Penulis: Tim Hijratuna
Sabar merupakan salah satu anjuran bagi umat muslim yang beriman, dengan rasa sabar maka Allah SWT akan menghadirkan pahala serta keberkahan bagi hambanya yang memiliki kesabaran dalam menjalani hidup. Orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang sebanding karena mereka mampu menjalani ujian dan cobaan dalam hidup dengan penuh keikhlasan serta percaya akan keadilan yang Allah berikan. Jika berbicara tentang kesabaran, maka kita tak bisa melupakan kisah Nabi Ayub as yang diberi tiga ujian besar dari Allah SWT.
Nabi Ayub as adalah seorang nabi dari bangsa Romawi yang merupakan keturunan Nabi Ishaq, anak Nabi Ibrahim as. Mulanya beliau diberi banyak keberkahan oleh Allah SWT, berupa kekayaan, keturunan yang banyak dan istri yang mencintainya. Kekayaan yang Nabi Ayub as miliki harta berupa lahan perkebunan yang amat luas, lumbung gandum berlimpah serta perkebunan yang banyak, hingga ribuan ternak di daerah Hauran (Damaskus).
Akan tetapi nikmat besar yang dimiliki Nabi Ayub as ini diambil satu persatu sebagai bagian dari ujiannya. Pertama beliau jatuh miskin, seluruh kekayaannya berupa ternak dan perbekebunan lenyap seketika. Ribuan hewan ternaknya mati mendadak dan perkebunannya mengering serta lumbung gandum yang beliau miliki terbakar habis. Karena ujian itu hidup Nabi Ayub dan keluarganya sengsara bahkan sang istri, Rahmah binti Ifrayim harus bekerja kepada orang lain demi memenuhi kebutuhan mereka. Tak hanya kehilangan harta kekayaannya, Nabi Ayub as juga kehilangan anggota keluarganya yang meninggal dunia satu persatu.
Ujian pun masih terus dialami oleh Nabi Ayub as, terakhir beliau menderita penyakit kulit selama delapan belas tahun lamanya. Penyakit kulit itu berupa gatal-gatal hingga menyebabkan kulit beliau panas bahkan melepuh. Karena amat menderita, tubuh Nabi Ayub juga menjadi sangat kurus. Seluruh daging di tubuhnya menghilang dan tersisa tulang serta kulit dan otot. Tak sampai disitu saja, tubuh Nabi Ayub juga mengeluarkan bau anyir yang busuk. Karena bau itu pula Nabi Ayub as diusir oleh tetangganya.
Meski diterpa banyak ujian seperti yang diterangkan diatas, Nabi Ayub tak merasa putus asa bahkan beliau masih terus mengingat Allah SWT dan tetap tabah serta terus menerus bertasbih pada-Nya. Nabi Ayub as hanya memanjatkan doa yang tertuang dalam surah Al-Anbiya ayat 83 yang artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”.
Atas kesabaran dan ketabahan yang dimiliki Nabi Ayub as, Allah SWT pun mendengar doanya dan membalas doa itu dengan menurunkan wahyunya yang tertuang dalam surah Shad ayat 42 yang berarti: “(Allah berfirman): Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Nabi Ayub pun mengikuti apa yang ada dalam wahyu tersebut, seketika keluar air dari tanah yang beliau injak dan dapat menjadi sumber air untuk minum bahkan mandi. Setelah itu seluruh penyakit beliau sembuh.
Buah kesabaran Nabi Ayub as juga membuatnya mendapatkan nikmat Allah SWT dua kali lipat dibandingkan apa yang telah beliau dapatkan sebelumnya. Kekayaan dan keturunan kembali beliau dapatkan hingga akhirnya bisa kembali hidup bahagia bersama istri dan keluarganya. Dari kisah Nabi Ayub ini kita bisa mengambil ibrah atau pelajaran yang amat berharga, sebuah ujian yang datang di hidup kita bukan berarti karena Allah SWT telah mengabaikan kita. Melainkan dengan adanya ujian tersebut Allah SWT memiliki rencana lain yang jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Berdasarkan surah Al-Anbiya ayat 83 kita senantiasa diingatkan akan pribadi mulia Nabi Ayub as yang senantiasa bertawakal dan bertasbih hanya pada Allah. Beliau juga tak pernah mengeluh bahkan berputus asa, karena yakin akan pertolongan-Nya. Ibrah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah, ujian dan cobaan yang Allah berikan pada hamba-nya merupakan bentuk kasih sayang. Allah SWT menginginkan hamba-nya menjadi pribadi yang lebih baik dengan tetap tawakal kepada-Nya.