Penanaman Nilai Moderasi Beragama Sejak Dini di Lingkungan Sekolah

Penulis : M. Shokhib Anwar, Editor : Ibnu Salim

SMPN 1 Wiradesa, salah satu sekolah negeri di Kabupaten Pekalongan, merupakan contoh teladan dalam penerapan moderasi beragama di lingkungan pendidikan. Meskipun mayoritas siswa beragama Islam, sekolah ini juga memiliki sejumlah siswa beragama Kristen. Perbedaan keyakinan ini tidak menghalangi terciptanya keharmonisan dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Siswa-siswi di SMPN 1 Wiradesa saling menghormati dan menunjukkan kepedulian tinggi terhadap sesama.

Toleransi beragama antara umat Islam dan Kristen di sekolah ini menjadi fondasi dalam membentuk masyarakat yang inklusif dan damai. Moderasi beragama diperlukan untuk memastikan bahwa semua siswa, terlepas dari keyakinan mereka, merasa dihargai dan didukung dalam mengembangkan identitas agama mereka tanpa rasa takut akan diskriminasi atau penindasan.

Di SMPN 1 Wiradesa, pendekatan terhadap toleransi beragama dilakukan secara proaktif melalui program-program pendidikan yang mendorong pemahaman tentang masing-masing keyakinan, dialog antaragama yang terbuka, dan kerjasama dalam berbagai kegiatan bersama. Setiap pagi, siswa yang beragama muslim diwajibkan membaca Al-Qur’an dan Asmaul Husna, sementara siswa beragama Kristen mengikuti kajian rohani yang dipimpin oleh guru yang beragama Kristen. Praktik ini memastikan bahwa siswa non-Muslim tidak merasa terdiskriminasi karena perbedaan agama mereka. 

Baca Juga:Kemerdekaan Sebagai Paradigma Moderasi Beragama

Memahami persamaan dalam ajaran kedua agama, seperti cinta, kasih sayang, keadilan, dan perdamaian, adalah kunci untuk mengurangi kesalahpahaman dan memperkuat hubungan antarumat beragama di sekolah. Guru dan staf sekolah harus menjadi teladan dalam mempraktikkan toleransi dan menghormati keberagaman agama.

Selain itu, penting juga untuk memperhatikan kebutuhan individu dan memastikan bahwa setiap siswa merasa aman dan dihormati dalam lingkungan sekolah. Upaya ini meliputi pencegahan dan penanganan pelecehan atau diskriminasi berbasis agama serta penyediaan sumber daya dan dukungan bagi siswa yang membutuhkannya.

Secara keseluruhan, pendekatan yang mengedepankan toleransi beragama antara umat Islam dan Kristen di sekolah akan membantu membentuk generasi yang lebih terbuka, saling menghormati, dan memahami keberagaman agama dalam masyarakat. Moderasi agama di sekolah dengan siswa dari berbagai latar belakang keagamaan adalah bagian penting dari pendidikan yang inklusif dan maju. Hal ini bukan hanya tentang menghormati perbedaan, tetapi juga tentang membentuk generasi yang mampu hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat yang memiliki keragaman budaya dan agama.

Baca Juga : Peran Moderasi Beragama dalam Memerangi Fenomena Bullying di Lingkungan Masyarakat Heterogen

Di sekolah-sekolah seperti SMPN 1 Wiradesa, moderasi agama bukanlah sekadar konsep, melainkan praktik nyata dalam kegiatan sehari-hari. Guru dan staf sekolah bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang mengedepankan pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan agama. Mereka juga harus siap mengawasi dan memperhatikan siswa untuk mencegah terjadinya perpecahan atau pelecehan berbasis agama.

Sebagai pendidik, siswa diajarkan untuk melihat perbedaan agama sebagai kekayaan, bukan hambatan. Mereka belajar untuk bertanya, mendengarkan, dan memahami pandangan berbeda tanpa menghakimi atau memaksakan keyakinan mereka. Guru dan staf harus siap menghadapi perbedaan agama di antara siswa agar hubungan tetap harmonis tanpa membeda-bedakannya dan diskriminasi.

SMPN 1 Wiradesa secara tidak langsung mengajarkan nilai-nilai universal yang dianut oleh hampir semua agama, seperti kasih sayang, keadilan, dan perdamaian. Dengan memfokuskan pada kesamaan ini, mereka dapat membangun titik-titik persamaan yang kuat untuk saling terhubung dengan lebih baik. Sekolah ini harus menjadi contoh dalam menerapkan moderasi agama. Semua yang terlibat dari sekolah ini harus mempraktikkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Dengan demikian, sekolah dapat menciptakan masa depan yang memahami pentingnya kerjasama lintas agama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan menerima keberagaman.