Penulis : Mar’atus Sholikhah, Editor : Kharisma Shafrani
Paham radikalisme bisa didefinisikan sebagai suatu paham yang mengklaim bahwa kebenaran menurutnya ialah kebenaran yang mutlak, sehingga siapapun yang tidak sepakat atau berbeda pendapat dengannya akan dianggap sesat. Penyebaran ajaran radikalisme menjadi fenomenal di ranah perguruan tinggi, yakni pada saat itu ada alumni perguruan tinggi Agama Islam terlibat dalam jaringan teoris internasional yang tertangkap pihak berwajib (Azra, 2011). Sementara di beberapa daerah lain, kampus menjadi lahan subur untuk menyemai benih, dan merekrut kader pegiat radikalisme. Karena pada dasarnya semakin besar perguruan tinggi di suatu daerah, maka semakin besar pula peluang aliran radikalisme masuk di dalamnya. Perguruan tinggi menjadi target khusus operasi rekruitmen simpatisan gerakan ini, hal tersebut disebabkan karena kebanyakan kampus belum membentengi dan membekali mahasiswanya dengan semangat nasionalisme yang tinggi untuk menyaring segala macam ideologi yang masuk dan nantinya akan dicerna dengan baik oleh akal sehat. Paham radikal telah mengalami banyak kamuflase sesuai dengan tempat dan kondisinya, sehingga tak jarang penyebaran paham ini sulit untuk dikenali, karena kepandaiannya paham ini menyusup berganti kulit melalui kegiatan-kegiatan mahasiswa dengan cara memberikan bantuan dana kegiatan, maupun memberikan beasiswa pada mahasiswa, sehingga mendapat sambutan yang baik tanpa menyadari ada bahaya besar dibelakangnya. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kalangan mahasiswa sangat rentan terkena paparan paham radikal, karena terbuai dengan segala fasilitas yang diberikan. (Widyaningsih, Sumiyem, & Kuntarto, 2017).
Dalam problem ini, perguruan tinggi seharusnya sudah mempunyai upaya yang tepat, cepat serta tanggap untuk mencegah radikalisasi masuk dan berkembang di lingkungan kampusnya dan sudah selayaknya semua lapisan masyarakat yang ada dilingkungan kampus baik dari civitas akademik, mahasiswa, ormas keagamaan maupun komunitas yang ada perlu dlibatkan dalam berbagai aspek kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan penyebaran aliran radikalisme. Kemudian dalam kesempatan ini komunitas Burdah Pemuda Indonesia (BPI) ikut serta berperan membentengi penyebaran aliran radikalisme di lingkungan sekitar kampus UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan khususnya di wilayah Kecamatan Bojong dan Kecamatan Kajen, dengan mengadakan sebuah kegiatan rutin mingguan yakni rutinan pembacaan qosidah burdah, yang mana pada rutinan tersebut dikemas dengan iringan serta alunan musik kekinian, sehingga mampu menarik daya minat berbagai lapisan masyarakat untuk mengikuti kegiatan tersebut, baik dari pemuda, orang tua, bahkan bisa menyatukan berbagai ormas besar yang ada di wilayah tersebut, yakni Muhammadiyah, Nu dan Rifaiyah dalam suatu kegiatan yang diselenggarakannya.
Bang Slamet sapaan khas dari beliau ketua pusat Burdah Pemuda Indonesia sekaligus warga Desa Wangandowo Kec. Bojong dalam kegiatan “Burdah Lintas Kota dan Doa Bersama Mengenang Pahlawan Bangsa Bersama Masyarakat Se-Kecamatan Bojong” pada Sabtu, 11 November 2023 di Kantor Kecamatan Bojong menyampaikan bahwa “kegiatan rutinan qosidah burdah bertujuan untuk mengajak semua lapisan masyarakat khususnya pemuda, untuk ikut serta dalam kegiatan positif dengan berkumpul melantunkan qosidah burdah dengan tujuan mendapat syafaat nabi serta menambah kecintaan terhadap tanah air. Beliau juga menyampaikan bahwa aliran radiklisme dilingkungan sekitar kampus akan kesulitan dalam penyebarannya jikalau semua lapisan masyarakat sekitar kampus bersatu padu dalam gotong royong dan kerukunan antar masyarakat. Yang terakhir beliau menyampaikan bahwa upaya membentengi kampus dari penyebaran aliran radikalisme ini perlu membangun adanya komunikasi yang baik antara civitas akademik, mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus, karena fakta dilapangan menyebutkan bahwa civitas akademik maupun mahasiswa yang ngekost atau menempati rumah kontrakan di daerah sekitar kampus, jarang berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya, serta sedikit yang mengikuti kegiatan ormas maupun komunitas yang ada di desa tersebut. Hal itu menjadi peluang masuknya paham radikalisme dari kost maupun kontrakan yang ada didaerah tersebut karena minimnya pertukaran informasi yang ada dilingkungan tersebut.” Tuturnya.
Komunitas BPI ialah sebuah komunitas yang jama’ah ataupun anggotanya meliputi seluruh wilayah se karesidenan Pekalongan, komunitas ini dibawah naungan Habib Ahmad bin Hasan Al-kaff Habib Muhammad bin Hasan Al Haddad. Komunitas ini terus berupaya agar kegiatan rutinan tersebut terus berlanjut serta istiqomah untuk memperkuat amaliah amaliah aswaja sebagai bentuk cinta tanah air serta menyatukan berbagai ormas beragama dalam suatu kegiatan positif serta diharapkan mampu menciptakan kerukunan masyarakat sehingga menjadikan masyarakat bersatu padu untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta bisa membentengi dari adanya ancaman penyebaran aliran radikalisme.