Harmoni Ramadhan dalam Talkshow Lintas Agama Memperkuat Persaudaraan Antar Umat Beragama

Pewarta: Sirli Amry, Editor: Amarul Hakim

Pekalongan, 18 Maret 2024 – Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) UIN Gus Dur Pekalongan adakan Talkshow Lintas Agama untuk perkuat wawasan moderasi beragama serta persaudaraan antar umat beragama. Talkshow yang mengangkat tema “Mainstreaming Moderasi Beragama dalam Dinamika Kebangsaan” bertempat di Gedung FUAD Lt. 2, Minggu (17/03).

Talkshow Lintas Agama ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang keagamaan yakni Islam, Kristen, dan Hindu. Narasumber tersebut diantaranya, Syamsul Bakhri, S. Pd., M. Sos (Ketua Umum Braindilog Sosilogi Indonesia), Dwi Argo M., M. Si (Ketua Badan Kerja Sama Gereja Kristen (BKSGK) Pekalongan), Kusnaeni, S. Pd., S. Sos (Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kab. Pekalongan).

Dalam talkshow tersebut, Kusnaeni menuturkan bahwa moderasi adalah sikap tidak ekstrem ke kanan dan tidak pula ekstrem kekiri yang artinya adalah tidak berlebihan dalam beragama karena sikap terlalu ekstrem dapat memicu perpecahan. Menurutnya, moderasi beragama adalah tentang praktek bagaimana cara kita menghargai perbedaan agama seperti yang ada di Linggoasri, dimana di daerah tersebut terdiri dari berbagai agama yang berbeda namun tetap rukun.

Sejalan dengan Kusnaeni, Dwi Argo juga menyatakan bahwasannya sikap moderasi beragama atau moderat ini tidak hanya perlu kita terapkan antar umat beragama tapi juga relasi antar manusia yang sesama agama. Dirinya menekankan pada pentingnya memilki kepekaan serta mampu untuk menempatkan diri untuk tidak ekstrem ke kanan ataupu  ke kiri. Menurutnya, sikap moderat adalah sikap yang paling pas diterapkan dalam konteks kebangsaan.

Dalam dialog yang harmonis ini, Syamsul Bakhri, Ketua Umum Brandilog Sosilogi Indonesia menyampaikan pesan kepada para peserta supaya ikut berperan aktif menjadi pelopor semangat moderasi beragama. Mulai dari diri sendiri terlebih dahulu, tanamkan sikap moderat dalam beragama. Kemudian langkah yang bisa kita lakukan sebagai pemuda di era digital ini adalah dengan menyebarluaskan prinsip moderasi beragama dengan cara One day one konten, membuat konten moderasi beragama yang menarik. Selain itu, kita juga harus memahami apa itu agama dengan berguru kepada seorang ahlinya, ulama, bukan hanya dengan melihat cuplikan di konten media sosial.

Ketua Badan Kerja Sama Gereja Kristen (BKSGK) Pekalongan juga menyampaikan bahwa peran mahasiswa salah satunya adalah dengan memperdalam literasi baik itu membaca buku maupun literasi digital. Kusnaeni menambahkan peran yang bisa dilakukan seorang mahasiswa untuk menggalakkan sikap moderasi beragama adalah dengan mengasihi sesama terlepas dari segala bentuk perbedaan.

Farah Maulida, selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa saat ini, isu terkait moderasi beragama marak dibicarakan didunia nyata maupun dunia maya. Apalagi di Indonesia yang memang terkenal dengan keberagaman agamanya. Maka, dengan dihadirkannya talkshow lintas agama ini, harapannya peserta bisa memahami sekaligus mempraktekkan prinsip daripada moderasi beragama dalam bingkai kebangsaan. Hal ini dia sampaikan dalam wawancara setelah talkshow berlangsung,

”Moderasi beragama ini marak dibicarakan si Mba, baik itu di medsos ataupun di dunia nyata. Dengan adanya talkshow ini harapannya mahasiswa itu bisa mempraktekkan sikap toleransi dan moderat dalam dinamika kebangsaan. Selain itu, para peserta akan kita minta untuk membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) berupa pembuatan video ataupun essay terkait moderasi beragama.” ujarnya.

Dengan kehadiran ketiga narasumber dengan latar agama yang berbeda, diharapkan mampu mencontohkan betapa indahnya keberagaman dan pentingnya memilki sikap moderat terlebih dalam hal moderasi beragama.