Pewarta: Azzam Nabil Hibrizi, Editor: Syam
Jumat, 12 Juli 2024 – Universitas Wahid Hasyim, Semarang mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Islam Nusantara dan Regenerasi Kepemimpinan Nasional Menyongsong Indonesia Emas” yang berlangsung dari pukul 08:00 hingga 11:20. Kegiatan ini dihadiri rektor dari tiga universitas sebagai pembicara kunci, yakni Rektor Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag., Rektor Universitas Hasyim Asy’ari, Prof. Dr. H. Haris Supratno., Rektor Universitas Wahid Hasyim, Prof. Dr. H. Mudzakkir Ali, M.A.
Kehadiran para rektor tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, acara seminar ini sekaligus menjadi momentum awal berlangsungnya kerjasama antara Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang; Universitas Wahid Hasyim, Semarang; dan Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid, Pekalongan. Kerjasama ini diawali dengan penandatanganan MoU dan MoA antar fakultas dari masing-masing Universitas.
Disamping itu, para rektor dari ketiga universitas tersebut juga sepakat bahwa penandatanganan ini bukanlah akhir, namun menjadi awal sebuah perjalanan untuk menjalin hubungan kerjasama yang kedepannya dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti penelitian kolaboratif, hingga pertukaran mahasiswa atau dosen. Hal ini tentunya dapat menjadi langkah dalam membentuk generasi yang unggul dan mampu memimpin Indonesia untuk mewujudkan Indoensia Emas di tahun 2045.
Berlangsungnya kegiatan ini menjadi pertama kali dalam sejarah, yaitu berkumpulnya keluarga besar Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, dalam artian penamaan dari ketiga universitas tersebut. Sehingga, hal ini dapat menjadi penyemangat dalam melaksanakan kerjasama dan kolaborasi antar universitas dengan berbagai bentuk dukungan antar kampus. Selain itu, melalui kerjasama keluarga besar Syaikh Hasyim Asy’ari ini juga sebagai implementasi dalam meneruskan perjuangan beliau sebagai pahlawan nasional dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama’, sekaligus dalam rangka mengembangkan generasi Jamiyah Nahdlatul Ulama menjadi generasi yang unggul dengan menerapkan sikap beragama yang moderat.
Sebagai langkah awal mewujudkan harapan-harapan tersebut, setelah penandatanganan dan penyampaian dari para rektor selesai, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi yang relevan melalui seminar yang berisikan tiga judul besar. Materi pertama mengangkat judul, “Menyiapkan Regenerasi Kepemimpinan Publik Melalui Peningkatan Akses Pendidikan Tinggi” yang disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama, dari UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan yaitu Prof. Dr. H. Muhlisin, M.Ag.
Beliau menjelaskan bahwa perguruan tinggi merupakan faktor penting dalam menciptakan generasi yang unggul serta memiliki jiwa kepemimpinan yang kompeten dan mampu membawa Indonesia menuju Indonesia emas 2045. Sebab, tren kepemimpinan masa depan harus di imbangi dengan digitalisasi yang rawan akan pergeseran nilai-nilai yang ada di masyarakat. Sehingga melalui strategi peningkatan akses pendidikan tinggi, baik dari segi fasilitas, beasiswa, kerjasama dan program-program lain, nantinya diharapkan dapat membentuk calon pemimpin sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki keterampilan kompeten di bidangnya, dapat menjaga nilai dan etika budaya bangsa, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap isu-isu yang kompleks serta mempunyai kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Kemudian, karena trend kepemimpinan masa depan yang perlu diimbangi teknologi, maka generasi penerus bangsa harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi yang terus berkembang, seperti yang sudah ada saat ini yakni artificial intellegence. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh pemateri kedua, Prof. Dr. Ir. Helmy Purwanto, ST. MT., IPM. selaku Wakil Rektor Bidang Riset, Teknologi, Inovasi, dan Kerjasama dari Universitas Ahmad Dahlan. Materi yang beliau sampaikan adalah “Peran Inovasi dan Teknologi dalam Regenerasi Kepemimpinan Nasional Menuju Indonesia Emas.” Dalam pemaparannya beliau juga menyampaikan tentang prediksi perkembangan teknologi dalam bidang sumber daya. Melihat kondisi saat ini dimana sumber daya alam seperti batu bara dan minyak bumi tentunya akan habis apabila diambil terus menerus. Sehingga perlu ada teknologi energi terbarukan. Hal ini menjadi salah satu trend teknologi yang terus berkembang dalam menuju Indonesia Emas 2045. Trend teknologi lainnya yang juga terus mengalami pertumbuhan yang cepat adalah teknologi digital, teknologi yang dapat mengurangi keterbatasan fisik dan jarak, serta teknologi di bidang kesehatan.
Setelah memahami teknologi, generasi penerus bangsa yang unggul dan layak menjadi pemimpin juga perlu meneladani para tokoh nasional pendiri bangsa, seperti Syekh Hasyim Asyari. Dengan meneladani beliau, maka calon pemimpin ini nantinya akan memiliki jiwa spiritualitas yang tinggi selalu menjaga integritas, serta menjunjung tinggi kedaulatan. Seperti strategi kepemimpinan Hadratussyaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dalam mempertahankan kedaulatan Bangsa Indonesia. Materi terkait hal ini disampaikan oleh Dr. Fathur Rahman, M.PdI selaku Wakil Dekan Fakultas Agama Universitas Hasyim Asy’ari. Ada tiga strategi kepemimpinan Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari, yakni membangun generasi melalui pondok pesantren dan lembaga pendidikan, kemudian memperjuangkan kemerdekaan dengan mendirikan sebuah organisasi Nahdlatul Ulama, menjadi ketua Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) serta menjadi ketua kantor jawatan agama shunubu yang kemudian diserahkan kepada anaknya, Wahid Hasyim. Hal ini menjadi strategi yang tentunya bertujuan untuk dapat memudahkan mobilisasi dan membantu menuju kemerdekaan. Sedangkan strategi terakhir yang cukup sulit adalah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa pasca kemerdekaan Indonesia, masih ada tentara sekutu yang kembali menyerang Indonesia. Melihat hal ini, Hadratussyaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Fatwa Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945. Selain itu, beliau juga menjadi ketua Majelis Pertimbangan Masyumi.
Dengan demikian, maka materi mendasar terakhir yang dapat diambil kegiatan seminar ini adalah pemaknaan terhadap kata “Islam Nusantara” itu sendiri. Sebagaimana tema yang diangkat dalam seminar ini, perlu diluruskan bahwa Islam Nusantara tidaklah sama dengan “mengislamkan Nusantara”, akan tetapi Islam Nusantara merupakan bentuk implementasi nilai-nilai keislaman di Nusantara dengan segala budaya dan adat istiadatnya. Seperti halnya Nahdlatul Ulama yang terus melaksanakan budaya nusantara tanpa merusak nilai-nilai agama Islam itu sendiri. Sehingga lengkap sudah penyampaian materi seminar nasional dengan tema “Islam Nusantara dan Regenerasi Kepemimpinan Nasional Menyongsong Indonesia Emas.” Melalui materi ini, diharapkan generasi penerus bangsa mampu memiliki sifat religius dengan tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal, serta mampu menjadi pemimpin Indonesia yang kompeten, khususnya dalam mendorong terwujudnya Indonesia Emas di tahun 2045 nanti.