Penulis : Nur Kholis Eka Safitri, Editor : Syam
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Perilaku ini sering kali menargetkan perempuan, dengan kekerasan yang dapat bersifat seksual, psikologis, bahkan fisik. KDRT merupakan masalah serius yang dapat mengakibatkan trauma fisik dan mental bagi korbannya, setara dengan dampak bullying.
Beberapa faktor sering melatarbelakangi terjadinya KDRT, di antaranya adalah kesehatan mental yang buruk, masalah ekonomi, serta dominasi dan kontrol dalam hubungan. Ketika seseorang tidak mampu mengelola masalah dengan baik dan emosinya tidak terkendali, kekerasan bisa menjadi pelarian. Faktor ekonomi juga memainkan peran penting; ketidakstabilan keuangan keluarga dapat meningkatkan stres dan memicu konflik yang berujung pada KDRT. Selain itu, keinginan untuk mendominasi dan mengendalikan pasangan juga menjadi pemicu tindakan kekerasan.
Baca juga : Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam: Konsep, Penyebab, dan Cara Menjaganya
Di Indonesia, tingkat KDRT masih tergolong tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2022 terdapat 5.526 kasus KDRT, meskipun terjadi penurunan 25% dari tahun sebelumnya yang mencatat 7.435 kasus. Namun, penurunan ini belum cukup signifikan untuk mengatasi fenomena KDRT secara keseluruhan.
Dalam Islam, KDRT sangat dilarang. Islam menekankan pentingnya perlakuan yang baik dan adil terhadap pasangan. Nabi Muhammad SAW dalam berbagai hadis mengajarkan sikap lembut, penuh kasih sayang, dan menghormati hak-hak pasangan. KDRT dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mengutamakan keadilan, kasih sayang, dan penghormatan.
Baca juga : Potret Keharmonisan Toleransi dalam Keberagaman Agama di Desa Linggoasri
Al-Qur’an dan hadis juga memberikan panduan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang baik dan bijaksana. Islam menganjurkan penyelesaian melalui dialog, mediasi, atau pihak ketiga yang dapat memberikan solusi yang adil. Misalnya, dalam Surat An-Nisa ayat 19, meskipun tidak secara eksplisit membahas KDRT, ayat ini menekankan perlakuan yang adil dan baik terhadap pasangan, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Dampak dari KDRT tidak hanya dirasakan oleh korban langsung, tetapi juga oleh orang-orang di sekitarnya yang mungkin mengalami trauma serupa. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan dan pengurangan tingkat KDRT. Langkah-langkah seperti menjerat pelaku KDRT dengan hukum yang tegas dan memberikan dukungan kepada korban sangat diperlukan untuk memulihkan kondisi psikologis mereka dan mencegah kekerasan dalam rumah tangga di masa depan.