Pengembangan Kampung Moderasi Beragama Kutorojo Melalui Bank Sampah Dan Budi Daya Magot

Pewarta: Nanang, Editor: Sirli Amry

Sebagai tindak lanjut pengukuhan Kampung Moderasi Beragama, warga Desa Kutorojo didampingi LP2M UIN Gus Dur Pekalongan dan Dinas Perkim LH Kab. Pekalongan, berinisiatif mengembangkan program bank sampah, sekaligus budidaya magot.  Pada tanggal 26 Agustus 2024, bertempat di Aula Balai Desa Kutorojo, diadakan kegiatan penguatan program. Kegiatan diisi oleh Nur Wahyu Kuningsih selaku Ketua KP dinas perkim LH, serta Harosi, mahasiswa peserta KKN ke. 82. Nur menyampaikan Teknik pengelolaan Bank Sampah. Pada kesempatan itu, Nur juga mengaku siap mendampingi pembentukan bank sampah Kutorojo dari mulai aspek administrasi, strategi pengelolaan dst. Harosi menyampaikan teknik pengelolaan sampah, terkait budidaya Magot yang dihasilkan dari sampah organik. Kegiatan ini merupakan tahapan kegiatan yang sebelumnya sudah dilakukan dengan pembentukan relawan bank sampah, serta praktek pemilahan sampah.

Dul ajat, selaku Kepala Desa Kutorojo menyampaikan, sampah merupakan persoalan lingkungan yang sudah meresahkan di Kutorojo. Program pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang mendesak. Terlebih karena ada program pengembangan wisata Goa Macan. Karenanya, dia mengaku sangat mendukung program ini. Lebih dari itu, magot yang dihasilkan dari sampah organik, dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan sebagai salah satu usaha BUMDES.

Baca Juga: Pelestarian Budaya dan Lingkungan di Tengah Modernisasi saat KKN

Nanang selaku Kepala Pusat Moderasi Beragama menambahkan, sampah yang awalnya menjadi beban, merusak lingkungan, dapat disulap menjadi berkah jika dikelola. Sampah non organik seperti kertas, plastik, logam, kardus dll dapat dijual dan menghasilkan uang. Sampah organik menghasilkan magot (belatung). Kotoran magot bisa menghasilkan pupuk organik untuk tanaman. Sangat bermanfaat untuk Masyarakat Kutorojo yang mayoritas menggantungkan hasil pertanian di satu sisi, serta kelangkaan pupuk di sisi lain. Magotnya sendiri mengandung kandungan protein tinggi, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti ikan, ayam, burung dst. Apa rahasia merubah sampah dari beban menjadi berkah? Kuncinya adalah inisiatif warga untuk melakukan kebiasaan memilah sampah. Inilah aspek utama pemberdayaan. Menumbuhkan kesadaran kritis warga, untuk melakukan gerakan bersama lintas agama, mengatasi persoalan kehidupan sehari-hari. Demikian paparan Nanang.

Jauhar Ali selaku Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat menyampaikan, program pengelolaan sampah merupakan salah satu alternatif yang bisa dikembangkan setiap kelompok KKN UIN Pekalongan. Tapi, tentu saja berbasis pada inisiatif dan partisipasi warga setempat. Pada tempat terpisah, Imam Kanafi selaku ketua LP2M mengatakan, visi kemanusiaan yang melekat pada Gus Dur, selaku ikon kampus UIN Pekalongan memberi spirit untuk terus mendampingi masyarakat menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Keilmuan menurutnya harus membumi, serta memiliki aplikasi nyata pada kehidupan sehari-hari.