Penulis: Prof. Dr. Muhlisin, M. Ag., Editor : Sirli Amry
Seri Rihlah moderasi beragama
Pada tanggal 11 September 2024, penulis mendapatkan kesempatan presentasi pada konferensi internasional di Krirk University Bangkok. Setelah kegiatan selesai, penulis berkesempatan mengunjungi Candi Wat Arun. Perjalanan pertama kali penulis dan rombongan dari UIN Gus Dur Pekalongan menginjakkan kaki di Candi Wat Arun, Bangkok, Thailand, memberikan kesan mendalam, baik dari segi estetika, arsitektur, maupun suasana spiritual. Menyusuri jalanan menuju candi, lingkungannya sangat hidup dan menarik, dengan perpaduan antara suasana spiritual dan kegiatan masyarakat lokal yang dinamis. Sebagai salah satu destinasi wisata yang populer, jalan menuju candi dipenuhi dengan turis, baik dari lokal maupun manca negara. Sepanjang jalan terdapat pedagang kaki lima yang menjual makanan lokal, minuman, serta souvenir khas Thailand, seperti kain tradisional dan miniatur candi. Selama perjalanan menuju lokasi candi, penulis menyaksikan beberapa bangunan dengan arsitektur tradisional, termasuk kuil-kuil kecil lain di sekitarnya.
Dikenal sebagai Temple of Dawn atau Candi Fajar, Wat Arun berdiri megah di tepi Sungai Chao Phraya, menjadi salah satu ikon paling terkenal di Bangkok. Candi ini bukan hanya menawarkan keindahan visual yang penuh dengan pesona seni, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang moderasi beragama yang tercermin dalam sejarah dan fungsinya sebagai tempat ibadah. Wat Arun memiliki arsitektur yang sangat unik, berbeda dengan banyak candi lain di Thailand. Dikenal karena prang (menara) pusatnya yang tinggi, candi ini dihiasi dengan detail mozaik yang terbuat dari porselen dan keramik warna-warni, memberikan kilau memikat ketika sinar matahari memantul di permukaannya. Setiap detail ornamen menunjukkan keahlian seni tradisional Thailand, sekaligus melambangkan harmonisasi antara alam dan spiritualitas. Pengunjung disuguhkan pemandangan indah dari puncak menara, di mana seluruh panorama Kota Bangkok terlihat, lengkap dengan sungai dan bangunan-bangunan modern yang mengelilingi kota ini.
Baca Juga : Harmoni Budaya dan Agama serta Tradisi Rumah Karang Memadu di Desa Panglipuran Bali
Di balik estetika ini, Wat Arun juga memancarkan rasa kedamaian dan harmoni, yang tidak hanya untuk umat Buddha, tetapi juga menarik wisatawan dari berbagai latar belakang agama. Pengunjung bukan hanya dari benua Asia, namun juga dari Amerika, Eropa, Australia dan Afrika. Hal ini mengingatkan penulis akan pentingnya keindahan visual dalam menciptakan rasa hormat dan keterbukaan antar agama. Setiap elemen dekoratif di candi ini seolah berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan dunia spiritual tanpa memandang latar belakang kepercayaan mereka.
Suasana Moderasi Beragama di Wat Arun.
Salah satu hal yang menarik dari pengalaman di Wat Arun adalah bagaimana tempat ini mengedepankan moderasi beragama. Meskipun Wat Arun adalah candi Buddha yang didedikasikan untuk Dewa Hindu, Dewa Arun (Dewa Fajar), candi ini juga menjadi simbol penghormatan lintas agama di Bangkok. Kehadiran wisatawan dari berbagai belahan dunia, dengan keyakinan yang berbeda, menciptakan suasana toleransi yang mendalam. Penulis dan rombongan menyaksikan bagaimana orang-orang dari berbagai latar belakang beribadah, mengambil foto, atau sekadar menikmati keindahan candi tanpa ada rasa keterasingan maupun kecurigaan. Moderasi beragama terlihat jelas dalam bagaimana Wat Arun, sebagai simbol keagamaan, tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin merasakan ketenangan di dalamnya. Keberadaan candi di tengah kota yang modern ini seolah menyampaikan pesan bahwa agama dan spiritualitas bisa hidup berdampingan dengan kemajuan zaman. Wat Arun mengajarkan bahwa moderasi tidak hanya soal sikap menghargai agama lain, tetapi juga kemampuan untuk hidup dalam keseimbangan antara dunia spiritual dan dunia modern.
Pengalaman pertama penulis dan rombongan di Wat Arun tidak hanya membuka mata tentang kekayaan budaya Thailand, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang estetika dan moderasi beragama. Dalam konteks yang lebih luas, Wat Arun menggambarkan bahwa keindahan dan spiritualitas dapat bersatu untuk menciptakan suasana yang inklusif dan harmonis. Candi ini menunjukkan bagaimana Bangkok sebagai kota besar tidak kehilangan esensi spiritualnya, bahkan dalam lingkungan yang semakin multikultural.
Sebelum mengakhiri rihlah, penulis sempat bertemu dengan seorang mahasiswi dari Saudi Arabi, Naora yang mengunjungi Candi Wat Arun. Mahasiswi tersebut sedang mengikuti kegiatan pertukaran mahasiswa di Krirk University Bangkok. Dalam perbincangan singkat, Naora berseloroh “Sebagai mahasiswa yang datang dari budaya yang sangat berbeda, mengunjungi Wat Arun di Bangkok merupakan pengalaman yang sangat menarik. Arsitektur candi ini sangat indah dan unik, terutama stupa utamanya yang dihiasi dengan porselen warna-warni. Dari kejauhan, candi ini tampak megah, terutama saat matahari terbenam, ketika cahayanya memantul di permukaan Sungai Chao Phraya. Saya juga sangat terkesan dengan kedamaian dan ketenangan di sekitar candi, meskipun Bangkok adalah kota yang sangat sibuk. Rasanya seperti bisa menyaksikan harmoni antara kehidupan modern dan warisan budaya yang masih hidup sampai sekarang.” Pendapat ini mencerminkan kekaguman terhadap keunikan budaya Thailand serta pengalaman yang berbeda dari perspektif seorang mahasiswi Saudi yang tidak terbiasa dengan suasana dan arsitektur khas Asia Tenggara.
Baca Juga : Puncak Harmoni Agama Dalam Seni Dan Arsitektur Goa Sunyaragi Cirebon
Di akhir kunjungan, penulis merenungkan betapa pentingnya menjaga moderasi beragama, terutama di era globalisasi saat ini. Wat Arun merupakan salah satu contoh nyata bahwa melalui keterbukaan dan toleransi, kita dapat menemukan keindahan dan kedamaian di tengah perbedaan. Wat Arun bukan sekadar candi biasa, ia adalah simbol dari kesatuan dalam keragaman, baik dari segi budaya, agama, maupun sejarah. Kunjungan perdana ini menjadi pengingat kuat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara estetika dan spiritualitas, sekaligus menghargai nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.