Penulis: Wieldan Sigit Diarto, Editor: Windi Tia Utami
Era digital menjadi era dimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang cepat dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam konteks dakwah. Dakwah yang merupakan kegiatan menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat turut berkembang sesuai kemajuan zaman. Bukti konkret perkembangan di era digital ini adalah dakwah tidak hanya dilakukan secara langsung namun merambah dilakukan melalui media digital. Namun niscaya era digital juga memberikan tantangan dakwah baru menjadi semakin kompleks dan dinamis. Masyarakat mudah terpapar oleh berbagai informasi dan pengaruh yang datang dari berbagai sumber, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, para da’i harus mampu beradaptasi dan memperkaya inovasi untuk memanfaatkan media digital sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam secara lebih komprehensif namun tetap sesuai dengan Al-Qur’an dan ajarannya.
Media digital merupakan media yang menggunakan teknologi digital untuk menyimpan, memproses, dan menyebarluaskan informasi. Media digital meliputi media sosial, blog, situs web, podcast, video, dan sebagainya. Media digital memiliki beberapa kelebihan, antara lain: (i) Dapat menjangkau audiens yang luas dan beragam; (ii) Dapat menyampaikan informasi dengan cepat, mudah, dan murah; (iii) Dapat menyajikan informasi dengan berbagai format, seperti teks, gambar, suara, dan video; (iv) Dapat memfasilitasi interaksi dan partisipasi dari audiens, seperti memberi komentar, menyukai, berbagi, dan sebagainya.
Namun, media digital juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (i) Dapat menimbulkan informasi yang salah, menyesatkan, atau hoax; (ii) Dapat menimbulkan konflik, perpecahan, atau fitnah di antara umat Islam atau antara Islam dan agama lain; (iii) Dapat menimbulkan ketergantungan, kecanduan, atau penyalahgunaan media digital yang berdampak negatif bagi kesehatan, moral, dan spiritual. Oleh karena itu, para da’i harus memiliki strategi yang tepat dalam berdakwah di era digital. Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat digunakan:
Pertama membangun personal branding sebagai seorang da’i di era digital. Personal branding adalah citra atau reputasi yang dibangun oleh seseorang melalui media digital. Seorang da’i harus mampu menunjukkan identitas, kredibilitas, dan kompetensinya sebagai seorang da’i yang profesional, berilmu, dan berakhlak. Seorang da’i juga harus mampu menarik dan kepercayaan dari audiens dengan cara yang halal dan syar’I agar mudah menyebarkan virus kebaikan.
Kedua memilih media digital yang sesuai dengan tujuan, sasaran, dan konten dakwah. Seorang da’i harus mengetahui karakteristik, kelebihan, dan kelemahan dari berbagai media digital yang ada. Seorang da’i harus memilih media digital yang paling efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada audiens yang diinginkan. Seorang da’i juga harus menyesuaikan konten dakwah dengan format dan gaya media digital yang dipilih.
Ketiga membuat konten dakwah yang bermanfaat, menarik, dan relevan. Seorang da’i harus memproduksi konten-konten dakwah yang dapat memberikan manfaat bagi audiens, baik dari segi ilmu, hikmah, maupun motivasi. Seorang da’i juga harus membuat konten-konten dakwah yang dapat menarik perhatian dan minat audiens, baik dari segi judul, gambar, suara, maupun video. Seorang da’i juga harus membuat konten-konten dakwah yang relevan dengan situasi, kondisi, dan isu-isu terkini yang sedang berkembang di masyarakat.
Keempat menjaga interaksi dan keterlibatan dengan audiens. Seorang da’i harus mampu berkomunikasi dengan audiens secara dua arah, yaitu tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mendengarkan, merespon, dan mengapresiasi audiens. Seorang da’i harus mampu menjawab pertanyaan, klarifikasi, atau kritik yang datang dari audiens dengan cara yang santun, bijak, dan beradab. Seorang da’i juga harus mampu mengajak audiens untuk berpartisipasi dalam aktivitas dakwah, seperti berdonasi, bergabung, atau beraksi.
Kelima mengukur kinerja dan dampak dakwah. Seorang da’i harus mampu mengevaluasi dan mengukur kinerja dan dampak dakwah yang dilakukan melalui media digital. Seorang da’i harus memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia di media digital, seperti jumlah pengunjung, pengikut, tayangan, suka, komentar, berbagi, dan sebagainya. Seorang da’i juga harus mengumpulkan feedback atau umpan balik dari audiens, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seorang da’i juga harus melakukan perbaikan dan peningkatan berdasarkan hasil evaluasi dan pengukuran tersebut.