Menyikapi Tantangan Kesehatan Mental: Perspektif Al-Qur’an dan Realitas Sosial

Penulis: Annisatul Karimah, Editor: Windi Tia Utami

Isu Kesehatan mental tengah menjadi pembicaraan hangat di media pemberitaan. Kesehatan mental seseorang kadang kala menjadi problematika baru yang muncul karena banyaknya problematika kehidupan. Tak hanya menyerang orang dewasa, semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, bahkan lansia baik laki-laki maupun perempuan memiliki resiko yang sama untuk terganggu kesehatan mentalnya.

Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), peninjau kesehatan mental nasional pertama di Indonesia, mencatat bahwasanya terdapat banyak kejadian gangguan mental pada remaja usia 10 – 17 tahun. I-NAMHS menyatakan ada satu dari tiga remaja Indonesia mempunyai masalah kesehatan mental, sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 1 tahun terakhir. Faktor yang memicu terganggunya Kesehatan mental dapat berupa banyak hal, seperti tekanan keluarga, pendidikan, lingkungan, bahkan ekonomi. Sehingga tak heran, belakangan ini banyak kasus bunuh diri dengan alasan gangguan kesehatan mental yang kian merajalela.

Sejatinya dalam kehidupan, manusia akan selalu mendapatkan sebuah cobaan berupa masalah. Masalah itu Allah Swt. Turunkan sebagai ajang pembelajaran sekaligus pengingat bahwasanya manusia adalah makhluk yang membutuhkan tuhan untuk menjalankan kehidupannya. Namun, dewasa ini justru masalah dijadikan sebagai alasan untuk menyerah, banyak manusia yang mengaku terbebani dan akhirnya mengakhiri hidup ketika ditimpa masalah. Padahal Allah Swt. telah jelas berfirman pada surat Asy-Syarh (94): 5-6 yang artinya ’’Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,sesungguhnya besertakesulitan itu ada kemudahan’’. Ayat ini memberi semangat agar setiap manusia selalu ikhlas dan percaya bahwa bahwa kesulitan, kesengsaraan, kemalangan, dan kesakitan adalah pintu untuk memasuki jalan kebenaran, kemudahan, kebahagiaan, dan kedamaian. Diharapkan seorang manusia dapat mengetahui dan memahami hakikat dari setiap tantangan dan kesulitan. Sehingga, ia memiliki semangat agar selalu mencari celah supaya dapat memetik hikmah dari tantangan, dan kesulitan yang menimpa.

Kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah dikenal dengan istilah problem solving yang kualitasnya dipegaruhi oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah Adversity Quotient. Faktor yang memengaruhi seseorang dalam problem solving  tidak hanya kercerdasan intelektual dan emosional saja. Dengan Adversity Quotient kita dapat mengubah hambatan menjadi peluang, karena faktor ini merupakan kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup. Psikologi Barat dalam situasi pengendalian diri dikenal dengan istilah selfcontrol atau kontrol diri, sehingga factor terpenting Ketika menghadapi masalah adalah mengontrol diri sendiri agar tidak berbuat diluar kendali dan agar tetap berpikir jernih.

Al Qur’an sebagai kitab suci yang berisi petunjuk dan penjelasan juga didalamnya banyak ayat-ayat yang bersangkutan dengan kesehatan mental dengan berbagai istilah yang digunakannya sebagai sesuatu yang hendak dicapai oleh setiap manusia

Dalam Q.S. ali-Imran (3): 186, Allah menegaskan bahwa manusia sugguh diuji dengan harta dan diri/jiwa. Dalam ayat ini diperintahkan juga agar bersabar dalam sesuatu yang mereka katakan. Dalam Q.S. Muhammad (47): 31, Allah juga menegaskan tujuan ujian yang diberikan Allah, yaitu bahwa sesungguhnya Allah benar-benar menguji manusia agar bisa diketahui mana orang-orang yang berjihad dan bersabar. Bahkan Allah mengatakan bahwa apakah manusia mengira masuk surga sebelum diketahui mana manusia yang bersungguh-sungguh dan bersabar al-Qur’ān Tentang Kesehatan Mental Al-Qur’ān sebagai sumber ajaran Islam, kebenarannya bersifat hakiki dan tidak ada keraguan didalamnya karena ia diturunkan oleh Allah Swt.

Sebagai kitab suci yang berisi petunjuk, Al-Qur’an mengemukakan ada penyakit mental yang disebabkan oleh seseorang jauh dari Al-Qur’ān diantaranya sebagai berikut : (i) Riya’ adalah bertingkah laku karena tujuan ingin dipuji atau dapat perhatian orang lain; (ii) asad dan dengki atau iri hati; (iii) Rakus (berlebih-lebihan dalam makan); (iv) Waswas merupakan bisikan hati, akan nafsu dan kelezatan; (v) Ingkar janji; (vi) Membicarakan kejelekan orang lain (ghibah), dan lain sebagainya.

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk tentang permasalahan manusia beserta dengan solusinya sekaligus, tugas manusia adalah tetap menghamba dan berpegang teguh pada jalan Allah Swt. niscaya Ketika manusia dapat mencerna penjelasan Allah Swt. dalam Al-Qur’an tidak akan ada lagi permasalahan tentang Kesehatan mental hanya karena tertimpa musibah.