Oleh : Khanifah Auliana
Indonesia saat ini mengalami cuaca yang cenderung cukup panas, tak heran banyak berita-berita bermunculan terkait kabar pemanasan global yang sangat berpengaruh. Selain itu, musim kemarau bulan ini memang memberikan dampak bagi daerah-daerah di Indonesia. Dampak musim kemarau yang berkepanjangan ini membuat sebagian irigasi dan perairan menjadi kering. Banyak pula daerah-daerah yang mengalami kekeringan karena mata air terutama sumur juga ikut mengering. Hal tersebut membuat masyarakat khawatir akan dampak kedepannya jika kekeringan masih terus berlanjut. Apalagi belum ada tanda-tanda hujan akan datang, setidaknya supaya bisa memulihkan kekeringan. Bahkan kabarnya akibat musim kemarau dan panas yang tinggi ini berakibat pada es kutub yang mulai mencair. Kabar itu tentunya tidak baik sebab jika es kutub mencair maka volume air laut akan semakin bertambah ke daratan.
Untuk menanggulangi hal tersebut, masyarakat sekitar memiliki ide masing-masing agar bisa mendapatkan air yang cukup. Dari mulai menggunakan cara religius hingga tradisi lama yang diprediksi bisa menurunkan hujan. Jika dalam agama Islam, ada cara untuk mendatangkan hujan salah satunya yaitu dengan sholat istisqo’ dengan harapan meminta mata air yang akan turun menjadi hujan. Indonesia yang terkenal dengan keanekaragaman pasti ada tradisi unik lain dalam menangani krisis air atau kekeringan, keunikan meminta hujan ada juga di daerah Tulungagung Jawa timur. Masyarakat Tulungagung punya cara tersendiri untuk meminta hujan dan cara ini terlihat sangat unik yang diberi nama manten kucing. Kata manten memang tak asing bagi kita, manten artinya Pengantin sedangkan kucing adalah salah satu hewan yang biasa dipelihara.
Kalau disambung nama manten kucing berarti pengantin kucing, agaknya nama tersebut terdengar asing di telinga kita. Namun tradisi manten kucing memang benar adanya dan jadi ciri khas ketika musim kemarau tiba. Bahkan tradisi tersebut telah ada puluhan tahun lalu didaerah tersebut. Mulanya dulu saat musim kemarau masyarakat sangat sulit mencari air. Nenek moyang masyarakat menggunakan cara manten kucing supaya hujan dengan cara menikahkan dua kucing laki-laki dan perempuan. Nantinya dia kucing tersebut diarak keliling desa seperti layaknya pernikahan manusia. Konon tak berselang lama setelah tradisi manten kucing dilakukan hujan datang. Selain rangkain itu, ada serangkaian lain yaitu berdoa bersama untuk melestarikan gotong royong masyarakat serta menciptakan kedamaian.
Secara logika, mengaitkan tradisi manten kucing dengan cuaca memang tidak ada hubungan. Tradisi ini menunjukkan kuatnya aspek mistik dan tradisionalitas dalam tradisi Masyarakat kita. Di tengah sesaknya polusi modernitas yang membawa rasionalitas tanpa batas, nilai-nilai kearifan lokal seringkali dibutuhkan untuk menetralisirnya. Manten kucing. Tradisi yang cukup unik. Adakah tradisi serupa di daerah lain?