Moderasi Beragama: Solusi untuk Kehidupan Harmonis di Masyarakat Multikultural

Penulis : Raudhotul Khabibah, Gita Lia AdindaPutri, & Aufa Zulfa Almira, Editor : Azzam Nabil H

Indonesia sebagai negara dengan kekayaan budaya, agama, dan suku yang beragam menjadi sumber munculnya tantangan besar dalam menjaga keharmonisan. Maka langkah pertama yang dapat dilakukan ialah melihat keragaman ini sebagai kekuatan, bukan pemicu konflik. Adapun konsep yang relevan dengan langkah ini adalah moderasi beragama, yang menekankan pada sikap menghargai perbedaan dan menghindari ekstremisme.

Konsep moderasi beragama, yang dikenal dengan istilah wasathiyah dalam bahasa Arab, mengajarkan keseimbangan antara dua sisi yang berlawanan. Dalam konteks beragama, moderasi ini berarti tidak berlebihan atau radikal dalam keyakinan, tetapi tetap berpegang teguh pada prinsip keadilan dan toleransi.

Di Desa Gumawang, konsep ini sudah diterapkan dengan baik, di mana masyarakat yang berbeda agama saling bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial, tanpa adanya diskriminasi atau konflik. Warga tidak hanya hidup berdampingan, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.

Baca juga : Moderasi Beragama sebagai Upaya Mencegah Ekstremisme dan Radikalisme di Indonesia

Salah satu contoh nyata dari penerapan moderasi beragama adalah keterlibatan warga Kristen dalam kegiatan Ramadhan, seperti membagikan takjil, serta kerjasama Banser dalam menjaga keamanan ibadah di gereja. Tindakan ini menunjukkan bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga tentang aksi nyata dalam membantu satu sama lain.

Berdasarkan contoh tersebut, meskipun terdapat beragam perbedaan budaya, suku, dan agama, maka isu Radikalisme yang sering kali muncul karena kurangnya pemahaman yang benar tentang agama dan adanya pengaruh dari kelompok-kelompok yang menyimpang tidak akan lagi ada di suatu masyarakat.

Oleh karena itu, moderasi beragama sangat penting sebagai benteng dari paham-paham ekstrem yang bisa merusak persatuan bangsa. Kaum muda, sebagai generasi penerus, memegang peran kunci dalam menjaga nilai-nilai moderasi ini. Mereka harus kritis terhadap informasi yang diterima, terutama di era digital, di mana berita palsu dan paham radikal dapat dengan mudah tersebar.

Baca juga : Penanaman Nilai Moderasi Beragama Sejak Dini di Lingkungan Sekolah

Sebagai bangsa yang kaya akan keragaman, kita harus memprioritaskan dialog dan saling menghormati. Penerapan moderasi beragama di Indonesia tidak hanya membantu mencegah konflik, tetapi juga memperkuat persatuan. Dengan menginternalisasi nilai-nilai moderasi ini, kita bisa menciptakan masyarakat yang damai, di mana perbedaan agama, suku, dan budaya justru menjadi aset yang memperkaya kehidupan kita bersama.