Oleh Shofi Nur Hidayah
Tahun 2023 menjadi tahun yang terasa sangat panas, hal ini dikarenakan kekeringan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini rupanya telah di perkirakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak Februari lalu. Dilansir dari Republika.co.id Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebutkan bahwa musim kemarau kali ini dipengaruhi oleh angin dari Australia, namun disertai dengan adanya anomali iklim yang disebut El-nino. Perkiraan musim kemarau ini akan berlangsung mulai Juli hingga akhir Oktober 2023 dan hujan diprediksi mulai turun pada bulan November mendatang.
Musim kemarau ini menyebabkan kekeringan di beberapa daerah, beserta cuaca panas terik hampir sepanjang hari. Adanya pengaruh El Nino, Indian Ocean Dipole Positif, dan gerak semu matahari mengakibatkan suhu makin relatif panas dan kekeringan terjadi di mana-mana. Hal ini makin di perparah dengan hujan yang tak kunjung turun. Guna meminimalisir kekeringan makin parah, BMKG telah melakukan persiapan. Diwkorita Karnawati menyebutkan, “Kami melakukan hujan buatan untuk membasahi lahan kering karena sudah tahu sebelumnya tidak kaget,” ujarnya.
Kekeringan ini juga berdampak pada kurangnya debit air yang berguna untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Perekonomian masyarakat juga menurun karena adanya kekeringan di tahun ini, terutama bagi para petani. Kekurangan air berpengaruh pada menurunnya produksi hasil tani, terjadinya puso, dan gagal panen sehingga berimbas pada pendapatan para petani maupun buruh tani. Selain itu kekeringan juga memberikan dampak bagi kesehatan manusia.
Dampak kesehatan tersebut diantaranya adalah masalah paru-paru, kemarau panjang dapat mengakibatkan meningkatnya polisi udara. Sebab, frekuensi hujan akan berkurang, padahal hujan bisa membersihkan polutan-polutan. Adanya polusi udara baik di dalam maupun diluar ruangan dapat berhubungan langsung dengan sel paru-paru saat kita bernafas. Selain masalah paru-paru, kemarau juga bisa mengakibatkan masalah berupa dehidrasi, penyebaran agen penyakit seperti diare, kolera, dan wabah penyakit lainnya. Tak hanya itu, kemarau juga berimbas pada mata akibat udara yang panas dan debu berterbangan.
Diantara banyaknya dampak negatif dari adanya kemarau panjang ini, kita juga dituntut untuk memiliki rasa sabar yang tinggi. Terutama dalam menunggu hujan pertama yang akan mengakhiri musim kemarau tahun ini. Adanya fenomena alam ini patutnya mengingatkan kita pada Sang Pencipta, sebab hanya pada-Nya kita bergantung atas segala sesuatu termasuk memohon hilangnya musim kemarau ini. Selain menjadi cobaan bagi semua umat manusia, kemarau juga mengajarkan pada kita untuk yakin atas pemeliharaan Allah SWT pada semua Ciptaan-Nya. Semua yang ada di alam semesta ini tidak luput dari pengawasan-Nya, oleh karena itu kita perlu bertawakal dan semakin memupuk keyakinan bahwa pertolongan Allah akan datang dan nyata.