Nusaibah binti Ka’ab, sang Perisai Rasulullah

Oleh Shofi Nur Hidayah

Sahabat Rasulullah SAW sangat banyak yang terkenal sebagai pahlawan dengan keberania yang luar biasa baik laki-laki maupun perempuan. Salah satunya adalah Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah dia adalah seorang sahabat wanita Rasulullah SAW yang agung dan pemberani dalam berperang. Ia kerap dipanggil dengan nama Ummu Imarah dan dijuluki Sang Perisai Rasulullah. Julukan tersebut juga dia dapatkan atas keberaniannya melindungi Rasullullah di Medan perang

Beliau juga di juluki sebagai Hamra’ul As’ad yang berarti singa merah. Julukan tersebut juga dia dapatkan atas keberaniannya melindungi Rasullullah di Medan perang. Saat perang Uhud berlangsung, dan pasukan muslim dipaksa mundur pasukan musuh justru maju hendak melukai Rasulullah. Nusaibah yang melihatnya pun segera berlari untuk melindungi Rasullullah, tanpa pedang dan perisai. Hanya dengan segenap keberanian yang dia miliki untuk melindungi sang utusan Allah SWT bahkan ketika tubuhnya penuh luka sebab melindungi Rasullullah, Nusaibah malah tersenyum karena Rasulullah SAW berada dalam keadaan baik-baik saja.

Nusaibah merupakan sosok pahlawan yang tak pernah absen meninggalkan kewajibannya untuk berjihad ketika ada panggilan untuknya. Ia tidak takut mati di jalan Allah SWT dan seluruh perjuangannya ditujukan untuk kemuliaan dunia dan akhirat. Kisah tentang keberanian Nusaibah binti Ka’ab dalam melindungi Rasullullah merupakan salah satu kisah dari sekian banyak keberanian para sahabat. Di lansir dari buku 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah karya Teguh Pramono, Nusaibah binti Ka’ab pernah bercerita tentang kejadian Perang Uhud.

“Aku melihat orang-orang yang sudah menjauhi Rasulullah SAW hingga tinggal sekelompok kecil yang tidak sampai sepuluh orang. Aku, kedua anakku, dan suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya. Kala itu, pasukan berkuda dari pihak musuh menyerang kami. Seandainya mereka berjalan kaki sebagaimana kami, insya Allah kami dapat mengalahkan mereka dengan mudah. Ketika ada seorang laki-laki berkuda mendekat dan memukulku, aku menangkisnya dan ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika ia hendak merunduk untuk memukulkan pedangnya kepadaku, aku pukul urat kaki kudanya hingga jatuh terguling.

Melihat hal itu, Rasulullah SAW berseru, ‘Wahai putra Ummu Imarah! Bantulah ibumu! Bantulah ibumu!’ Kemudian, putraku membantuku untuk mengalahkan musuh hingga aku berhasil membunuhnya.Ketika Rasulullah SAW wafat, ada beberapa kabilah yang murtad dari Islam di bawah pimpinan Musailamah al-Kadzab. Khalifah Abu Bakar kemudian mengambil keputusan untuk memerangi orang-orang tersebut.

Saat itu juga, bersegeralah Nusaibah mendatangi Abu Bakar dan meminta izin untuk bergabung bersama pasukan lainnya. Dalam Perang tersebut, Nusaibah mendapatkan ujian yang berat. Putranya yang bernama Habib tertawan oleh Musailamah al-Kadzab dan disiksa dengan memotong anggota tubuhnya sampai mati syahid. Pada perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah, juga ikut memerangi Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua. Beberapa tahun usai Perang Yamamah, Nusaibah dinyatakan wafat.

Dari kisah keberanian Nusaibah binti Ka’ab diatas kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran untuk senantiasa berani untuk membela apapun dan siapapun yang berada di jalan yang benar. Karena Allah SWT pasti akan memberikan jalan pada siapapun yang memiliki niat mulia. Di zaman sekarang memang perang jarang terjadi, akan tetapi kita semua bisa berjuang dan berjihad membela kebenaran dengan kompetensi atau keahlian yang kita miliki. Semoga kita bisa seberani Nusaibah binti Ka’ab, sang perisai Rasulullah SAW yang membela Islam, kebenaran dan kemanusiaan, hingga akhir hayat.