Penulis: Nurafatul khasanah, Editor: Amarul Hakim
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi salah satu alat komunikasi paling dominan di seluruh dunia. Platform-platform seperti Facebook, Youtube, Instagram, Twitter, dan TikTok tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi satu sama lain, tetapi juga mempengaruhi cara kita mendapatkan informasi, membangun hubungan, dan mengekspresikan diri. Banyaknya pengguna aktif media sosial memberikan ruang bagi individu dan kelompok untuk berbagi pemikiran, pengalaman, serta memperkuat suara komunitas yang sering kali terpinggirkan.
Namun, kemudahan akses dan penyebaran informasi di media sosial juga membawa tantangan tersendiri, seperti penyebaran berita palsu, ujaran kebencian, sarana penyebaran misinformasi tentang agama. Informasi berbentuk konten yang diberikan dapat menyesatkan serta dapat memperkuat stereotip negatif dan prasangka terhadap kelompok tertentu. Misalnya, berita palsu yang beredar di media sosial dapat menimbulkan ketakutan dan kebencian, yang akhirnya memicu tindakan intoleransi dan diskriminasi.dan masih banyak lagi. Hal ini merupakan potret asli dari media sosial sebagai ‘wajah janus’ sebagaimana yang dikemukakan oleh Deddy Mulyana.
Media sosial juga dapat bermanifestasi sebagai media intoleran dan eskpresi radikal. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar, bahwa 50% konten di media sosial berisi ujaran intoleransi dan rencana kejahatan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Cahyo Pamungkas menyatakan sejak 2015 intolerasi dan radikalisme agama di Indonesia semakin menguat. Hal ini ditandai dengan menguatnya narasi-narasi negatif dan ujaran kebencian di media mengenai sentimen primordial keagamaan.
Di Indonesia sendiri pada tanggal 14 Oktober 2021, pengguna media sosial aktif tercatat sebanyak 170 juta orang dari total populasi yaitu 24,9 juta orang dan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2020. Dalam era digital saat ini, media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk opini dan sikap masyarakat terhadap berbagai isu, termasuk isu toleransi antaragama. Jika konten mederasi beragama dimasifkan baik secara dialogis, harmonis maupun pastoral dapat membangun pemahaman masyarakat lainnya tentang penerimaan terhadap orang lain.
Salah satu caranya yaitu dengan melakukan dialog antar agama melalui media sosial. Dialog antaragama, seperti yang dilakukan oleh Habib Jafar pendakwah milenial dalam podcast yang bernama “Log-In”. Podcast ini memainkan peran penting dalam meningkatkan moderasi beragama di era digital. Ditemani oleh rekannya bernama Onadio Leonardo yang beragama Nasrani, Habib Ja’far membahas terkait perbedaan agama dengan gaya yang mudah dimengerti dan dapat ditangkap oleh semua kalangan masyarat. Dalam konten tersebut, Habib Ja’far juga mengajak berbagai pemuka agama untuk berdiskusi tentang pentingnya toleransi, saling menghormati dan menjaga kerukunan antar umat beragama.
Sebagai seorang ulama, Habib Ja’far membawa wawasan agama yang mendalam dalam podcastnya. Beliau menekankan pentingnya memahami ajaran agama dengan baik, serta mengajak kita untuk tidak meninggalkan nilai- nilai universal yang dimiliki setiap agama seperti cinta, keadilan, toleransi dan kedamaian. Melalui dialog agama ini, mereka juga membahas tantangan yang dihadapi dalam masyarakat multikultural dan bagaimana moderasi dapat menjadi solusi atas konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
Baca Juga : Mengapa Moderasi Diperlukan dalam Politik Identitas?
Habib Ja’far berpendapat bahwa moderasi beragama adalah tentang menjaga keseimbangan antara pengamalan agama yang baik dan sikap terbuka terhadap perbedaan. Menurut beliau, agama seharusnya menjadi sumber kebaikan dan kasih sayang, bukan alat untuk memecah belah atau menimbulkan konflik.
Dalam podcasnya, Habib Ja’far menekankan bahwa dialog antarumat beragama adalah kunci untuk membangun pemahaman dan toleransi. Habib Jafar juga berbagi pengalamannya terkait bagaimana beliau belajar agama dari orang yang berbeda agama dan hal itulah yang dapat memperkaya pemahamannya tentang agamanya sendiri.
Onadio, sebagai musisi yang memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat, membawa perspektif yang unik dalam podcast ini. Onad bercerita tentang kekuatan musik dalam menyatukan orang- orang dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Melalui musik, Onad telah berhasil menciptakan ikatan emosional yang mendalam antara pendengarnya tanpa memandang perbedaan keyakinan agama.
Onad berpendapat bahwa musik memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan universal seperti cinta perdamaian, dan persatuan. Dia berbagi pengalaman tentang bagaimana dia belajar untuk menghormati dan menghargai keberagaman agama melalui kolaborasi dengan musisi- musisi dari latar belakang agama yang berbeda. Onad percaya bahwa melalui musik, kita dapat menembus batasan keagaaman dan memperluas pemahaman kita mengenai nilai manusia yang universal.
Konten yang berbasis digital ini memberikan pesan toleransi dan pemahaman untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam terutama generasi muda yang aktif dimedia sosial. Konten yang disajikan tidak hanya mendidik, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk menghargai perbedaan. Dialog semacam ini penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan mendorong moderasi beragama sebagai nilai yang dipegang teguh.
Baca Juga : Moderasi Beragama: Solusi untuk Kehidupan Harmonis di Masyarakat Multikultural
Belajar moderasi beragama melalui podcast Log- In Habib Ja’far dan Onad memberikan wawasan yang berharga tentang pentingnya menjaga sikap terbuka, toleransi, dan saling menghormati dalam konteks keberagaman agama. Dalam podcast ini, mereka menekankan pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan baik, tetapi juga menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama umat beragama. Podcast ini juga menyoroti pentingnya dialog antarumat beragama dan kekuatan musik dalam mempersatukan orang- orang dari berbagai latar belakang.
Melalui podcast ini, kita dapat belajar bagaimana membangun pemahaman dan toleransi yang lebih baik, serta menghargai perbedaan agama dengan bijaksana. Dalam era digital ini, podcast menjadi sarana pembelajaran yang efektif dan mudah diakses oleh banyak orang. Kita dapat memanfaatkan podcast dialog antaragama ini untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan moderasi beragama kita sendiri, serta berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif. Dengan demikian, mari kita belajar melalui podcast Login Habib Ja’far dan Onad untuk meraih pemahaman yang lebih dalam tentang moderasi beragama, serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita.