Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Perjalanan Sejarah Menuju Kepresidenan RI

Oleh Shofi Nur Hidayah

Gus Dur, yang bernama lengkap Abdurrahman Wahid, adalah salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah politik Indonesia. Ia dikenal sebagai seorang cendekiawan, ulama, dan politisi yang memegang jabatan Presiden Republik Indonesia pada tahun 1999 hingga 2001. Perjalanan hidupnya yang penuh warna dimulai sejak masa pendidikan hingga mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan Indonesia. Gus Dur merupakan seorang ulama, cendikiawan, dan Presiden RI ke-4 yang terkenal sebagai sosok yang humanis dan humoris. Banyak pula yang menyebutnya sebagai Bapak Pluralisme Indonesia karena kebijakan-kebijakan yang beliau buat semasa menjabat sebagai presiden banyak yang membela hak-hak kaum minoritas. Berikut adalah sejarah lengkap perjalanan Gus Dur:

Masa Pendidikan dan Pembentukan Karakter (1940-1960)

  1. Kelahiran dan Keluarga: Gus Dur lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga bangsawan dengan latar belakang intelektual dan agama yang kuat. Tepatnya Gus Dur lahir dari ayah bernama Abdul Wahid Hasyim dan ibu bernama Solichah. Sang ayah sendiri merupakan mantan Menteri Sekretaris Negara dan Mentri Agama. Garis keturunan Gus Dur juga sampai pada K.H Hasyim Asy’ari yang merupakan ulama pendiri Nahdlatul ulama. Selain itu, Gus Dur juga berada dalam satu garis keturunan dengan KH Bisyri Syansuri yang merupakan ulama pendiri Pondok Pesantren Denanyar, anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), anggota konstituante, dan Ketua Majelis Syuro partai Persatuan Pembangunan, serta Rais Aam NU.
  2. Pendidikan Awal: Ia menempuh pendidikan di pesantren, tempat ia mulai memahami Islam dan tradisi-tradisi keagamaan. Pesantren yang ia ikuti, seperti Tebuireng, memberinya dasar agama yang kuat.
  3. Studi di Mesir: Gus Dur melanjutkan studinya ke luar negeri, khususnya Mesir, untuk mendalami agama dan filsafat Islam. Ia belajar di Al-Azhar University, tempat ia terpapar kepada berbagai pemikiran Islam kontemporer.

Aktivisme Sosial dan Politik (1960-1999)

  1. Kegiatan Keagamaan: Setelah kembali dari Mesir, Gus Dur aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial. Beliau mulai berkecimpung di dunia politik sejak tahun 1980 dan pada tahun 1984 Gus Dur terpilih sebagai ketua PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Pada Muktamar NU yang diselenggarakan di Situbondo. Sejak saat itulah Gus Dur menjadi semakin aktiv di dunia politik.
  2. Aktivisme Politik: Gus Dur juga aktif dalam politik Indonesia. Ia menjadi anggota parlemen pada era Orde Baru dan seringkali bersuara kritis terhadap pemerintahan Soeharto.
  3. Kontribusi untuk Reformasi: Ketika gerakan reformasi melanda Indonesia pada akhir 1990-an, Gus Dur memainkan peran penting dalam memimpin perubahan politik. Ia adalah salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan kemudian terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 1999.

Masa Kepresidenan (1999-2001)

  1. Kepresidenan Gus Dur: Selama masa kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden, ia berjuang untuk mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Namun, ia menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah ekonomi dan konflik di beberapa daerah.
  2. Pemakzulan dan Pengunduran Diri: Gus Dur menghadapi tekanan politik dan akhirnya mengundurkan diri sebagai Presiden pada tahun 2001 setelah proses pemakzulan. Posisinya digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Masa Pasca-Kepresidenan dan Meninggal (2001-2009)

Meskipun tidak lagi menjadi Presiden, Gus Dur tetap aktif dalam kehidupan politik dan sosial Indonesia. Ia juga terus memperjuangkan dialog antaragama dan perdamaian. Gus Dur meninggal dunia pada tahun 2009, meninggalkan warisan perjuangan untuk demokrasi, pluralisme, dan hak asasi manusia di Indonesia.

Gus Dur adalah sosok yang penuh kontroversi namun juga menginspirasi banyak orang. Ia adalah contoh nyata bagaimana seorang ulama dapat memainkan peran penting dalam dunia politik dan sosial, serta memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan toleransi di Indonesia.