Penulis: Kamelia Qurratu Aini, Editor: Nehayatul Najwa
Batik merupakan salah satu budaya non benda yang dimiliki oleh Indonesia. Batik sendiri dipandang sebagai simbol identitas bangsa yang dimiliki oleh Indonesia. Batik berasal dari kata “mbat” yang memiliki arti ngembat atau melempar berkali-kali dan kata “tik” yang berasal dari titik. Batik biasanya bermotif keindahan alam seperti flora fauna. Indonesia memiliki batik yang sangat beragam, setiap daerah pasti memiliki ciri khas dan filosofi masing-masing.
Jenis dan corak batik sangat beragam, tetapi untuk corak dan variasi batik memiliki ciri khas masing-masing yang sesuai dengan budaya daerah tersebut. Seiring berjalannya waktu, batik dipenggaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Pada awalnya batik memiliki corak dan warna yang sangat terbatas, namun batik pesisir terpengaruh dari luar seperti pedagang asing dan para penjajah. Warna-warna batik mulai banyak seperti warna merah dari Tionghoa dengan motif phoenix dan warna biru dari Belanda dengan motif bunga.
Namun, terdapat salah satu motif batik yang memiliki karakter yang khas diluar filososfi flora maupun fauna yaitu motif batik tiga negeri. Motif batik yang berasal dari Lasem ini memiliki arti tentang moderasi beragama, mengandung unsur budaya dari tiga bangsa: Arab, Tionghoa dan Jawa.
Baca juga: Semarakan Hari Batik Nasional Pemkot Pekalongan Gelar Batik Night Carnival
Motif batik yang berasal dari Lasem merupakan perwujudan dari masyarakat yang moderat, saling bertoleransi, berkesinambungan, memberikan inovasi dan kreasi, serta tegas. Pada motif ini terdapat wujud nilai toleransi yang dikelompokan dengan Tuhan, manusia dan alam. Wujud tersebut merupakan satu kesatuan dalam moderasi beragama.
Terapat beberapa motif dari Batik Tiga Negara ini yang memiliki arti moderasi beragama contohnya, motif pagi-sore yang bermakna keberlanjutan. Motif batik ini memiliki dua desain motif yang berbeda dan membuat kesan sebagai dua jenis busana. Motif batik ini berasal dari imajinasi Burung Hong dan Naga sebagai wujud akulturasi budaya.
1. Proses akulturasi budaya yang tercermin dalam motif dan warna Batik Tiga Negeri
Kota Lasem sering dijuluki “Tiongkok Kecil” hal ini karena banyaknya orang Tionghoa yang mendarat di Tanah Jawa. Kota yang juga industri batik dengan ciri khas warna merah darah ayam yang tidak dapat ditiru oleh daerah lain. Dalam memproduksi batik, Lasem menggunakan pewarna alami untuk menghasilkan warna merah yaitu dengan menggunakan kulit mengkudu yang dicampur dengan kayu-kayuan. Namun, saat ini industri batik Lasem sudah menggunakan pewarna kimia karena lebih memudahkan.
Motif Batik Tiga-Negeri ini mencermikan akulturasi budaya yang mengandung nilai moderasi. Nilai-nilai terebut dalam hubungan manusia dengan tuhan, sesama manusia, dan manusia dengan alam. Selain itu, terdapat keberagamaan seperti politik, ekonomi, agama, dan sosial yang menciptakan akulturasi budaya yang kuat.
Lasem dikenal sebagai kota moderasi beragama karena beberapa hal antara lain, eratnya masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda, terjadinya akulturasi budaya antara budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa, toleransi yang terjalin sangat erat antar agama, serta bersatunya tiga pemimpin dari etnis yang berbeda untuk melawan penjajah.
Baca juga: Mencintai Budaya Bangsa Melalui Peringatan Hari Batik Nasional
2. Batik Tiga Negeri Mencerminkan Nilai-Nilai Moderasi Beragama
Motif Batik Tiga Negeri dari Lasem ini terdiri dari beberapa ikon dan simbol. Ikon yang terdapat pada motif batik ini menggambarkan kedekatan masyarakat dengan sumber daya alamnya. Motif batik yang memiliki nilai religius hubungan Tuhan dengan manusia dapat dilihat pada motif batik yang memiliki nilai sabar, ikhlas,adil, syukur, qonaah, tawadhu’,Ikhlas, dan hikmah.
Salah satu motif batik yang memiliki nilai moderasi beragama adalah motif batik Lung Seruni. Motif batik ini merupakan batik yang berasal dari China dan dipercaya memiliki makna panjang umur dan jauh dari kedengkian (ihsan) dengan hal ini harapannya masyarakat dapat menjahi sifat dengki.
Selanjutnya terdapat motif Bledak Kipas, dimana motif ini melambangkan kebahagiaan meski dalam kondisi yang susah. Motif ini berasal dari dua etnis yang berada di Lasem, mereka hidup saling berdampingan dengan budaya dan kepercayaan yang berbeda tetapi saling menghormati satu sama lain. Terdapat motif Lung-Lungan juga yang memiliki arti pertumbuhan dan perkembangan hidup kearah yang lebih baik.
Dalam motif ini juga terdapat arti dari kosmologi antara masyarakat Jawa dan Tionghoa. Arti dari motif ini yaitu menjalin hubungan keluarga, kesopanan, keadilan, kejujuran, dan kebijaksanaan. Sedangkan pada kosmologi Jawa, motif ini memiliki arti memperindah kehidupan melalui kebersamaan dalam nilai kemanusiaan. Simbol pada motif ini memiliki arti harpaan kepada yang menggunakan agar mendapat doa-doa yang baik.
Baca juga: Batik Warisan Budaya Yang Mendunia
Berdasarkan penjelasan tersebut, Batik Lasem menjadi simbol moderasi beragama. Pewarnaannya juga berasal dari tiga daerah. Daerah Solo dengan warna sogan, Lasem dengan warna merah, dan Pekalongan dengan warna biru. Batik Tiga Negeri yang mempresentasikan tiga budaya besar yang berpengaruh di Lasem.
Sehingga dalam hal ini, Moderasi beragama dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya motif batik yang menggambarkan moderasi beragama di Lasem. Moderasi bergama yang terjadi di Lasem karena akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa. Ketiga budaya yang hidup saling berdampingan tanpa adanya pertikaian dan diabadikan dalam karya batik. Motif batik tiga negara ini memiliki makna filososfis yang mendalam.