Penulis : Rachmatika Salma Yulianto, Editor : Sirli Amry
Surakarta atau yang kerap dikenal dengan sebutan Solo, tidak hanya terkenal dengan keindahan budaya dan kekayaan tradisinya, tetapi juga kerukunan umat beragamanya. Sama halnya dengan berbagai kota di Indonesia, Kota Surakarta juga mengupayakan kerukunan dengan memahami perbedaan dan keberagaman. Dengan menjadikanya salah satu pilar penting dalam pembangunan pemerintahan kota Surakarta.
Pentingnya toleransi antar umat beragama dalam membangun harmoni sosial di Surakarta tidak dapat diragukan lagi. Dalam masyarakat yang beragam seperti Surakarta, keselarasan antara umat beragama menjadi pondasi utama dalam menciptakan kerukunan dan perdamaian. Melalui toleransi, masyarakat Surakarta mampu menjalin hubungan yang harmonis, menghormati perbedaan, dan saling mendukung dalam membangun kota yang lebih baik.
Dalam berberapa tahun terakhir, kota ini telah menunjukan komitmen yang kuat untuk memupuk dan mempromosikan toleransi antar umat beragama. Upaya untuk menciptakan harmoni dalam keberagaman menjadi prioritas utama bagi pemerintah Kota Surakarta. Hal ini jelas terlihat pada saat Kota Surakarta memperoleh skor 5,883 dan berada di posisi keempat dari 10 kota-kota yang paling toleran. Dalam Laporan Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2022 yang dilakukan oleh SETARA Institute menunjukan bahwa Surakarta menjadi salah satu kota yang memiliki tingkat toleransi yang baik.
Baca Juga: Sedekah Bumi: Tradisi Syukur, Kepedulian Sosial, dan Pelestarian Alam untuk Generasi Mendatang
Dalam suatu kota pasti mempunyai bangunan ikonik yang memiliki fungsi sebagai maskot serta ciri khas suatu wilayah. Kota Surakarta sendiri memiliki balai kota yang berfungsi bukan hanya sekedar bangunan ikonik di tengah kota. Balai Kota Surakarta lebih dari sekedar menjadi bangunan ikonik ditengah kota, melainkan menjadi pusat kegiatan administratif dan operasional yakni sebagai ”rumah” bagi pemerintah Kota Surakarta. Dalam konteks toleransi, Balai Kota Surakarta berperan sebagai ruang netral atau tempat bagi orang-orang dari berbagai latar belakang untuk menjalin kerukunan dan memupuk rasa toleransi melalui berbagai pertemuan yang diselenggarakan. Balai kota ini mencerminkan semangat inklusivitas dan penghargaan terhadap perbedaan. Selain itu, balai kota ini juga memberikan kontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih toleran dan harmonis.
Salah satu upaya yang dilakukan Kota Surakarta adalah menjadikan Balai Kota Surakarta wadah aktivitas terbuka untuk perayaan keagamaan. Diawali pada awal tahun 2023 dalam perayaan imlek bagi masyarakat etnis tionghoa. Dengan memberikan berbagai hiasan imlek berupa lampion-lampion serta ornamen pernak-pernik imlek lainnya yang terpasang di kawasan balai kota, termasuk Jalan Jendral Soedirman hingga kawasan Pasar Gede. Perayan ini sudah dilaksanakan Pemerintah Kota Surakarta sejak tahun 2011 secara rutin hingga sekarang. Perayaan imlek juga dibarengi dengan Event Grebeg Suudiro yang merupakan perayaan kebudayaan dari masyarakat jawa.
Tak lama setelah perayaan Imlek 2023, Perayaan Nyepi 2023 bagi umat Hindu juga diselenggarakan pertama kalinya dengan dukungan Pemerintah Kota Surakarta. Acara ini juga diiringi berbagai rangkaian perayaan Nyepi berupa festival Ogoh-ogoh yang digelar di Plaza Balai Kota. Panjor janur kuning juga menghiasi sepanjang Jalan Jendral Sudirman. Masyarakat dari berbagai lintas agama dan budaya pun turut menyaksikan dan memeriahkan acara tersebut.
Memasuki bulan Ramadhan 1444 H/ 2023, ornamen khas Ramadhan bergantian menghiasi Plaza Balai Kota. Kampung Ramadhan juga digelar sepanjang Bulan Ramadhan yang berlokasi di sisi utara balai kota dengan menjual berbagai jajanan dan takjil oleh puluhan UMKM. Seluruh warga masyarakat Kota Surakarta turut menikmati kehadiran Kampung Ramadhan tersebut baik dari beragam etnis dan kepercayaan.
Baca Juga : Sedekah Bumi: Tradisi Syukur, Kepedulian Sosial, dan Pelestarian Alam untuk Generasi Mendatang
Selanjutnya, disusul Perayaan Natal 2023, umat kristiani diberikan kesempatan yang sama dalam menggelar perayaan Natal di Plaza Balai Kota, dengan memutar dan menyanyikan lagu-lagu Rohani. Ornamen Natal juga menghiasi sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan kawasan balai kota, seperti replika pohon natal serta ornamen lainya.
Dalam perjalanan menjelajahi Kota Solo, kita tidak hanya disuguhi dengan pemandangan arsitektur yang memukau dann kekayaan budayanya. Melainkan harmoni toleransi antar umat beragama juga dapat kita rasakan saat menjelajahi kota tersebut. Kota ini adalah bukti nyata bahwa keberagaman kepercayaan dapat bersatu dalam kerukunan dan menciptakan lingkungan yang saling menghormati dan menghargai.
Balai Kota Surakarta hanyalah wadah bagi kerukunan umat beragama melalui perayaan yang diselenggarakan oleh berbagai umat beragama. Kesadaran masyarakat juga berperan penting dalam menjaga kerukunan yang sudah terjalin. Dengan demikian, mari bersama-sama merayakan kerukunan umat beragama di Kota Solo dan menjadikannya sebagai teladan bagi kota-kota lain di Indonesia.