Analisa Sosiologi terhadap Toleransi dan Ekstremisme Agama Islam

Penulis: Mutiara Fitri Rahmadani, Editor: Sirli Amry

Agama Islam, merupakan agama yang mengajarkan kita tentang nilai-nilai kebaikan, kasih sayang, dan juga toleransi antar sesama umat manusia. Tetapi, akhir-akhir ini kita sering mendengar maupun melihat didalam berita tentang tindakan ekstrem yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai umat Islam. Dengan adanya kasus tersebut tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan, seperti bagaimana bisa terjadi perbedaan sikap antar sesama umat Islam? Dan mengapa ada yang memilih sikap toleran, sedangkan sebagian lainnya malah terjerumus ke dalam sikap ekstremisme? 

Nah dari konflik diatas kita akan membahas dan mencoba untuk menyelesaikannya tetapi dalam konteks sosiologi, karena kita juga perlu mempelajari bahwa sikap dan perilaku manusia itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Sosiologi juga membahas tentang interaksi sosial, norma, dan nilai-nilai dalam masyarakat yang dapat mengubah cara pandang kita untuk melihat dunia, termasuk dalam hal agama. Sikap toleransi dan juga ekstremisme itu bukan hanya masalah bagi satu orang saja, tetapi juga dapat memengaruhi dinamika sosial yang ada. 

Baca Juga:  Kuatkan Toleransi dan Kerukunan, FKUB Kabupaten Pekalongan Gelar Dialog Lintas Agama

Pendidikan, lingkungan keluarga, dan komunitas yang ada disekitar kita itu juga dapat memengaruhi sikap kita terhadap perbedaan yang ada. Contohnya jika seorang anak dibesarkan di lingkungan yang harmonis dan saling menghormati satu sama lain, maka sang anak akan cenderung memiliki sikap toleran. Nah sebaliknya, jika seorang anak tumbuh di lingkungan yang isi nya orang-orang yang suka melakukan kekerasan dan juga diskriminasi, maka itu dapat memengaruhi sikap mereka dan akan terpikirkan ide-ide yang ekstrem.

Apa itu toleransi?

Toleransi menurut KBBI yaitu sesuatu yang bersifat menghargai, membiarkan, dan membolehkan pendirian atau keyakinan yang bertentangan dengan pendirian ataupun keyakinan kita. Sedangkan dalam Islam, kata toleransi biasa disebut dengan nama tasamuh. Tasamuh menurut Ibnu Faris berasal dari kata Samaha yang artinya mudah. Toleransi dijelaskan oleh Abu A’la Maududi secara terminologi, yaitu sikap menghargai kepercayaan dan juga perbuatan orang lain meskipun hal tersebut merupakan sesuatu yang melenceng menurut keyakinan kita. Kita tidak menggunakan kekerasan dan juga pemaksaan untuk mengubah keyakinannya atau pun dengan cara menghalang-halangi nya. Jika kita ingin mewujudkan toleransi beragama di masyarakat saat ini, maka seluruh masyarakat harus ikut andil termasuk tokoh agama dan pemerintah, supaya kita dapat mewujudkan lingkungan yang aman dan damai dari permasalahan esktremisme. 

Baca Juga:  Toleransi Harmoni: Jejak Gus Dur dalam Merajut Kebhinekaan

Secara sosiologis, toleransi merupakan hasil interaksi sosial yang positif antara individu dan kelompok yang berbeda pendirian atau keyakinan. Pendidikan dasar dapat mengajarkan manusia tentang nilai-nilai toleransi yang dapat membentuk sifat kita supaya bisa menerima perbedaan. Selain itu, dengan mengikuti banyak organisasi juga dapat meningkatkan pengalaman maupun pengetahuan kita terhadap perbedaan yang ada. Terakhir, peran tokoh agama dalam menumbuhkan rasa toleransi juga sangat penting melalui ceramahnya yang membahas tentang toleransi dan dapat memengaruhi masyarakat untuk memiliki hubungan yang harmonis antar sesamanya.

Memahami Makna Ekstrimisme

Menurut pengertian terminologis, ekstremisme yaitu sikap berlebihan dalam memahami dan menjalani keyakinan yang dipercayainya. Orang-orang ekstremisme itu tidak mau mengakui pendapat atau keyakinan orang lain dan menganggap pendapatnya sendirilah yang paling benar. Faktor seseorang dapat memiliki sifat ekstremisme bisa terjadi karena adanya emosional-psikologis tertentu, atau bisa juga dengan mengikuti organisasi yang salah atau menyesatkan dan malah mendoktrin anggota nya dengan nilai-nilai esktremisme. Ciri-ciri dari ekstremisme sendiri yaitu cenderung mengabaikan aturan hukum yang ada dan menolak pluralitas dalam masyarakat.

Dalam analisis sosiologis, ekstremisme merupakan fenomena sosial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni adanya sekelompok yang merasa dirinya diabaikan dan tidak mendapatkan hak-hak nya sebagai warga negara. Kelompok ini akhirnya memilih jalan yang lebih ekstrem untuk menyuarakan ketidakpuasannya. Selain itu, ekstremisme dapat muncul karena adanya pengaruh dari lingkungan, ideologi, dan juga pengalaman yang dia dapat. Media sosial juga dapat menyebarkan berbagai macam paham ekstremis dan akhirnya dapat memengaruhi publik untuk bersifat ekstremisme.

Baca Juga:  Dialog Interaktif Membentuk Kesepakatan Toleransi Agama dan Kepercayaan: Menuju Kampung Moderasi Beragama di Desa Kutorojo

Cara untuk mengatasi ekstremisme dan mempererat toleransi dalam masyarakat muslim bisa dilakukan dengan cara membuat forum diskusi antar agama supaya dapat membangun pengetahuan masing-masing pihak dan bisa saling menghormati satu sama lain, serta pemerintah maupun guru juga dapat memasukkan nilai-nilai toleransi ke dalam semua mata pelajaran baik itu pendidikan formal maupun non formal, dan juga kita dapat memanfaatkan para influencer muda untuk mempromosikan atau menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya toleransi.

Toleransi mengajarkan kita untuk tidak memaksakan keyakinan kita kepada orang lain dan juga menghormati keyakinan yang berbeda dari keyakinan kita, sehingga kita dapat hidup dengan harmonis dan damai. Sedangkan ekstremisme sering kali mengabaikan peraturan hukum dan menolak pluralitas yang ada di negara kita, dan akhirnya berpotensi menimbulkan konflik dalam masyarakat.

Untuk mengatasi ekstremisme dan memperkuat toleransi, kita perlu melakukan beberapa langkah penting. Pertama, pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai toleransi harus ditanamkan sejak dini, baik di sekolah formal maupun non-formal. Kedua, dialog antaragama dapat menjadi sarana untuk membangun pemahaman dan saling menghormati di antara pemeluk agama yang berbeda. Ketiga, peran tokoh agama dan masyarakat sangat penting dalam menyebarkan pesan toleransi dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya ekstremisme.

Dengan upaya bersama kita dapat menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan harmonis. Toleransi bukan hanya sekadar kata, tetapi merupakan tindakan nyata yang harus kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita jaga kerukunan dan saling menghormati, agar kita bisa hidup dalam masyarakat yang lebih baik dan lebih beradab.