Potret Keharmonisan Toleransi dalam Keberagaman Agama di Desa Linggoasri

Penulis : Aznita Putri Kurnia, Editor : Faiza Nadilah

Sebelumnya izinkan saya menyampaikan sedikit hasil mini riset saya ketika berada di Desa linggo asri, desa yang berada di kec. Kajen kab. Pekalongan ini memiliki keragaman suku dan agama. Umumnya, setiap masyarakat lokal itu pastinya memiliki adat, ritual, dan tradisi unik mereka sendiri. 

Seperti masyarakat desa linggo asri, yang mempunyai adat dan tradisi tersendiri, contohnya adat dari agama islam, masyarakat Linggo Asri yang biasa melakukan ibadah sholat 5 waktu di masjid, berpuasa pada bulan ramadhan, mengeluarkan zakat untuk fakir miskin, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Dan terdapat beberapa tradisi lain disana seperti merayakan hari raya idul fitri dan idul adha, menyantuni anak yatim pada 10 muharrom, merayakan tahun baru islam, dll. 

Sedangkan agama hindu, mereka biasa melakukan ibadah² di pura, seperti pembaptisan atau upacara, pemujaan terhadap berbagai dewa, serta perayaan hari raya seperti Diwali. Pelaksanaan tradisi ini bisa berupa pelaksanaan upacara yajna atau persembahan, serta konsep karma dan reinkarnasi juga menjadi bagian penting dalam keyakinan Hindu. 

Harmonisasi antar umat beragama di Desa Linggo Asri sangat bagus, misalnya pada dialog antar agama, saling pengertian satu sama lain dan saling menghormati. Sehingga, hubungan antara islam dan hindu atau dengan agama lain menjadi rukun dan harmonis.

Masyarakat Desa Linggo Asri juga sudah sangat bertoleran baik dari segi apapun. Seperti dalam segi pendidikan, anak-anak disana akan diajarkan untuk memahami tentang berbagai macam agama, dan tidak membeda-bedakan antar agama satu dengan yang lainnya, serta menyediakan peluang bagi individu  untuk belajar satu sama lain secara langsung.

Kerukunan dalam berdialog tercermin pada saat salah satu warga mengadakan hajatan, dimana warga lain akan saling membantu saling tolong menolong. Selain itu, mereka juga membangun kesadaran multikultural agar tercipta toleransi. Kesadaran ini dibangun melalui kurikulum pendidikan dan media yang mendorong media untuk memunculkan pemberitaan yang memicu konflik keagamaan, dan menyoroti kisah-kisah positif tentang kerja sama antaragama.

Masyarakat Linggo Asri juga membangun jiwa sosial, agar selalu bekerja sama dalam mendorong proyek-proyek yang melibatkan berbagai kelompok agama untuk membangun keharmonian, dan saling mengutamakan kesejahteraan bersama di atas perbedaan keagamaan. 

Selain itu, kerukunan dan toleransi antar umat beragama lestrasi berkat peran dari para pemimpin agama yang mengajarkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan kepada semua masyarakatnya, serta menggalang dukungan masyarakat untuk mempromosikan keharmonian.

Contoh-contoh toleransi yang mereka lakukan dalam sehari-hari seperti saling membantu dengan bergotong-royong, saling menghargai dan menghormati satu sama lain, dan jika salah satu agama melakukan perayaan maka agama lain pun ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut. 

Dengan implementasi langkah-langkah ini, masyarakat Linggo Asri pun dapat menciptakan lingkungan yang mendukung toleransi dan keharmonian serta kerukunan antar berbagai perbedaan keagamaan tanpa disertai konflik.