Menyelami Makna Kata Maulid dan Maulud Mana yang Lebih Tepat?

Penulis: Azzam Nabil H, Editor : Syam

Maulid Nabi Muhammad saw. merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad yang telah menjadi tradisi di berbagai daerah. Sehingga dalam momentum ini, seringkali dijumpai penyebutan yang berbeda di kalangan masyarakat. Di beberapa daerah ada yang menyebutkan maulud nabi atau di bahasa jawa adalah “Muludan.”

Jika dijabarkan lebih rinci, secara bahasa kata Maulid dan Maulud memiliki makna yang berbeda. Maulud dalam amtsilatut tashrif diposisikan sebagai isim maf’ul yang memiliki arti “yang dilahirkan.” Sedangkan Maulid memiliki tiga posisi, yakni sebagai isim masdar mim yang memiliki arti “kelahiran”. Kedua, sebagai isim zaman yang memiliki arti “waktu lahir”. Ketiga, sebagai isim makan yang memiliki arti “tempat lahir”.

Dari penjelasan tersebut, maka tidak tepat jika kita menyebut “Maulud” karena sudah bergeser dari maknanya. Sehingga yang lebih tepat yakni “Maulid” karena masih dalam konteks memperingati dan menghormati kelahiran, waktu kelahiran, dan tempat lahir, Nabi Muhammad saw.

Dengan memahami makna kata tersebut, peringatan maulid nabi akan menjadi lebih indah dan bukan hanya sekedar menjadi perayaan atau memorial belaka, namun dapat meningkatkan sikap kita dalam meneladani sikap Nabi Muhammad saw.

Seperti yang kita semua tahu bahwa ada 4 sifat yang ada pada diri Nabi. Sifat itu di antaranya: sidiq, amanah, fathonah, dan tablig. Sidiq artinya orang yang jujur, amanah adalah dapat dipercaya, fathonah berarti orang yang pandai atau cerdas, dan tablig artinya orang yang menyampaikan. Dengan adanya peringatan maulid nabi, tentu keempat sifat ini seharusnya sudah menyatu di dalam tubuh umat Muslim sebagai bentuk cintanya kepada Nabi Agung Muhammad saw.