Pewarta: Sam, Editor: Sirli Amry
Pekalongan – Desa Linggo Asri, yang dikenal sebagai desa wisata moderasi beragama, menyambut kunjungan istimewa dari Nadin Podrug, wisatawan sekaligus relawan asal Prancis. Kehadiran Nadin dalam kunjungan Bersama Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Gusdur meninggalkan kesan mendalam, terutama saat ia menyaksikan keharmonisan kehidupan antaragama di desa tersebut (17/12).
Kegiatan dimulai dengan kunjungan ke Balai Desa Linggo Asri, di mana peserta diperkenalkan dengan potensi desa sebagai simbol moderasi beragama oleh pemerintah Desa Linggoasri, Pengurus Kampung Moderasi Beragama, dan Pokdarwis Mulyo Asri. Salah satu momen yang sangat menginspirasi Nadin terjadi saat kunjungan ke rumah warga setempat yang unik. Dalam keluarga tersebut, suami, istri, dan anak-anaknya menganut agama yang berbeda, tetapi tetap hidup rukun, saling menghormati, dan mendukung satu sama lain. “Saya sangat terinspirasi melihat keharmonisan mereka. Ini adalah pelajaran luar biasa tentang bagaimana keberagaman yang seharusnya dijalani,” ujar Nadin.
Baca Juga: Peran Dosen dalam Transformasi Sosial dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Moderasi Beragama
Rangkaian kunjungan dilanjutkan dengan menanam cabai Jawa, salah satu rempah-rempah unggulan desa ini. Kemudian dilanjutkan ke Batu Linggo, yang menjadi ikon toleransi di desa ini, serta Pura, Masjid Kayu, dan Kali Paingan. Tempat-tempat ini menampilkan keberagaman budaya dan agama yang hidup berdampingan secara harmonis di Desa Linggo Asri.
Wakil Dekan FTIK, Dr. Muhammad Jaeni, M.Pd., M.Ag., Ahmad Burhanudin, M.A., Eros Melina Sofa, M.Pd., Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Gusdur bersama tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari Rifa’i, dan Syamsul, turut memfasilitasi kegiatan ini. Mereka memberikan wawasan tentang bagaimana moderasi beragama dijalankan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Linggo Asri.
Nadin, yang aktif berkontribusi dalam pendidikan dan pengabdian masyarakat di Indonesia, mengapresiasi nilai-nilai moderasi dan toleransi yang dipraktikkan di Linggo Asri. “Pengalaman ini membuka mata saya tentang pentingnya hidup berdampingan dengan perbedaan. Linggo Asri adalah contoh nyata bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan, bukan hambatan,” tambahnya.
Kehadiran Nadin tidak hanya mempererat hubungan lintas budaya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat lokal dan internasional untuk terus mempromosikan harmoni dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Desa Linggo Asri pun diharapkan semakin dikenal sebagai desa wisata yang mengedepankan nilai-nilai luhur ini.