Ramadhan di Kampus UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan: Waktu Refleksi dan Integrasi

Penulis: Agus Arwani, Editor: Azzam Nabil Hibrizi

Ramadhan merupakan bulan suci umat Islam yang membawa suasana spiritual yang mendalam dan berkesan, khususnya dalam lingkungan kampus. Kehadiran kampus dan peranannya dalam bulan Ramadhan dapat dimanfaatkan menjadi ruang bagi pertumbuhan personal dan pemahaman lintas budaya. Sehingga, selain menjadi tempat pembelajaran akademis, kedatangan bulan Ramadhan dalam keseharian civitas akademika kampus turut berperan dalam mempromosikan keberagaman dan kesadaran spiritual. Hal ini nampaknya telah diterapkan di kampus UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Kampus UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menuntut pemahaman tentang bagaimana institusi tersebut menyatukan nilai-nilai Islam (Islamic values) dengan pendidikan modern. Sebagai Universitas Islam Negeri, UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan tidak hanya menyediakan pendidikan akademik yang berkualitas (quality education), tetapi juga menanamkan nilai-nilai keagamaan (religious values) dan kebudayaan Islam dalam kegiatan sehari-hari, termasuk selama bulan Ramadhan.

Nilai-nilai tersebut diimplementasikan melalui tiga hal. Pertama, sebagai kampus dengan mahasiswa yang mayoritas Muslim, mereka mendapatkan kesempatan unik untuk menjadikan Ramadhan sebagai sarana pendidikan spiritual dan sosial. Di bulan suci ini, aktivitas akademik dan keagamaan berjalan beriringan, menciptakan keseimbangan antara pencarian ilmu duniawi dan ukhrawi. Beberapa perwujudannya ialah melalui pengajaran dan praktik ibadah seperti sholat tarawih bersama, tadarus Al-Quran, dan pengajian ramadhan guna meningkatkan suasana keberkahan dan kebersamaan di kampus.

Kedua, Ramadhan di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan berfungsi sebagai platform untuk memperkuat jaringan sosial (social networking) dan dukungan antar mahasiswa. Kegiatan berbuka puasa bersama, baik yang diselenggarakan oleh universitas atau inisiatif mahasiswa, membantu membentuk komunitas yang erat. Melalui kegiatan-kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya berbagi makanan, tetapi juga pengalaman, pengetahuan, dan dukungan emosional.

Ketiga, selain kegiatan-kegiatan sosial tersebut, di bulan Ramadhan ini pihak kampus membuka kesempatan untuk diadakannya sebuah dialog dan pemahaman lintas budaya. Kegiatan dialog atau diskusi tersebut didasarkan atas adanya keberagaman dalam hal praktik keagamaan, latar belakang etnis, serta perspektif keislaman dari setiap mahasiswa. Hal tersebut tentu dapat menjadi peluang untuk meningkatkan pemahaman keislaman serta rasa toleransi antar mahasiswa. Melalui kegiatan seperti seminar dan diskusi tentang Islam dan praktik Ramadhan bisa menjadi sumber informasi bagi mahasiswa non-Muslim dan sarana pertukaran budaya bagi semua.

Ramadhan memberi kesempatan bagi UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan untuk mengekspresikan komitmennya pada keberlanjutan (development) dan kepedulian sosial. Kegiatan seperti pengumpulan dan distribusi zakat fitrah dan kegiatan amal lainnya tidak hanya mendukung mereka yang membutuhkan di dalam dan di luar kampus, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sosial (social values) dan kepedulian dalam diri mahasiswa.

Namun demikian, untuk dapat memanfaatkan kesempatan ini bukanlah suatu hal yang mudah. Ada beberapa tantangan yang muncul, seperti menyesuaikan jadwal kuliah dengan waktu ibadah dan berbuka puasa. Ini membutuhkan fleksibilitas dan pengertian dari pihak universitas serta upaya proaktif untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung bagi mahasiswa yang menjalankan ibadah puasa. Dan kegiatan-kegiatan lainya yang juga harus menyesuaikan jadwal perkuliahan.

Sehingga di bulan Ramadhan ini, kampus UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan dapat menjadi contoh bagaimana pendidikan tinggi Islam dapat menyelaraskan nilai keagamaan dengan kebutuhan pendidikan modern. Hal ini menunjukkan bagaimana institusi dapat menggunakan waktu khusus ini untuk mengajarkan nilai-nilai penting seperti solidaritas, empati, dan toleransi, serta mendukung pengembangan pribadi dan spiritual mahasiswa. Sebab, bukan hanya tentang tradisi atau ritual keagamaan saja, tetapi membangun karakter, masyarakat, dan persiapan untuk kehidupan di dunia yang serba cepat dan multikultural juga merupakan suatu hal yang penting untuk di wujudkan. Dengan demikian, bulan Ramadhan ini seharusnya menjadi sebuah kesempatan yang tak ternilai bagi civitas akademika (dosen dan mahasiswa)  dan pegawai kampus untuk terlibat dalam dialog, memahami perbedaan, dan membangun lingkungan yang inklusif dan harmonis.