Penulis: Azzam Nabil H., Editor: Tegar Rifqi
Isu lingkungan masih menjadi permasalahan yang serius di tingkat global tak terkecuali Indonesia. Mengingat bahwa selama berabad-abad, manusia sering kali abai terhadap lingkungan sekitarnya hingga membuat kerusakan yang menjadi ancaman bagi generasi mendatang. Beberapa dampak kerusakan alam akibat ulah manusia yang menjadi sorotan ialah perubahan iklim, deforestasi, hingga penumpukan sampah atau limbah, baik yang berasal dari rumah tangga maupun praktik industri yang tidak bertanggung jawab. Permasalahan yang semakin serius tersebut nampaknya menjadikan manusia sadar akan gaya hidup berkelanjutan atau sustainable living yang kemudian tengah menjadi tren akhir-akhir ini.
Berdasarkan laporan dari Healthy & Sustainable Living 2023 yang diterbitkan oleh lembaga riset GlobeScan, tercatat adanya peningkatan praktik sustainable living di banyak negara meskipun tidak signifikan. Riset ini melibatkan hampir 30.000 responden dari 31 pasar di 23 negara, termasuk Indonesia. Beberapa indikator dalam survei ini menunjukkan peningkatan, diantaranya ialah membawa tas belanja sendiri sebesar 67% (4% lebih tinggi dibandingkan 2019); melakukan daur ulang sampah dari yang awalnya 53% di tahun 2019 kemudian menjadi 59% di tahun 2023; mengurangi penggunaan plastik sekali pakai mencapai 46% (4% lebih dibandingkan 2019); dan membeli produk organik yang juga meningkat, dari yang awalnya 37% di tahun 2019 menjadi 41% di tahun 2023.
Disamping itu, merujuk data dari databoks katadata 2022, tingginya kepedulian generasi muda terhadap lingkungan dalam aspek konsumsi barang menjadi hal positif yang harus selalu ditingkatkan. Data ini diperoleh dari 2.303 responden yang terdiri dari generasi milenial dan gen Z, menyatakan bahwa sebanyak 69,8% responden memilih membawa tas belanja sendiri; kemudian sebesar 56,2% responden lebih memilih produk ramah lingkungan; dan 46,4% responden melakukan pengumpulan kemasan produk kosong untuk diserahkan ke tempat daur ulang.
Namun demikian, sikap peduli terhadap lingkungan tidak cukup hanya ditunjukkan dengan tren. Sebab, bisa jadi tren ini hanyalah bentuk dari FOMO (Fear Of Missing Out) atau sifat seseorang yang takut ketinggalan tren yang sedang dilakukan oleh banyak orang. Terlebih bagi para gen Z yang sangat erat dengan FOMO. Hal ini kemudian diperkuat dengan adanya hasil survey LSI Denny JA yang menunjukkan bahwa masyarakat yang benar-benar memperhatikan dan mencari berita tentang isu lingkungan hidup hanya 15,5%. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan negara di Eropa Barat yang persentasenya berada diatas 80%.
Terlepas dari tren positif yang sedang berlangsung, cukup disayangkan bagi masyarakat Indonesia karena data lain menunjukkan bahwa Indonesia menjadi penyumbang sampah rumah tangga terbesar se-Asia Tenggara, dengan total 14,73 ton pertahun, yang salah satunya adalah sampah sisa makanan (food loss and waste). Tak berhenti sampai disini, dalam hal penggunaan air, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan air secara efisien, yang mana kondisi ini diperparah dengan pembuangan limbah industri tekstil hingga batik, yang kenyataanya masih dibuang ke Sungai. Tak heran jika banyak prediksi yang dilakukan oleh para ahli bahwa Indonesia akan mengalami krisis air bersih hingga kekeringan di masa depan.
Baca juga: Manfaat Keberadaan Fitoplankton Dalam Konstruksi Kehidupan Wujud Nyata Pemeliharaan Allah SWT
Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kondisi ini, beberapa langkah untuk mengawali sikap peduli terhadap lingkungan dan tetap konsisten untuk menjaga lingkungan dapat diawali dari niat dan kesadaran diri sendiri serta mengingat bahwa Allah swt. sudah melarang manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf ayat 85 yang berbunyi.
…وَلاَ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“…Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman“. (QS. Al-A’raf [7]: 85).
Dalam ayat lain Allah juga telah memerintahkan manusia untuk menjaga lingkungan dan memakmurkannya. Seperti dalam firman Allah Q.S. Hud ayat 61.
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
”…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…“ (Q.S. Hud [11]: 61).
Dari kedua ayat ini, seharusnya masyarakat terutama umat muslim, menjadikan larangan dan perintah Allah Swt. tersebut sebagai pengingat untuk selalu menerapkan pola hidup yang tidak merusak lingkungan salah satunya dengan menerapkan sustanaible living di kehidupan sehari-hari. Apabila sudah tertanam di dalam hati mengenai larangan dan perintah Allah Swt. maka secara otomatis kesadaran akan pentingnya menjaga alam dari kerusakan seharusnya muncul dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk ketika melihat jumlah sampah sisa makanan (food waste) yang tinggi di Indonesia, maka seorang muslim perlu mengingat larangan terkait berlebih-lebihan dan mubadzir dalam Q.S. Al-Isra ayat 26-27.
وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا [26] اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
Artinya: “Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. [26]. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. [27]”.
Dalam ayat ini, makanan merupakan salah satu bentuk dari penggunaan harta manusia, yang dilarang untuk dihambur-hamburkan. Alangkah lebih baik jika terdapat kelebihan konsumsi makanan, maka seharusnya disedekahkan saja kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dengan demikian, apabila dalam hal spiritualitas manusia melalui perintah dan larangan Allah Swt. yang telah disampaikan dalam berbagai firman-Nya telah dipahami dan ditanamkan di hati, maka hal ini dapat menjadi pendorong seseorang untuk istiqomah atau konsisten ketika menerapkan sustainable living yang bukan hanya sebatas tren, namun juga menjadi prioritas manusia di berbagai aktivitasnya, termasuk penggunaan tumbler, memakai tas belanja berbahan kain, dan rutinitas lainnya yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan demi kehidupan berkelanjutan. Wallahu’alam.