Menelisik Moderasi Beragama Dalam Perspektif Islam dan Hindu di Desa Linggoasri

Penulis: Ikmalina Rokhmah, Editor: Azzam Nabil Hibrizi

Desa Linggoasri merupakan miniatur nusantara. Bagaimana tidak? Desa ini memiliki berbagai macam agama yang hidup berdampingan. Dalam kesehariannya, mereka jarang sekali menjumpai konflik ataupun pertikaian antar agama. Hal ini menjadi bentuk kerukunan antar agama, dan tentu tidak akan terwujud apabila tidak menerapkan sikap yang moderat. Sehingga dengan demikian, moderasi beragama merupakan sebuah hal yang penting untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Apabila ditinjau dari berbagai macam sudut pandang keagamaan, moderasi beragama memiliki pemaknaan yang berbeda, namun intinya adalah bagaimana sikap moderat tersebut dapat menjadi pondasi dalam mengimplementasikan sikap toleransi dan semacamnya dalam bermasyarakat.

Menurut Bapak Taswono, tokoh agama Hindu, beliau menjelaskan dasar-dasar moderasi beragama dalam Agama Hindu, yang digambarkan seperti sebuah bangunan rumah, dengan pondasi, tiang, dan atap yang harus bersinergi. Beliau menyampaikan, sebagai pondasinya, dalam agama Hindu ada kaidah “Catur Parama Arta”, meliputi: 1. Darma (kewajiban), 2. Jenana (pengetahuan) dan Wijnana (kebijaksanaan), 3. Ahimsa Parama Darma (tidak melakukan kekerasan), 4. Bakti Rukyata (bakti dengan rasa tulus ikhlas didedikasikan untuk Sang Hyang Widi, yakni Tuhan).

Selanjutnya, ada pilar-pilar moderasi beragama yang mana juga digambarkan sebagai tiang suatu rumah: 1. Maitri (sifat untuk menumbuhkan kasih sayang), 2. Karuna (toleransi), 3. Upeksa, dan 4. Udita (sikap simpatik). Sementara atapnya, menurut beliau: 1. Satwam, 2. Siwam sundaram, dan 3. Syastu. Kemudian isinya: 1. Darma (kebajikan), 2. Artha (kebutuhan hidup) 3. Muksa. Menurut Bapak Taswono, tujuan dari konsep moderasi beragama dalam agama Hindu adalah untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Bapak Taswono juga menekankan pentingnya sikap terbuka, menghargai perbedaan, rendah hati, dan saling memaafkan dalam mendasari sikap moderasi.
Kemudian, tokoh agama Islam, Bapak Kiai Mustajirin, juga menyampaikan bahwa moderasi beragama dalam ajaran islam yang diantaranya 1. I’tidal (tegak lurus), 2. Tawazun (Seimbang), 3. Tasamuh (Toleransi) 5. Ukhuwah wathaniyah (persaudaraan), yang berarti menekankan untuk tidak melakukan kekerasan terhadap sesama saudara. Terlebih Allah swt. juga sudah menjelaskan dalam QS. Al-Hujurat ayat 13, yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Berdasarkan ayat tersebut, Islam juga mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah menjadi sebuah rintangan untuk dapat hidup damai berdampingan. Bahkan apabila ingin menyampaikan dakwah mengenai ajaran Islam pun, dilarang untuk memakai kekerasan atau paksaan. Sehingga Islam dalam hal ini juga mengutamakan sikap moderat, yang salah satunya adalah toleransi.

Dari kedua ajaran tersebut saja sudah dapat dilihat bahwa semua ajaran keagamaan tentu sudah seharusnya menjunjung tinggi sikap moderat. Hal ini sangat penting, karena mewujudkan perdamaian dan kerukunan antar umat beragama, apabila tidak diiringi dengan sikap moderat, maka akan mudah terpecah belah karena perbedaan pendapat, sudut pandang, serta ajaran dari setiap agama yang dapat memicu konflik dan pertikaian atau bahkan perang saudara.