Penguatan Moderasi Beragama dalam Kehidupan Masyarakat Desa Linggoasri

Penulis: Devina Ayu Nafisah, Editor: Lulu Salsabilah

Indonesia adalah negara yang memliki berbagai macam budaya yang menarik pada masing-masing daerahnya, mulai dari tarian, rumah adat, lagu daerah, dan masih banyak lagi lainnya. Keaneka ragaman tersebut merupakan suatu anugrah dari Tuhan yang Maha Esa.  Salah satu dari banyaknya tradisi budaya yang masih berjalan yaitu sedekah bumi. Sedekah bumi bukan sekadar ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, melainkan juga simbol moderasi beragama. Para pemangku tradisi meyakini bahwa  sedekah bumi mengajarkan kepada kita arti keseimbangan dalam hidup yakni antara kebutuhan duniawi dan spiritual. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari ekstremisme dalam beragama.

Melalui tradisi sedekah bumi kita juga dapat belajar mengenai beberapa nilai kehidupan seperti nilai ketuhanan, sosial, hingga nilai moral. Nilai ketuhanan tertuang pada ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan atas nikmat dan rezeki yang diberikan kepada kita. Nilai sosial yaitu kita dapat belajar untuk merangkai kerukunan dengan masyarakat lewat upacara sedekah bumi ini. Nilai moral yaitu dapat kita implementasikan pada sikap kita yang berusaha untuk melestarikan budaya ini agar tetap terjaga. Sedekah bumi yang diakomodasi dalam semangat moderasi beragama tidak hanya menjadi warisan budaya lokal, tetapi juga tonggak penting dalam menjaga harmoni sosial. Dengan merawat tradisi ini, kita berinvestasi pada masa depan yang penuh keharmonisan.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai moderasi beragama. Salah seorang tokoh agama Hindu di Desa Linggoasri, Bapak Taswono, mengungkapkan bahwa Moderasi beragama adalah pendekatan dalam praktik agama yang menekankan pada keseimbangan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan keyakinan. Ini melibatkan sikap yang moderat, tidak ekstrem, serta mengedepankan dialog dan pemahaman antar umat beragama. Hal ini disampaikan beliau dalam acara seminar dan riset pengarusutamaan moderasi beragama di Desa tersebut.

Dalam Desa Linggoasri sendiri terdapat 4 agama yaitu Hindu, Budha, Islam, dan kristen. Walaupun terdapat perbedaan kepercayaan yang dianutnya, masyarakat disana selalu hidup damai berdampingan dalam kerukunan dan kebersamaan. Mereka tidak pernah membeda-bedakan agama, sehingga mereka hidup saling membantu dan tolong-menolong. Seperti yang di ungkapkan bapak Taswono, beliau juga menegaskan lagi bahwa, “Kita rawan konflik dan pertikaian antar kelompok jika saja tidak ada upaya untuk menjaga kerukunan dalam bersikap moderat antar kelompok, terutama oleh kelompok antar agama.”  Bapak Taswono juga menyampaikan tetang dasar-dasar moderasi yang diajarkan oleh Agama Hindu. Di dalam Agama Hindu, moderasi diibaratkan sebagai sebuah bangunan rumah yang memiliki pondasi, tiang, hingga atap, yang semuanya itu harus  bersinergi.

Kata beliau, sebagai pondasinya dalam agama Hindu ada kaidah “Catur Parama Arta”, meliputi: Darma, Jenana (pengetahuan) dan Wijnana (kebijaksanaan), Ahimsa Parama Darma (tidak melakukan kekerasan), Bakti Rukyata (bakti dengan rasa tulus ikhlas didedikasikan untuk Sang Hyang Widi, yakni Tuhan).  Selanjutnya, ada pilar-pilar moderasi beragama yang mana juga digambarkan sebagai tiang suatu rumah: Maitri (sifat untuk menumbuhkan kasih sayang), Karuna (toleransi), Upeksa, dan Udita (sikap simpatik). Sementara atapnya, menurut beliau: Satwam, Siwam sundaram, dan Syastu.

Keseluruhannya itu, menurut Bapak Taswono, bertujuan tidak lain untuk mencapai sebuah kebahagiaan, di dalam Islam sendiri menggunakan istilah duniawi dan ukhrawi. Konsep moderasi beragama dalam Hindu bertujuan untuk mencapai kebahagiaan lahir (duniawi) dan batin (ukhrawi). Dan menurut beliau, masih banyak lagi dalam ajaran Hindu yang jelas-jelas esensinya ialah untuk saling menjaga kerukunan antar umat seagama dan antar agama.

Juga dikatakan sama halnya dengan agama yang lainnya. “Dalam agama Hindu sendiri ada istilah: Sang Hyang Widi (hablun minallah), Pawongan (hablun minan nas), Palaman (hablun minal alam), yang kira-kira pasti sama dengan agama-agama yang lain,” tambah Bapak Taswono. Beliau juga mengatakan “Kita, dalam mendasari sikap moderasi, terdapat beberapa sikap untuk mencapainya: sikap terbuka, sikap bersedia menghargai dan menerima perbedaan, sikap rendah hati, sikap saling memaafkan.”

Materi terkait moderasi beragama juga turut disampaikan oleh tokoh agama Islam di Desa Linggoasri, yaitu Kyai Mustajirin. Tapi kali ini Kyai Mustajirin hanya menyampaikan sedikit tentang moderasi beragama, karena menurut beliau sudah dijelaskan panjang lebar oleh Bapak Taswono. Dalam Islam, konsep moderasi beragama dikenal dengan istilah “wasatiyyah” yang berasal dari kata Arab “وَسَطِيَّة” yang artinya tengah-tengah atau seimbang. Pemahaman wasatiyyah ini tercermin dalam berbagai aspek praktik keagamaan dan etika.

Beberapa prinsip moderasi beragama dalam Islam melibatkan:

  1. Tengah-Tengah (Tawassut): Menjauhi sikap ekstrem dan menempatkan diri pada jalur yang seimbang.
  2. Keadilan (Adl): Memiliki sikap adil dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam menjalankan ajaran agama.
  3. Keseimbangan (I‘tidāl): Menjaga keseimbangan antara tuntunan agama dan kebutuhan duniawi.
  4. Toleransi (tasamuh): Menerima perbedaan pendapat dan keyakinan tanpa merendahkan atau mengecilkan.
  5. Keteladanan (uswatun hasanah): Menjadi teladan yang baik dalam perilaku sehari-hari, mencerminkan nilai-nilai Islam secara positif.

Berdasarkan penuturan dari Kyai Mustajirin, kita dapat melihat bahwa untuk menekankan upaya yang relevan dengan suatu maqalah “khoir al-umur awsatuha”, yang artinya “sebaik-baiknya segala perkara ialah tengah-tengahnya”.

Moderasi beragama merupakan pendekatan yang menekankan keseimbangan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan keyakinan, seperti yang diterapkan di Desa Linggoasri. Pengajaran dari tokoh agama setempat, seperti Bapak Taswono dari agama Hindu dan Kyai Mustajirin dari Islam, menegaskan pentingnya sikap moderat dan penerapan prinsip-prinsip keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan merawat tradisi dan mengamalkan moderasi beragama, Desa Linggoasri mampu menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis, menjadi teladan bagi kerukunan antar umat beragama.