantren Budaya Daar Al-Mudhaffar Paox Iben Mudhaffar. Acara ini dipandu oleh Dosen UIN Mataram Erma Suriani sebagai moderator.
Dalam pidatonya, Masnun mengungkapkan bahwa “Merawat Bumi, Merajut Harmoni, semangat deklarasi istiqlal menuju Bali interfaith movement, merupaka tema seminar kita kali ini,” terang Rektor UIN Mataram tersebut.
Memasuki sesi talkshow, I Wayan Wirate menyebut bahwa ajaran kitab suci bertujuan untuk menyebarkan kedamaian kepada seluruh umat.
“Dalam konteks moderasi beragama, konflik sering terjadi akibat pemahaman agama kita yang belum sempurna, oleh sebab itu kita harus memiliki komitmen untuk memahami ajaran dan doktrin agama sehingga mampu mewujudkan sikap dan perilaku rendah hati,” papar Wayan.
Sejalan dengan itu, Fahruddin Faiz mengatakan bahwa sikap egoisme merupakan problem utama penyebab terjadinya ketidakharmonisan.
“problem kita sekarang ini adalah, banyak orang yang menganggap negara ini adalah beban, dan agama merupakan sumber masalah,” ungkapnya.
Sementara itu, Suprapto mengungkapkan bahwa problem kemanusiaan global berupa Konflik kekerasan dan perang harus bisa diselesaikan oleh Agama.
“stop dehumanisasi dan kerusakan alam, sehingga konservasi lingkungan harus menjadi topik-topik yang digaungkan oleh seluruh pemuka agama,” terangnya.
Terakhir, Paox Iben Mudhaffar menyebut bahwa “Bumi ini cukup untuk seluruh manusia tetapi tidak cukup untuk satu manusia serakah.
“keserakahan bisa menggunakan tabir agama sehingga banyak menimbulkan konflik,” jelas pria yang akrab disapa Paox tersebut.
Acara ini dibuka dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan diakhiri dengan Doa. Pengunjung yang berjumlah Ratusan, dari kalangan mahasiswa, dosen, pegiat moderasi lintas agama juga terlihat antusias mengikuti sesi diskusi dalam acara ini. Harapannya, acara ini dapat memberi sumbangsih pemikiran dan komitmen pada terciptanya harmoni manusia dan alam, serta menjadi langkah awal untuk menyambut Bali Interfaith Movement yang akan diadakan pada tanggal 14 dan 15 Desember 2024 mendatang.