Penulis : Taufiqur Rohman, Editor : Sirli Amry
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan hati yang bersih?
Apakah itu berarti hati yang kosong, tak berisi apa-apa, seperti sebuah ruang hampa? Jika demikian, maka hati bisa dianggap sebagai sebuah wadah atau tempat yang harus dijaga kebersihannya.
Namun, apakah hanya itu makna dari hati yang bersih?
Bayangkan sebuah gelas. Ketika dikatakan gelas itu bersih, yang dimaksud bukan hanya gelas kosong, tetapi gelas yang bebas dari kotoran.
Begitu pula dengan hati; kebersihannya bukan berarti kosong dari perasaan atau pikiran, tetapi bebas dari noda-noda batin seperti hati yang berpenyakit (Fi Qulubihim maradlun) ada kebencian, iri hati, atau kesombongan, lupa mengingat Allah, sehingga setan mengendalikannya.
ٱسۡتَحۡوَذَ عَلَيۡهِمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمۡ ذِكۡرَ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱلشَّيۡطَٰنِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
[Surat Al-Mujadilah: 19]
”Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itu golongan yang rugi.”
Di sisi lain, jika hati dipahami sebagai alat—seperti prosesor dalam komputer—kebersihan hati berarti fungsinya berjalan dengan baik. Hati yang bersih akan mengolah segala sesuatu yang melewatinya dengan baik dan mengeluarkan hasil yang positif. Untuk mencapai kondisi ini, hati perlu dijaga agar tetap sehat, bersih, bercahaya, sampai terjaga senantiasa ingat Allah dalam kondisi apapun baik berdiri, duduk, berbaring:
ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
[Surat Ali ‘Imran: 191]
”(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Kebersihan hati bukan sekadar kondisi fisik, tetapi lebih kepada bagaimana ia menjalankan fungsinya dengan sempurna. Hati yang terawat, sehat, dan bersih akan memancarkan kebaikan.
يَوۡمَ تَرَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَسۡعَىٰ نُورُهُم بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۖ بُشۡرَىٰكُمُ ٱلۡيَوۡمَ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
[Surat Al-Hadid: 12]
Pada hari engkau akan melihat orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung.”
Sehingga Ilham fasiq akan secara otomatis hilang, tergantikan Ilham taqwa
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا
[Surat Asy-Syams: 8]
”Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, …”
Namun, hati juga bisa memiliki dua fungsi: sebagai alat sekaligus wadah, seperti sebuah truk pengangkut. Hati dapat menerima dan mengolah perasaan, pikiran, dan niat, lalu menghasilkan tindakan atau keputusan. Agar yang dihasilkan baik, hati perlu dijaga kebersihannya, baik sebagai alat yang memproses maupun sebagai wadah yang menampung.
Dengan demikian, hati yang bersih bukanlah hati yang kosong, melainkan hati yang dipenuhi dengan mengingat Allah (dzikrullah).
Kebersihan hati adalah tentang merawatnya, memastikan ia bekerja optimal, sehingga menghasilkan tindakan, keputusan, dan perasaan yang baik dan benar sehingga mudah menerima petunjuk dari Allah SWT
والله اعلم بالصواب