oleh Nabil Abdullah aziz
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu upaya penting untuk menjaga kerukunan di masyarakat. Moderasi beragama dianggap sebagai sarana untuk mencegah konflik sosial yang dapat terjadi akibat perbedaan agama. Kita sebagai masyarakat perlu menyadari bahwa moderasi beragama bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau pemuka agama, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai individu. Ini adalah cara kita menjaga Indonesia dari konflik yang bisa merusak kerukunan sosial dan kebebasan beragama.
Melalui moderasi beragama, kita dapat menjaga keharmonisan dalam keberagaman, menghormati perbedaan pendapat, dan mencegah ekstremisme serta intoleransi. Yang sebaiknya di ajarkan sejak usia kanak-kanak agar mencegah sifat intoleransi, seperti yang dikatakan Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, yang menegaskan akan menghapus tiga hal yang dianggap sebagai “Dosa besar” dalam pendidikan nasional. Ketiga hal tersebut adalah intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual “Tiga dosa ada di sistem pendidikan kita saat ini, dan tiga dosa tersebut nomor satu adalah intoleransi, nomor dua adalah perundungan atau bullying dan nomor tiga adalah kekerasan seksual,” ujarnya.
Contoh nyata bagaimana moderasi beragama dapat dilihat di Desa Kutorojo, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, adalah sebuah contoh nyata bagaimana moderasi beragama dapat menjadi landasan kuat bagi kerukunan antar-anak-anak yang berbeda agama. Di tengah mayoritas Muslim dan minoritas Hindu, warga Desa Kutorojo telah mempraktikkan moderasi beragama secara alamiah, menjalani hidup dengan rasa hormat, toleransi dan tolong menolong satu sama lain. Mereka telah membuktikan bahwa perbedaan keyakinan tidak harus menjadi sumber konflik.
Ilustrasi moderasi beragama. (Pixabay/@MoteOo)
Anak-anak di Desa Kutorojo juga telah menerima pelajaran berharga dari orang tua mereka. Mereka tumbuh dalam lingkungan di mana perbedaan agama tidak diperdebatkan, melainkan dihormati. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan moderasi beragama dimulai dari rumah, dan generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam menjaga kerukunan beragama di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa moderasi beragama tidak hanya menjadi sebuah wacana belaka, melainkan benar-benar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan dan moderasi beragama merupakan cara yang efektif untuk menumbuhkan toleransi dan persatuan bangsa. Pendidikan dan moderasi beragama harus terus diajarkan sejak dini kepada anak-anak secara terus-menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian, nilai nilai dalam moderasi beragama seperti toleransi akan tumbuh dengan kuat dan persatuan bangsa akan semakin kokoh.
Ternyata, penghormatan terhadap perbedaan itu tidak butuh teori besar. Orang desa lugu di Kutorojo, yang tidak pernah sekolah formal sekalipun, mampu menghormati perbedaan (agama). Kuncinya, perbedaan itu terbiasa, disaksikan sehari2 sejak kecil. Perbedaan menjadi sensitif manakala info yang kita dapatkan dipenuhi prasangka. Info yang kita terima sendiri syarat kepentingan dari yang memproduksi wacana.
Moderasi beragama memang sedang digaungkan oleh pemerintah. Dimana, Kementerian agama sebagai leadersector dari program moderasi beragama. Dari beberapa hasil pembacaan saya, moderasi beragama bukanlah suatu ajaran baru, bukan pula suatu mazhab baru melainkan merupakan salah satu ajaran inti dalam agama Islam. Di dalam Islam, moderasi beragama dekat dengan istilah wasathiyyah.
Perlu diketahui bahwa moderasi beragama ini bermakna memposisikan diri di jalan tengah. Maksudnya, cara pandang dan sikap keberagamaan yang berorientasi pada keseimbangan dan jalan tengah. Moderasi beragama tidak ekstrem, tidak radikal, dan tidak intoleran. Moderasi beragama juga tidak mengabaikan ajaran agamanya, tetapi juga menghargai dan menghormati ajaran agama lain. Mengutip Prof. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul wasathiyyah wawasan islam tentang moderasi beragama beliau menyebutkan bahwa berada di jalan tengah bukan berarti tidak tegas. Moderasi beragama ini meliputi beberapa prinsip diantaranya tawazun, tawassuth, musawah, syura, i’tidal dan tasamuh.
Dalam era ini, di mana tantangan ekstremisme dan intoleransi masih ada, moderasi beragama adalah senjata yang kuat untuk menjaga keharmonisan dan keberagaman Indonesia. Mari kita terus menjalankan dan mendorong nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita dapat terus membangun negeri ini dengan damai, berdampingan dengan saling menghormati, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Salah satu tujuan dari menjaga moderasi beragama adalah Menghindari Ekstremisme: Salah satu tujuan utama dari menjaga moderasi beragama adalah untuk mencegah ekstremisme agama. Ini melibatkan penolakan terhadap pandangan dan tindakan ekstrem yang dapat menyebabkan konflik dan kekerasan. Menghormati Nilai-nilai Kemanusiaan: Moderasi beragama mencakup penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, seperti hak asasi manusia, persamaan gender, dan keadilan sosial. Ini membantu mencegah penyalahgunaan agama untuk tujuan politik atau sosial yang merugikan.